Posted: 20 September 2003
Assalaamu 'alaikum,
Wah gue jadi ingat topik ngobrol-ngobrol gue dengan seorang Japanese staff di salah satu
company di daerah Cimanggis.
Waktu itu si Jepun tersebut mengeluhkan kurangnya rasa memiliki para staff lokal terhadap
perusahaan mereka sendiri. Ibaratnya staff lokal tersebut gak peduli apakah perusahaan
mereka ini akan ada atau tidak di tahun-tahun berikutnya. Kalau para staff lokal berpikir
positif bagaimana kondisi company mereka mendatang, tentulah mereka akan memikirkan
bagaimana meningkatkan efisiensi, kinerja, penghematan dll, yang mungkin baik bagi perusahaannya.
Lantas si Jepun berpikir apakah mungkin ini faktor lingkungan, yang membentuk karakter
dan kepribadian bangsa tersebut? Sebagai negara tropis, tanah di sini sangat subur dengan
hasil kekayaan alam yang berlimpah. Kalau gak ada makanan, pergi aja ke gunung.
Di sana masih banyak buah-buahan yang bisa dipetik dan dimakan. Kalau bokek, tinggal
gali tanah, di situ ada emas, perak, besi dan mineral lainnya. Kalau gak ada lauk?
Tinggal ambil jala, karena di lautnya berlimpah jutaan ekor ikan. Pendeknya sangat dimanjakan
oleh alam. Karena itu karakter bangsa ini pada umumnya terbawa santai, gak ngoyo,
terbiasa enak, so pengen ambil yang enak-enak dll. (BTW, tapi kok negara kita kaya,
rakyatnya masih miskin-miskin yah?)
Berbeda dengan keadaan negeri mereka di utara sana. Di sana ada 4 musim.
Alamnya keras, kekayaan alamnya sedikit.
Andai gak pintar-pintar menemukan cara mengatasi alam, bisa matilah mereka
dalam mengahdapai winter yang begitu dingin. Kalo gak pinter-pinter mengandalkan
otaknya, habislah mereka, karena modal kekayaan alam mereka gak punya. Gak ada
yang bisa langsung dijual. (Gue ingat di pelajaran Geografi SMP, ada pendapat Prof.
Arnold Toynbee, semakin berat tantangan maka usaha kita akan semakin keras).
(Makanya all, mereka keep secret banget dengan teknologi mereka. Kalau orang lain
bisa menyamai mereka, apa bedanya nanti? Habislah mereka karena natural source
nya gak ada. That's why mereka effort supaya otaknya kepake bener, biar bisa dapat uang,
walau kadang harus minterin bangsa-bangsa kaya yang "kurang pintar" seperti kita ini).
Mengenai ada rasa memiliki atau gak, gue pikir mungkin karena perbedaan culture.
Di Jepang orang berpikiran konservatif (sekarang udah mulai berubah). Kalau mereka
masuk suatu perusahaan, mereka berupaya hidup mati mereka untuk perusahaan
tersebut. Maju gaknya perusahaan mereka tergantung dari usaha mereka.
Kalau perusahaan mundur, dan bangkrut, habislah mereka. Karena pindah kerja
gak gampang. Boleh jadi lingkungan baru gak sesuai, gaji berbeda, karier gak jelas dll.
Makanya mereka sekuat tenaga menyokong perusahaannya dengan rasa memiliki
dan kesetiaan yang tinggi.
Asal tau saja, di Jepang gaji juga ditentukan berdasarkan senioritas alias lamanya
bekerja di situ. Makin lama kerja, gaji semakin naik. Gak usah dipikirkan lagi gaji
karena sudah terjamin masa depan dan pasti naik. Makin lama kerja, so pasti
makin banyak pengalaman, masak sih pengetahuan gak makin banyak.
Untuk bidang yang sama, yang muda gak akan bisa mengalahkan gaji seniornya,
karena faktor senioritas tadi. So, gak ada alasan untuk loncat-loncat company.
Berbeda dengan kita, yang lebih banyak terpengaruh kondisi dari Barat.
Gaji akhirnya ditentukan oleh kemampuan atau skill kita. Walau kita muda,
asalkan lebih "jago", bukan hal yang aneh apabila kedudukan si junior itu
loncat berikut dengan gajinya. Paling hanya menimbulkan kecemburuan
beberapa pihak. Kalau ada tempat lain yang menawarkan gaji dan fasilitas yang
lebih menggiurkan, apa salahnya jadi kutu loncat? Toh semua kan tergantung
pada kemampuan kita. Makanya di Indon pernah ngetop istilah "dibajak".
Banyak juga yang berpikir untuk cepat jadi "jenderal". Kerja yang sekarang
hanyalah sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan berikutnya
yang lebih baik. Ini bukan perusahaan kita, kita cuma numpang kerja, dan
belum tentu seumur hidup di sana. Gak ada komitmen khusus dengan perusahaan
tempat kita bekerja. Dengan kondisi seperti ini wajar lah kalau dibilang rasa
memiliki agak kurang dibandingkan para pekerja di Jepun sana.
BTW, all, dalam hati gue mengumpat juga. Si Jepun memang kadang gak tau diri.
Ngasih gaji kecil dan memerah kita, tapi dia minta lebih dan minta kita
kerja lebih keras. Bayangin lah, Jepun itu gajinya paling gak USD3000-6000
sebulan (27-54 juta). Itu di luar apartemen, mobil, sopir, entertainment-nya,
yang semua harus dibiayai perusahaannya. Jadi itu sama aja dengan uang jajannya.
Makanya mereka kemari banyak juga yang seperti liburan.
Malam ke karaoke (di Blok M ada tuh dekat Melawai), mepet-mepet cewek-cewek perki.
Trus main golf, yah seperti itulah.Kalau isteri dan anak datang, mobil dan sopirnya
lain lagi tuh. Biaya pendidikan anak, untuk sebagian perusahaan, ditanggung
oleh perusahaan itu. Wuiihhh, hebat gak???
Sedangkan kita? UMR cuma 644.000 perak. Itu juga banyak yang dikontrak
per 3-6 bulan. Aduh rek, kalau punya anak isteri, gaji segitu di Jakarta dan cuma
pekerja kontrak, gak kebayangkan? Tapi itulah realita. Udah gaji sekecil ini
kadang diperas kerja. Kadang si Jepun kalau marah-marah ke staff lokal
seperti gak punya hati dan gak memikirkan harag diri yang dimarahi itu.
Gaji kecil, kalau minta naik, susahnya setengah mati. Jangan heran kalau
terkadang ada demo dari karyawan nuntut gaji naik. Gitulah fenomenanya
pabrik-pabrik di sana. kebetulan aku sering keliling, liat-liat dan diskusi
dengan para staff di pabrik-pabrik elektronik tersebut.
Hmm..Udah ngasih gaji kecil dan memerah, minta dilayani lebih...wahhh..
Perusahaan Jepun masih mending, kalau perusahaan Korea, China
atau Chin-lok, jangan ditanya deh. Pasti lebih parah lagi. Perusahaan Jepun
agak lumayanlah kesejahteraannya dibanding yang lain.
Begitulah sekilas kondisi yang pernah gue dapati. Walau begitu, gak bisa diambil
generalisasinya. Lebih baik dilihat case per case, karena ada yang jelek,
tentu saja ada yang baik. Ya gak.
BTW, semoga pendidikan kita semakin maju dan hati semakin bersih.
Pendidikan maju biar kita gak dibodohi orang lagi. Hati bersih biar kita gak
korup lagi. Penyakit inilah yang menghambat kemajuan bangsa kita.
Semoga walau kita semakin maju, kita tidak meninggalkan agama kita
semakin jauh dengan alasan modenitas dan hedonisme.
Wassalaam,
Thanks and best regards,
Papa Fariz
-----Original Message-----
Never Fall in Love With Your CompanySeorang CEO sebuah perusahaan IT dari India berbicara dalam sebuah sesidengan para karyawan tentang filosofi ini. CEO tersebut termasuk dalam50 orang paling berpengaruh dalam dunia bisnis di Asia (dirilis olehmajalah Asiaweek).INTINYA CERITANYA ADALAH :CINTAILAH PEKERJAANMU, TAPI JANGAN PERNAH JATUH CINTA KEPADAPERUSAHAANMU, KARENA KAMU TIDAK PERNAH TAHU KAPAN PERUSAHAANMU BERHENTIMENCINTAIMU - Narayana MurthyBagi yang tertarik membaca pandangan dia secara mendalam, berikutkutipan kata-katanya:"Saya sering menjumpai orang-orang yang bekerja selama 12 jam sehari, 6hari seminggu, atau lebih. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebutkarena diburu-buru oleh deadline, memenuhi target yang telah ditetapkan.Bagi mereka, waktu-waktu panjang yang penuh lembur hanyalah bersifatsewaktu-waktu saja. Ada pula yang menjalani jam-jam panjang dalamhari-hari mereka selama bertahun-tahun: entah karena orang-orang inimerasa telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan, atau bisajuga disebut workaholic.Apapun alasan yang orang buat untuk bekerja lembur, kondisi tersebutberpengaruh TIDAK BAIK kepada orang yang menjalani maupun orang-orangsekitarnya. Berada dalam kantor selama berjam-jam dalam rentang waktuyang lama, bisa menimbulkan potensi yang cukup besar bagi yangmenjalaninya untuk membuat kesalahan Rekan-rekan saya yang saya kenalsering bekerja lembur, sering membuat kesalahan karena faktor kelelahan.Membetulkan kesalahan-kesalahan ini tentu saja membutuhkan waktu dantenaga tidak saja dari dirinya sendiri, melainkan orang lain yang secaralangsung maupun tidak langsung bekerja bersamanya.Masalah lain adalah orang-orang yang bekerja pada perusahaan yangmenetapkan waktu kerja yang ketat seringkali bukanlah orang-orang yangsecara pergaulan menyenangkan. Para karyawan dari perusahaan dengan tipeseperti ini sering mengeluh atau komplain mengenai orang lain (yangtidak bekerja sekeras mereka). Mereka menjadi mudah tersinggung, danmudah marah. Orang-orang lain menjauhi mereka. Perilaku semacam inisecara organisasi tentunya merupakan masalah besar: hasil besar akandicapai oleh sebuah organisasi apabila ada jalinan harmonis dalam kerjasama tim antar karyawannya, bukannya bekerja sendiri-sendiri dan salingmenjauhi.Sebagai seorang manajer, saya harus membantu orang lain untukmeninggalkan kantor tepat waktu. Langkah pertama dan terpenting adalahsaya lah yang harus memberi contoh dan pulang ke rumah tepat waktu. Sayabekerja dengan seorang manajer yang menyindir orang-orang yang bekerjalembur terlalu lama. Ajakannya menjadi kehilangan makna ketikaorang-orang menerima emailnya dan melihat jam email tersebut dikirimternyata jam 2 pagi. Untuk mengajak orang melakukan suatu hal, langkahterpenting adalah memberi contoh dengan melakukannya sendiri.Langkah kedua adalah mengajak orang untuk menjalani hidup yang seimbang.Sebagai contoh, berikut ini adalah langkah-langkah yang menurut sayacukup membantu:1) Bangun pagi, sarapan dengan menu yang baik, lalu berangkat bekerja.2) Bekerjalah dengan keras dan pintar selama 8 atau 9 jam sehari.3) Pulanglah ke rumah4) Baca buku atau komik, menonton film yang lucu, kumpul-kumpul denganrekan, keluarga, bermain dengan anak-anak, dll.5) Makan yang sehat dan tidur yang cukupLangkah-langkah ini disebut sebagai recreating.Mengerjakan langkah 1, 3, 4, dan 5 akan memungkinkan langkah 2 dilakukansecara efektif dan seimbang.Bekerja secara normal dan mempertahankan hidup yang seimbang adalahkonsep yang sederhana. Langkah-langkah tersebut mungkin akan sulitdilakukan oleh sebagian orang karena orang tersebut akan menganggapperlunya perubahan mendasar yg bersifat personal pada dirinya.Sebenarnya langkah-langkah ini memungkinkan untuk dilakukan oleh setiaporang, karena kita memiliki kekuatan untuk memilih apa yang akan kitalakukan."LOVE YOUR JOB BUT NEVER FALL IN LOVE WITH YOUR COMPANY".Sumber: Disadur darihttp://www.vijayv.org/wwwvijayvorg/Articles/LoveJobNotCompany.htm
No comments:
Post a Comment