Posted: 13 September 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/13/time/065510/idnews/829374/idkanal/10
Barusan di Mobile TV SBS Service dibahas tentang gempa yang melanda region ini, dan dirasakan pula di Singapore semalam. Yang mengagetkan ternyata pagi ini ada gempa besar lagi yang dirasakan pula di negeri jiran nan ini. Wew, semalam dah 2x gempa hari ini datang lagi. Yang semalam belum habis diberitakan, eeee udah muncul yang lain.Nyampe kantor langsung buka Detik, ternyata benar. Kali gempa buminya berpusat di Jambi. Kekuatannya 7.7 Skala Ritcher, dan kedalamannya cuma 24 km. Ini sudah memenuhi persyaratan untuk menimbulkan Tsunami. Hmm, double double punch tuk petinju yang sudah sempoyongan di pojok ring.
Kenapa yah bisa begini? Saya juga gak tau. Suatu ketika Bapak kenalan saya yang orang Melayu sini bertanya kepada saya, "Pak, ada apa dengan Indonesia? Indonesia dosa apa, kenapa kini kerap kali dilanda bencana?". Saya cuma bisa tersenyum pahit dan menghibur diri, meskipun dalam hati jadi tercenung. Apakah rentetan bencana ini hanyalah kejadian alam biasa, karena di barat Sumatera itu memang ada pertemuan patahan lempeng Eurasia dengan patahan lempeng Australia. Setiap kali lempeng itu berinteraksi, maka gempa bumi akan terjadi, dan lempeng itu akan terus bergerak sampai mereka mendapati keadaan stabil mereka.
Namun mengapa itu semua baru terjadi akhir-akhir ini? Mengapa sebelum-sebelumnya tidak terjadi? Adakah yang salah dengan bumi ini, belakangan ini? Apakah ini suatu kebetulan belaka? Namun bukankah rentetan kebetulan tidak bisa lagi dibilang usuatu kebetulan? Lantas, kenapa lagi-lagi negeri kita yang kena? Adakah yang salah dengan kita? Apakah negeri kita memang lebih pantas mendapatkan "hukuman" itu andaikan memang semua ini bukan sekedar kejadian alam biasa? Kenapa gak negeri lain saja yang kena? Beribu pertanyaan tentu menggantung dan makin membuat gundah.
Kita pun pusing dan pening. Sudah beberapa bulan lalu, Wapres JK mengatakan bahwa dana penanggulangan bencana tahun ini sudah ludes, demi meng-cover "ribuan" bencana yang terus mendera nusantara. Waktu, pikiran, tenaga dll kita sudah hampir tuntas terseret ke sana. Tapi kapan bencana akan berakhir, tiada yang tau. Apakah ini bisa dikatakan sebagai gejala alam biasa dan alam mencoba mengambil keseimbangan dengan take and give. Pada kasus volcano, volcano memberikan kesuburan tanah yang luar biasa kepada daerah sekitarnya melalui abu letusan masa lalu. Itu give-nya. Take-nya, masyarakat pegunungan terancam bahwa volcano sewaktu-waktu bisa meletus. Dalam hubungan dengan alam, Indonesia dikaruniai pelbagai bahan tambang, jutaan ekor ikan, limpahan hutan nan hijau. Adakah alam kini mau mengambil Take-nya berupa bencana alam, sebagai wujud keseimbangan di dunia fana ini.
Walau begitu, sekali lagi, kebetulan yang berulang, bukankah tidak lagi bisa disebut sebagai suatu kebetulan? Miris juga dengan pertanyaan Melayu teman saya itu. Dia, seperti banyak orang, cenderung mengkaitkan kejadian yang ada dengan "hukuman Tuhan", sebagai asap dari api ulah manusia. Saya tak hendak memberi jawaban padanya, karena kalau itu datangnya dari Allah SWT, maka yang tersisa adalah 3 kemungkinan:
1. Ia adalah cobaan, dimana cobaan biasanya diberikan kepada orang beriman sebagai ujian kenaikan tingkat.
2. Ia adalah peringatan, sebagai sentilan dari Sang Khalik karena Dia masih sayang dengan kita, dan agar kita kembali lagi ke jalan-Nya.
3. Ia adalah azab, yang diberikan sebagai hukuman karena kebandelan kita menentang semua aturan-Nya.
Untuk no.1, agaknya kita harus tau diri, sadar dan mau berkaca bahwa apakah kita memang sudah pantas menyandang kategori itu sementara KKB dan kebobrokan masih bersimaharajalela di kehidupan kita. Untuk yang no.3, semoga bukan, karena itu berarti menandakan kemarahan Allah terhadap perbuatan kita yang sudah melampaui batas dan tak pernah sadar diri. Nomor 2 mungkin jadi best choice, walau berpulang pada kebesaran hati apakah kita mau mengakui dan memperbaiki diri atas kekhilafan kita selama ini, supaya mendapatkan ampunan dari-Nya.
Entahlah, secara logis kita bisa bilang pukulan beruntun bencana alam adalah karena memang sudah begitu kondisi alamnya. Namun secara rohani, kadang kita jadi terpikir, manakah di antara 3 pilihan itu yang pantas buat kita. "Kemarahan" alam biasa ataukah Kemarahan Tuhan yang sesungguhnya? Mana yang benar? Yang jelas, suatu kebetulan yang terjadi secara berulang, tidaklah lagi bisa disebut sebagai kebetulan.
Wallahu 'alam bissawab, yang jelas kita gak perlu berkecil hati atas semua yang terjadi. Malah ini harus jadi pemicu kita tuk berpikir jernih dan smart bagaimana menanggulangi efek atas bencana yang terjadi. Pemikiran ini pula yang membuat maju bangsa Jepang hingga kini mereka telah sangat siap menghadapi segala kejadian gempa bumi, karena mereka telah menemukan dan menerapkan Iptek terhadap beragam bidang kehidupan mereka apabila bencana alam, khususnya gemba bumi, memang terjadi. Persiapan memang sangat penting untuk memenangi segala pertempuran, termasuk bertempur melawan sang alam.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment