Posted: 13 Juli 2007
Assalaamu 'alaikum,
Akhir-akhir ini di Gatra diangkat satu berita yang bisa dibilang janggal tapi menggelikan, bahkan sekaligus "memprihatinkan dan memalukan". Berita itu adalah menyangkut membesarnya perseteruan antara Laskar Jihad dengan pentolannya Ja'far Umar Thalib, serta lebih dikenal sebagai kaum Salafy, melawan Laskar Mujahidin, yang dipelopori Abu Bakar Ba'asyir beserta konco-konconya.
Perseteruan ini memuncak manakala Laskar Mujahidin (LM) menggeruduk pengajian kaum Salafy yang membahas tentang salah satu artikel di majalah Risalah Mujahidin milik LM. Di situ ditulis bahwa menurut agen Mossad yang tertangkap di Palestina, para ulama-ulama Salafy sudah disusupi dan dipengaruhi oleh kaum Zionis. Kaum Salafy, termasuk LJ pun meradang, dengan menafikan berita tersebut sekaligus menyatakan berita yang datangnya dari kaum Kafir apalagi Yahudi, tidak bisa langsung dipercaya 100% begitu saja.
Sebenarnya di bumi nusantara, pertentangan antara kedua paham ini, yang padahal katanya sama-sama mengusung aliran salafi, memang semakin memanas pada tahun-tahun belakangan. Terutama sejak selesainya tugas Laskar Jihad di bawah komando Ustad Ja'far berakhir. Sebagain anggota LJ menyempal mendirikan LM. Bagi LJ alias kaum salafy, ketaatan terhadap Pemerintah, selama mereka masih Muslim adalah suatu keharusan. Namun LM malah berpendapat sebaliknya.
Tak heran kalau Ustad Ja'far justru malah bersuara mendukung penangkapan para buronan Poso oleh Densus 88, sesuatu yang bagi orang awam yang gak mengetahui latar belakangnya, akan terasa janggal untuk didengar. Teror bukanlah jalan yang diajarkan Islam, namun mencontohkan kebaikan, keikhlasan dll, adalah yang lebih utama, begitu kata kaum Salafy. Dan tindakan makar terhadap pemerintahan yang Muslim tidak dapat dibenarkan.
Namun buat LM yang militan, penegakan syariah Islam adalah hal yang utama. Sedangkan perjuangan ke arah sana, memang perlu pengorbanan, demi tegaknya syariah Islam. Tak heran, akhirnya yang militan memunculkan sosok Nordin, Imam Samudra, Amrozi, dll yang kini terus diburu karena dianggap mengacaukan negara dengan teror-terornya.
Demikianlah fenomenanya. Masing-masing merasa kukuh dan benar. Kedua belah pihak pun saling berbalas menerbitkan buku, yang saling menuding dan membantah satu sama lain. Suatu fenomena yang memprihatinkan dan ridicuolus. Orang awam sendiri banyak yang gak peduli dengan hal beginian. Kalau pun ada yang peduli, mereka cuma bingung, kenapa sih pada doyannya berantem melulu. Terasa lucu saja, yang satu Laskar Jihad, sedangkan yang lainnya adalah Laskar Mujahidin, lantas apa bedanya Jihad dengan Mujahidin?
Mana yang benar dan mana yang salah, gak ngerti. Namun perseteruan seperti ini gak sebaiknya diletupkan ke masyarakat apalagi banyak yang gak ngerti dan gak tau latar belakangnya. Dan lagi, mayoritas orang kita memang Islam abangan alias Islam sekuler.Satu hal lagi yang menyedihkan, umat Islam itu kalah dari umat lain di bidang politik, ekonomi dll. Mengejarnya pun seharusnya dengan menunjukkan bahwa kita berpotensi dan mampu di bidang Iptek dan ekonomi dll, bukanlah dengan jalan kekerasan. Kekuatan fisik akan sulit mengalahkan kekuatan intelektual. Kalau kalah di bidang intelektual, janganlah dibalas secara fisik, karena itu akan menyebabkan kita tampak bodoh dan malah terus ditertawakan.
Tunjukkan bahwa umat Islam itu santun, ramah dan pintar karena memang Rahmatan lil 'alamin. Bukannya langsung panas dan reaktif terhadap suatu permasalahan. Namun entah kenapa justru api semangat kekerasan yang kadang terbakar duluan di sebagain kalangan umat Islam. Perseteruan LJ dan LM hanyalah satu realita bahwa umat memang sulit bersatu, entah dengan berbagai alasan begitulah adanya. Kalau bicara hal potensi, secara ekonomi kita punya Timteng yang kaya raya dan Indonesia yang SDA nya juga melimpah. Namun kita potensi dan power kita dikerdilkan oleh kekalahan di bidang intelektual. Kalau sudah begini ketertinggalan dari umat dan bangsa lain akan terasa sangat musykil untuk dikejar. Gimana mau mengejar, kalau di dalam saja masih terus berseteru.
Kini terserah kepada umat dan ulama, bagaimana menyikapinya. Akankah kita terus berseteru yang menyebabkan kita semakin tertinggal? Ataukah kita menempatkan prioritas untuk memajukan umat, bukan hanya secara akhlak, tapi juga secara ekonomi, politik dll, sembari menciptakan dunia yang damai dan rukun? Entahlah gimana nantinya. Yang jelas, sekali lagi, gimana mau maju kalau di dalam berantem melulu. Yang jelas, jangan bicara perbaikan moral dan akhlak melulu, kalau ekonomi umat gak dibangun. Seorang yang miskin meskipun sudah diceramahi 1000 x tetap saja akan berpotensi merampok selama ia tetap miskin. Bukan apa-apa, kebutuhan makan demi bisa survive hidup lebih mendesak daripada cuma dicecoki masalah ibadah melulu semata.
Hanya keprihatinan dari seorang awam yang dhaif.
Maaf kalau tidak berkenan.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment