Posted: 18 Juni 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik\ .read/tahun/2007/bulan/06/tgl/18/time/140409/idnews/794888/idkanal/10
Benarkah Abu Dujana itu buronan teroris yang paling dicari-cari. Wallahu 'alam, kita tunggu saja hasil penyelidikan dan penyidikan terhadap ustadz berwajah teduh ini.Namun apakah, dia perlu dengan sengaja ditembak kakinya dalam keadaan tak berdaya? Simak saja pengakuan sang anak yang mendampingi Bapaknya saat ditangkap. Menurut si kecil polos itu, Abu Dujana setelah terjatuh dari motor, lantas disuruh jongkok dan ditembak kakinya. Mungkinkah si anak nan lugu ini berbohong demi membesar-besarkan "penyiksaan" sang Bapak?
Perihal penyiksaan oleh aparat hukum kita memang bukan rahasia umum lagi. Yang sering dijadikan alibi adalah agar sang tersangka mau mengaku. Minggu lalu, driver saya di Batam bercerita, suatu ketika dia terpaksa harus melaporkan ke polisi, seorang mantan bawahannya yang menipu. Si penipu ini menjual mobil yang diamanahkan akibat kepepet karena istrinya sakit.
Begitu sampai di kantor polisi, tanpa tendeng aling, orang ini digebuki oleh para polisi. Ketika dimasukkan ke sel, cuma bercelana kolor doang, orang itu disiksa dengan pukulan kembali, namun kali ini oleh para tahanan di situ. Sampai-sampai sang driver itu meminta agar mantan bawahannya tidak disiksa.
Dan bukankah gak jarang kita dengar, ada orang yang dibawa ke polisi segar bugar namun kembali ke rumah, hanya nyawanya saja. Gak sedikit pula yang berkisah kalau ada bromocorah yang mati tertembak karena melarikan diri, konon ada yang sebenarnya disuruh lari lalu ditembak oleh pak polisi. Demikian kisah biasa yang banyak beredar di masyarakat.
Abu Dujana, belum masuk tahanan saja sudah ditembak. Apalagi saat interogasi dan di tahanan nanti yah. Densus 88 memang terkenal galak, dan beberapa tersangka teroris pun mengklaim bahwa mereka sempat disiksa saat interogasi. Gak usah jauh-jauh ke Guantanamo, di Indonesia kejadian serupa sering terjadi. Itu yang ditangkap oleh polisi, apalagi yang ditangkap oleh pihak militer.
Militer bisa dibilang lebih gak punya hati dari pada polisi. Semasa Orba dulu banyak orang yang dihilangkan, dan tak pernah kembali. Tentunya penyiksaan telah mendera mereka sampai mereka tak pernah bisa beredar lagi di dunia. Tpi tetap saja, orang kita lebih suka dipimpin oleh militer, dan mungkin polisi, baik di tingkat negara maupun untuk level gubernur seperti di DKI ini.
Memang gak semua militer atau polisi gak punya hati. Buktinya mereka toh masih tetap dipercaya memimpin di nusantara, dan mereka memang berlakon seperti yang punya negara. Jadi kelakuan gak punya hati seperti terhadap Abu Dujana pun gak akan ada yang berani menentangnya. Memang enak hidup di negeri surga militer atau polisi andaikan kita dari lingkungan militer juga. Gak punya hati pun pasti masih sah-sah saja karena ada deking yang kuat.
Semoga kaum hijau dan coklat yang punya hati lebih banyak daripada yang gak punya hati. Dan seperti biasa, gak boleh di generalisir, plus kalau ada yang YIN (buruk) tentu ada pula yang YANG (baik).
Gak tau kalo di Singapore, apakah polisinya gak punya hati juga atau tidak. Kalau di Malaysia, polisinya memang gak punya hati, buktinya Anwar Ibrahim yang deputi PM pun bisa digebukin juga. Kayaknya sih di sini polisinya ramah-ramah. Tapi gak tau juga yah, apalagi kalau terhadap tersangka teroris yang dianggap tukang ngerepotin dan calon jelek-jelekin negara.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web blog: http://papafariz.blogspot.com/
FS account: boedoetsg@...
No comments:
Post a Comment