Sunday, October 28, 2007

Missing link calon pemimpin

Posted: 10 September 2007

Assalaamu 'alaikum,

Hmm, ada yang aneh dan salah rasanya, gumam saya dalam hati manakala menyaksikan wawancara seorang jurnalis dengan seorang Ibu yang mantan Presiden kita. Kesalahan bukan pada sang Ibu itu. Ibu yang sudah berkepala 6 ini mengelak saat ditanya siapa pendampingnya saat maju dalam Pilpres nanti. Selorohnya dengan naif, "Setuju aja belum, masak udah suruh nyari pendamping". Sang ibu memang masih akan menunggu wangsit dari ayahandanya, the nations founding father, yang wafat lebih dari 30 tahun yang lalu.

Mengapa partainya sampai bertedak bulat mencalonkannya lagi? Survey LSI memang menunjukkan dari segi kepopuleran, si Ibu mendapat 20%, dan di bawah Pak SBY yang mendapatkan 32%. Incumbent Presiden kita saat nanti maju lagi, sudah akan berusia kepala 6. Partai Beringin, kalau tidak mempertahankan koalisi kini, besar kemungkinan akan memajukan Wapres yang umurnya nanti sudah hampir mendekati 70 tahun. Si Biru pun nampaknya akan memanggil kembali begawan mereka yang kini sudah menjadi dosen di UGM sana. Kaum Nahdlyin hampir bisa dipastikan bakal memajukan sang Wali yang meskipun handicap dan bakal berkepala 6, tetap disegani di kalangan mereka. Calon potensial lain, seperti mantan Pangab dan mantan gubernur, juga sudah menginjak 60 tahun usianya.

Lantas kemanakah para generasi yang lebih muda daripada mereka? Mengapa sampai saat ini tidak ada di antara mereka yang menonjol dan mungkin dianggap kapable untuk suatu ketika memimpin kita? BK dulu menjabat Presiden kala usianya masih 44 tahun. Pak Harto naik saat usianya baru 46 tahun. Malaysia sempat punya putra mahkota, Anwar Ibrahim, yang saat ini belum genap 45 tahun. Anwar yang pemikirannya cemerlang dan mengarang banyak buku, memang mampu memperlihatkan kapabilitasnya sebagai calon pemimpin. PM jiran nan mini ini pun masih berkepala 5 dan telah disiapkan sejak usianya masih kepala 4.

Adakah yang salah dalam pembinaan dan persiapan pengalihan tongkat estafet suksesi nasional? Apakah kaum tua gak cukup memberi kesempatan kepada generasi di bawahnya untuk tampil dan bersiap bertarung di skala tinggi? Ataukah kaum muda yang "pengecut" dan cuma berani berlindung di balik ketiak para boss nya? Ataukah kaum muda memang gak cukup tau diri untuk memperbaiki kualitas dan kapabilitasnya sehingga lahir dan tumbuh natural menjadi sosok pemimpin sejati?

Lihat saja fenomena yang ada, para kaum muda cuma berani "main keroyokan" di DPR. Cuma berani teriak-teriak meributkan suatu kebijakan lawannya, yang benar salah adalah salah di mata mereka tanpa bisa memberikan solusi pengganti yang lebih baik. Ironisnya, mereka justru mati-matian membela kepentingan mereka, seperti studi banding, naik gaji dll, dengan beragam dalih yang mudah dibuat. Mereka pun lebih snang menyusu pada induknya tanpa berani tampil sendiri gagah ke depan, sekaligus menunjukkan kekuatan dan kewibawaan sebagai sosok sang pemimpin mendatang.

Memang rasanya ada yang salah. Yang salah itu adalah adanya missing link, sehingga tak lahir generasi berikutnya yang kharismatik di mata rakyat, tapi sekaligus mumpuni dalam kapabilitas dan kualitas, serta cuma visi, misi dan gagasan yang up to date. Masalah suksesi memang gak terkait dengan kita langsung secara individu. Me-missing-link-an ini agaknya malah luput dari perhatian banyak khalayak. Namun sesungguhnya di situlah point penting dalam menjaga kesinambungan kondisi kita ke depannya.

Lahirnya seorang pemimpin itu adalah suatu keniscayaan, dan diharapkan atau tidak dia akan tetap lahir. Namun pemimpin yang instan dan karbitan gak akan lebih baik daripada pemimpin buah dari penanaman yang tumbuh natural, serta ranum dan matang untuk siap dipetik dan dimakan. Entah siapa yang pasti sang pemimpin itu sudah digariskan lahir. Walau yang mengherankan sampai saat ini gak ada lagi orang yang sedemikian capable dan kharismatik dari angkatan lebih muda yang muncul ke permukaan. Wajarlah kalau rakyat banyak akhirnya lebih berpaling kepada sosok kakek dan nenek. Dari segi kualitas, kita punya banyak sumber. Tapi kharismatik, kepemimpinan serta visi dan misi yang up to date, belum ada satupun kaum muda yang membuktikannya.

Adakah kaum muda, dan mungkin dari generasi kita yang memamg mumpuni tampil sebagai pemimpin? Apakah kita gak malu, kalau lagi-lagi, harus terus menyusu dan dipimpin oleh kakek dan nenek yang mungkin visi dan misinya sudah gak up to date bahkan ada yang diragukan kualitas dan kapabilitasnya? Tapi mengapa justru rakyat malah berpaling ke mereka dan bukan kepada kaum muda yang mungkin punya kualitas? Adakah yang salah dalam pembinaan dan persiapan mereka? TANYA KENAPA.

Entahlah, cuma miris juga lihat kenyataan yang luput dari perhatian, bahwa lagi-lagi para usia uzur harus naik panggung karena generasi di bawahnya gak ada yang nongol. Weird rasanya mendapat realita bahwa kita tidak menyadari keberadaan missing link dalam pencarian calon pemimpin kita. Itu kalau kita masih peduli dengan arah ke sana. Kalau gak peduli, ya udah sampai di sini saja dipikirkannya.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: