Saturday, October 27, 2007

Roh Senayan yang terlupakan

Posted: 19 Juli 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://en.wikipedia.org/wiki/Bung_Karno_Stadium

Pernahkah anda berkunjung ke Stadion Utama Senayan, yang kini lebih dikenal sebagai GBK? Kalau boleh, meski berlebihan, agaknya GBK bisa diusulkan sebagai 7 wonder untuk bangunan
di post war abad ini. Stadiun yang mulai dibangun pada tahun 1960 dan selesai pada tahun 1962, sengaja dibuat untuk penyelenggaraan Asian Games pertama dan satu-satunya di Indonesia, pada tahun 1962. Dibandingkan dengan stadium se-zamannya, GBK tergolong yang terhebat dan termewah.

Kapasitas resminya dulu 100 ribu, bahkan bisa memuat sampai 120 ribu orang. Pada era sepakbola perserikatan tahun 80-an, di final Persib vs PSMS, konon 150 ribu orang membanjiri stadion tersebut, sampai ke pinggir lapangan. Keunikan dari stadion ini, adalah bentuknya yang
bundar, dan bukan elips, atau lonjong, seperti stadion-stadion lain pada umumnya. Yang mengundang decak kagus, atapnya sedemikian lebar dan dibangun tanpa tiang. Pada stadion modern lain, atap biasanya tidak selebar Senayan, dan dibuat bergelombang, bahkan ada besi penunjang demi dapat menunjang atap tersebut. Kalau Senayan tetap bundar tanpa tiang penunjang. Stadion lain sejamannya, seperti Maracana di Sao Paolo, dibuat tanpa atap. Kallang National Stadium di Singapore, yang dibuat pada awal 1970-an, malah terkesan jauh lebih lusuh dan jelek, serta tidak ada apa-apanya dibandingkan Senayan.

Arsitek Senayan tidak jelas siapa, di Wikipedia pun tidak disebutkan namanya. Yang jelas, Senayan, yang termasuk 10 stadion terbesar di dunia, sengaja dibuat besar-besaran dan megah oleh Presiden kita masa itu, BK, untuk menunjukkan kepada dunia tentang kehebatan dan kemampuan bangsa kita. Senayan merupakan salah satu dari proyek Mercusuar yang didengungkan oleh BK. Proyek legendaris lainnya adalah Masjid Istiqlal, Jalan Trans Sumatera, Jembatan Ampera, Jalan Layang Semanggi, Monas dll. Hebatnya lagi, Senayan sampai kini masih terus berdiri kokoh dan hanya memerlukan sedikit perbaikan di sana-sini agar bisa tampil lebih cantik.

Menurut mitos, Senayan dibuat dari perpaduan arsitek konsep AS dan Uni Sovyet yang waktu itu sedang terlibat perang dingin dan berebut pengaruh di seantero dunia. BK waktu itu adalah leader dari Asia Afrika, dan kedudukan Indonesia sangatlah penting di mata dunia. Kita bisa berbangga waktu itu. Karenanya AS dan Sovyet sedapat mungkin berupaya merebut simpati kita. Konon pula kata orang, tiang gawang di satu sisi dibuat oleh AS, dan gawang satunya lagi dibuat oleh Uni Sovyet. Benar gaknya silahkan dicek sendiri.

Satu kekurangannya, lampu di atap stadion, yang menerangi penonton, tidak ada. Hingga meskipun penonton puluhan bahkan ratusan ribu jumlahnya, tidak akan nampak jelas di kamera TV, karena kondisi di tempat duduk mereka yang samar-samar. Sanggupkah kiranya kita membangun kembali stadion bahkan kompleks olahraga sehebat Senayan? Stadiun terbaru kita, yakni Stadion Sidoarjo dan Stadion Palembang, sangat jauh tidak ada apa-apanya dibandingkan Senayan. Cost pembangunan Senayan tahun 1960-an adalah USD 12,5 juta, gak tau berapa kalo di convert ke uang sekarang. Yang terpenting, kita punya kemampuan, punya niat dan kesungguhan gak untuk membuat yang baru? Walau pun ada rasanya musykil bisa menandingi kemegahan Senayan.

Kini Senayan nan megah itu, dengan arsitektur yang tiada duanya di dunia, masih terus dipakai sebagai venue kebanggan kita untuk psta-pesta olahraga baik berskala dunia maupun domestik. Seringkali pula dipakai untuk kegiatan rapat akbar berbagai hal. Setiap pagi hari di hari libur, ribuan orang masih setia mengunjunginya untuk sekedar berjogging, olahraga maupun bercengkrama. Namun sayang seribu sayang, meski berulang kali dimanfaatkan di setiap waktu, ada satu hal yang terlupakan dari Senayan.

Dia, yang terlupakan itu adalah Roh Senayan. Roh ini bukanlah roh kemenangan sepakbola dll. Melainkan roh bahwa Senayan sesungguhnya saksi abadi bahwa bangsa Indonesia pernah jaya
dan menempati kedudukan terhormat di mata dunia. Senayan akan terus menjadi bukti abadi bahwa kita pernah mampu dan sanggup membangun sesuatu yang terhebat di dunia pada zamannya. Adakah roh yang menunjukkan kebesaran bangsa kita masih bisa dipanggil kembali dan membangkitkan raga kita yang tengah loyo dihantam beragam masalah? Adakah roh kebesaran bangsa itu mau hadir dan menemani kita lagi kembali membangun kejayaan bangsa?

Entahlah, agaknya jiwa kerdil, dan keminderan semakin hari semakin menghinggapi diri kita, sebagai suatu bangsa, meski itu sebenarnya hanyalah Mind Games belaka. Kalau sudah begini Roh Senayan akan terus terlupakan dan tinggal ada dalam buku harian masa lalu saja. Roh Senayan boleh jadi gak akan pernah kembali lagi, meski bukti fisiknya menunjukkan roh bangsa yang besar itu pernah ada. Dia memang gak akan kembali, kalau kita cuma diam duduk pasrah dan komplain tanpa pernah mau bertindak dan punya planning untuk memanggil roh mulia itu.

Hmm, setiap berkunjung ke Senayan, kadang saya teringat dengan kenangan masa kecil, saat dulu sering nonton pertandingan bola bersama puluhan ribu penonton. Di saat mana saya masih
senang berteriak-teriak dan berjingkrak-jingkrak memberikan dukungan kepada tim kesayangan saya. Namun, bukan cuma itu, tiap lewat sana, saya tetap kagum dengan kedigdayaan masa lalu bangsa. Walau begitu saya sedih, dan bingung gimana caranya agar kita bisa kembali menjadi bangsa besar nan kuat yang dihormati oleh dunia. Seperti semasa Roh Senayan menghinggapi diri kita.

Entah kapan Roh Senayan akan kembali, tiada yang tau. Kehadiran fisiknya pun sudah dilupakan maknanya oleh orang, dengan hanya menjadi sebatas tempat perhelatan kegiatan olahraga saja. Padahal sesungguhnya dia adalah, sekali lagi, saksi bisu kemegahan masa lalu bangsa kita di tingkat dunia.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com/
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: