Saturday, June 9, 2007

Grey dan balas budi

Posted: 31 Oktober 2006

Asalaamu 'alaikum,

Ada diskusi menarik dengan beberapa teman mengenai upeti yang bukan barang baru, saat kita
hendak memenangkan suatu tender...Memberi "hadiah", sebelum tender, itu dah jelas adalah
sogokan...Namun bagaimana andaikan kita memberikan hadiah setelah tender selesai???
Apalagi, bisnis di Indonesia gak gampang...Yang namanya penodongan upeti dengan jumlah
besar yang telah ditetapkan, sudah menjadi rahasia umum...Saya jadi ingat, ada keluhan dari
para ahli bahwa katanya proyek di negeri kita dijalankan dengan standar 60-70% saja dari
kualitas normal...Namun oleh para pengusaha dibalikin lagi, lha tendernya udah berharga murah,
kita harus bayar upeti ke pihak tertentu yang besarnya kelewatan...Gimana mau untung kalau
dijalankan dengan kualitas normal???

Apalagi banyak di antara kita yang ikutan bidding, menghalalkan segala cara...Dosa pa gak
urusan belakangan, yang penting dapat proyek...Hayyuuu kita sogok segede-gedenya...
Kalau udah goal dan kita udah bisa melihara orang, dengan sendirinya proyek bakal ngalir
ke kita, dan itu artinya bakal cepat balik modal...Gak jarang namanya tender itu di kita,
sebenarnya hanyalah rekayasa belaka, karena pemenangnya sudah ditentukan...Bahkan
terkadang para perusahaan peserta tender berujung pada kepemilikan ke orang yang sama...
Hanya biar dibilang demokratis dan jujur sajalah, tender rekayasa itu diadakan...Lantas
balik lagi ke urusan hadiah dan tender, bagaimanakah opini anda???

Bagi saya, ngasih hadiah setelah tender, apalagi kalau ada kelanjutan proyek lain, dan jumlahnya
gak wajar alias besar banget, ya termasuk suap...Di situ kan kita berharap dapat proyek
berikutnya dan hubungan terjadi via uang sebagai pengikatnya...Orang kita memang pandai
sekali membuat yang hitam dan putih menjadi abu-abu (grey), nah kalau sudah jadi grey,
kita bisa beralasan boleh dong menafsirkan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi. Nah lho...

Satu lagi, sebagai bangsa pemurah dan orang timur, kita punya kultur ingin MEMBALAS BUDI...
Sekarang gini, misalkan anak sampeyan kawinan...Terus si A ngasih hadiah mobil 500 juta perak...
Trus bulan berikutnya ada tender proyek di kantor sampeyan, di mana sampeyan sebagai
pemegang otoritas...Kan gak enak kalo gak balas budi ke si A...Lha dia dah ngasih hadiah gede
banget kok...Kecuali sampeyan cukup tebal muka dan rela dibilang gak tau diri karena gak mau
balas budi, then lantas siap-siap aja nunggu revenge dari si A dan konco-konconya...Atau sampeyan
pura-pura suci dan bertobat, dengan bilang itu kan hadiah biasa, dan kini jadi anti KKN...

KPK saat awal gencar-gencarnya mendoong pendeklarasian para pejabat negara, sempat dibuat
pusing dan bingung...Ternyata gak sedikit orang atas kita, yang konon nerima hibah alias hadiah
berupa rumah atau mobil dll, yang jumlahnya milyaran, dan itu ditulis mereka sebagai hibah...
Kalau sudah begini, bisakah kita mengkategorikannya sebagai hadiah murni, yang ikhlas tanpa
pamrih apa pun walau jumlahnya sedemikian besar??? NO FREE LUNCH, mannn...Mimpi
kali yeee kalo bener bisa begitu...Pastilah ada udang di balik bakwan...

Tentang parcel sendiri, yang kini dihebohkan dan disarankan tidak diberikan, ada beberapa
comments lucu di media massa...Parcel sampai saat ini tidak pernah terbukti menjadi tools
dalam KKN, alias alat untuk sogok-menyogok...Namun parcel itu biasanya ditujukan kepada
orang yang punya otoritas dan kedudukan...Andai orang itu sudah pensiun atau hilang otoritasnya,
dengan sendirinya hujan parcel akan berhenti...So, kalau dibilang parcel sama sekali gak
bertujuan, ya gak juga, buktinya pengirimannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi...
Yang jelas ini jadinya GREY, dan itulah keahlian dari kita-kita ini untuk membuat dan melegitimasinya.

Saya jadi ingat dengan emailnya seorang, dimana di perusahaan Amrik tempat beliau bekerja,
para pegawainya diharuskan menandatangani perjanjian tidak akan menerima barang dari supplier...
Hal ini diberlakukan dengan ketat sejak kasus Enron mencuat...Ini kan sudah suatu political will
dan langkah maju yang bagus...Dan semua itu actual-nya sudah diajarkan oleh Islam:

YANG MENYUAP DAN YANG DISUAP KEDUANYA ADALAH DI DALAM NERAKA...

Sudah sewajarnya, kita sebagai umat Islam lah yang harus lebih awal menjalankannya...
Kalau Amrik itu kan lari-larinya ke tujuan duniawi, yang ujung-ujungnya ke urusan fulus juga...
Namun lantas, mengapa yahh kita akhirnya malah lebih senang membuat dan hoby membuat
sesuatu menjadi GREY alias abu-abu??? TANYA KENAPA...

Bagaimana menurut anda???

Wassalaam,

Papa Fariz

No comments: