Saturday, June 9, 2007

Very sharp eagle eye is coming to your neighbour

Posted: 31 Juli 2006

Assalaamu 'alaikum,

FYI, dari headline news hari ini di harian Today Singapore.
Singapore mengumumkan keberhasilannya mengembangkan sekaligus akan menerapkan DGPS (Difference Global Positioning System), yang ditopang multiplesources.
Investasi senilai S$ 1 million (setara dengan 5,8 milyar rupiah) dengan infrastruktur Sirent (Singapore Satellite Positioning Refererrence Network), dan dikembangkan oleh SLA (Singapore Land Authority) bekerja sama dengan NTU dan New South Wales University, ini memiliki akurasi (margin error) sampai 1 cm.

Pemanfaatannya ada yang bersifat untuk publik, seperti untuk tracking vehicle,transportasi umum, akurasi mapping, aset manajemen, bahkan bisa sampai hal kecil, seperti tracking suami yang selalu pulang malam, oleh isteri yang menyebelinya.
Tentu saja untuk alasan strategis dan keamanan, termasuk pemantauan wilayah terluar, bahkan mungkin untuk alasan counter terorisme, akan digunakan.
Network ini sebenarnya telah digunakan di negara-negara Eropa dan Amerika,dengan akurasi umum sekitar 5 cm, jauh lebih baik dari model GPS sebelumnya yang berakurasi 30 m saja.
Malaysia pun ternyata telah menerapkan DGPS ini lebih dahulu di sepanjang semenanjungnya.

Apakah very sharp eagle eye yang dimilikipara adek kita ini dijamin tidak akan "melirik" saudara tuanya yang bercokol di atas garis khatulistiwa.
Agaknya image DPGS, andaikan boleh dipublikasikan,bakal lebih menarik dan clear dibandingkan dengan image Google Earth.
Lantas, bagaimana dengan kita sendiri?
Indonesia sebenarnya merupakan salah satu negara pertama di Asia yang mempelopori penggunaan satelit, melalui Satelit Palapa yang diluncurkan awal tahun 70-an.
Ironisnya, saat heboh kasus divestasi Telkom dan Indosat, berkembang rumor, bahwa kedua mantan BUMN ini adalah pemilik satelit nusantara.
Andaikan management board dari negeri jiran nan mini ini mau "jahat",boleh saja mereka mengontrol dan tidak mengijinkan pemakaian satelit kita.

Dengan alasan strategis, yang a.l berkaitan dengan satelit, Kongres USA pernah menolak keinginan Singtel untuk mengakuisisi salah satu perusahaan Telkom sana yang memiliki satelit namun dilanda rencana keuangan.
Dengan alasan similar,rakyat Thai demikian marahnya kepada PM Thaksin, karena nekat menjual Shin Corp, yang juga strategis karena memiliki satelit dll.
Namun kasus similar di nusantara,dengan alasan menutupi kekurangan APBN, kita "memaksa" menjual Telkom danIndosat, yang kini nyata-nyata memiliki profit trilyunan rupiah, yang konon juga mampu mengangkat profit total Singtel menjadi surplus.

Terlepas dari polemik di atas, agaknya dalam bidang teknologi, kita tertinggal satu langkah lagi dari adek-adek kita.
Secara total, gak tau sudah berapa langkah kita tertinggal oleh mereka.
Andaikan kita memilikinya, tentulah kita tidak perlu risau dengan pengawasan pulau-pulau terluar kita, serta tak perlu malu-malu berkilah tidak tau tentang berseliwerannya bajak laut di perairan kita serta pencurian ikan secara besar-besaran oleh kapal-kapal dari negeri tetangga kita.

Wassalaam,
Papa Fariz

No comments: