Posted: 14 Januari 2005
Assalaamu 'alaikum,
Semalam, seorang Bapak paruh baya kenalan saya, yang orang Singapore keturunan Melayu,
menelepon saya menanyakan perihal Aceh dan Tsunami Disaster...
Saya cuma menjawab lirih dan mangetakan bahwa Indonesia sedang berduka teramat dalam,
sambil "menyentil" tindakan Pemerintah Singapore yang "lugas dan cekatan"...
Tapi...apa responnya???
Aaah, Bapak kayak gak tau Pemerintah Singapore saja...Selain untuk cari muka, mereka juga
punya agenda tersendiri yang tersembunyi...Kenapa mereka menolong mati-matian Aceh,
tapi tidak keliatan bersusah payah terhadap Srilanka, Maldewa, Phuket dll???
Itu semua karena Aceh punya gas dan minyak yang banyak...Karena mereka juga tergantung
pada pasokan gas Natuna untuk electricity-nya...Karena mereka juga pengen untuk di masa
depan, Indonesia juga bisa memasok air, gak seperti Malaysia yang memasok air tapi "reseh"...
Alamaak...Trus beliau juga mempertanyakan bumi Aceh yang dicawe-cawe banyak pasukan asing...
Apakah diantara mereka itu gak ada yang jadi spy??? Apakah gak ada agenda tersembunyi dari
para negara donatur???
Mau gimana lagi Pak e, jawab saya, kami sedang perlu bantuan karena bencana ini teramat dahsyat,
sedangkan katanya kekuatan domestik kami gak sanggup mengatasinya...
Saya merenung lagi tentang donasi dari para pemerintah "negara sahabat" (gak termasuk charity
dari masyarakat umum lho)...Bukankah orang-orang dari negeri matahari terbenam sendiri, yang mengajarkan
kita prinsip TAKE AND GIVE??? Adakah di dunia ini sesuatu yang free, tanpa embel-embel,
apalagi untuk level yang krusial, seperti antar negara ini??? Gak ada yang gratis di dunia ini, Mennnn...
Di Jakarta aja buang air aja bayar 500 perak, ya gak???
Saya jadi teringat salah satu peribahasa dari negeri Sakura, yang berbunyi:
"TADA YORI KOWAII MONO GA NAI", yang arti harfiahnya adalah: tidak ada yang lebih
menakutkan daripada barang yang gratis... Apa maksudnya??? Bisa diartikan bahwa
dibalik sesuatu yang gratis itu ada sesuatu maksud yang kita tidak ketahui, dan yang tidak kita
ketahui itu menakutkan, karena kita hanya bisa meraba-raba saja...Bisa juga diartikan agar kita
selalu bekerja untuk memperoleh sesuatu, dan tidak seharusnya menunggu yang gratis...
Tapi...lanjut perenungan saya...
1. Bolehkah, salahkah dan pantaskah saya meragukan dan bersikap Su'udzhan (buruk sangka) terhadap
"negara-negara sahabat" yang kini menolong kita dan kita memang perlu bantuannya???
Udah ditolong kok Su'udzhan...Namun, bukankah mereka lah selama ini "pemerah bangsa kita",
dan mereka sendiri pula yang menciptakan sekaligus meng-aplikasikan prinsip TAKE and GIVE???
2. Di saat hayat masih di kandung badan, saya ingin melihat Indonesia menjadi negara besar yang disegani...
India dengan pongahnya menolak segala bantuan asing dalam Tsunami disaster ini...Apa alasannya???
Karena mereka merasa sebagai negara besar yang sanggup mengatasi semuanya sendiri, tanpa perlu
bantuan asing...Mr. Thaksin dari Thailand dengn PD-nya mengatakan we don't need any financial aid",
saat ditanya tentang rencana penerapan sisterm alarm dini Tsunami...Memang bencana di sana gak bia
dibandingkan dengan di Aceh dan kondisi Indonesia...Tapi kapankah kita bisa menepuk dada seraya
bangga dengan kebesarannya??? Mimpi di siang bolong yahhh....
Entahlah, entahlah dan entahlah, sampai waktu yang tidak pasti...
Wassalaam,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment