Monday, January 11, 2010

JORR, bayar 6 ribu, jauh dekat

Posted: 24 Oktober 2007

Kalau mau pakai jalan tol yah bayar. Yang gak mau bayar ya jangan pakai jalan tol. Salah sendiri kenapa jalan tol dijadikan jalan alternatif dan bukan buat perjalanan jarak jauh. Gitu kata Bang Yos. Hidup Bang Yos. Gitu Aja Kok Repot. Lagipula orang Pondok Indah, Bintaro dan BSD itu kaya-kaya. Ngapain sih 6000 perak aja diributin. Kalo belanja mahal-mahal, makanan di resto mahal, entertaintment orang berjuta-juta aja gak pusing. Mobilnya aje banyak yang BMW, Mercy, Jaguar dll yang milyaran hargenye. Gak kuat bayar tol gitu? Ridiculous aje, pade blingsatan cuma gara-gara 6 ribu perak.

Bokis kalo harga barang harus naik gara-gara naiknya tarif tol. Dimana itungannya. Tarif per km jalan tol kita cuma 600-1900 perak, termasuk yang termurah di dunia. Pemerintah mau memperbaiki kualitas jalan tol dan membangun yang baru, tapi gak punya duit. Salah satu sumber dananya adalah dari tarif tol. Siapa lagi yang mau bayar kalo bukan pemakainya. Yang salah kalo duit tarif tol itu masuk kantong para perampok uang negara di Jasa Marga dll. Sehingga jalan tol gak berkualitas dan susah terawat. Ini yang harus diberantas, bukan tarif tolnya. Yang sakit mata dan kupingnya kok, malah kaki yang dipijet yah. Salah tempat ngebetulinnya.

Di Jakarta gak sedikit yang punya mobil banyak dalam 1 rumah. Suatu hal yang sulit ditemui di Jepang dan Singapore. Alat transportasi buruk memang bisa jadi alasan, tapi gak selamanya gitu. Harusnya pajak untuk 2nd and 3rd car ditinggikan. Tapi orang kita pada licik, nanti mobilnya atas nama orang lain, jadinya gak kena pajak juga akhirnya. Demi menekan macet, diterapkan 3 in one. Halah bayar aja jokinya 10 ribu, apa susahnya sih. Lantas ada rencana penerapan hari untuk plat number ganjil, dan hari lainnya untuk yang nomor genap. Kayak di Beijing, dan di sana sukses diterapkan. Di kita? He he, bikin aja 2 plat nomor ganjil dan genap, apa susahnya?
Emang polisi bakal ngecek gitu? Kalo ke gap, bilang aja 8 enam, dan kasih duit warna merah. Beres deh.

Di kita peraturan memang terlahir untuk diakali. Di kita, banyak hal yang gak perlu diributin. Tarif jalan tol yang sudah sepatutnya disokong malah diributin, tapi budget gak jelas lain malah dibiarkan. Sama kayak anggota DPR. Selalu ngeributin Pemerintah punya rencana dan anggaran ini itu secara berlebihan. Tapi kok melempem saat ada kontroversi kenaikan gaji mereka? Konon katanya banyak yang pake aji mumpung sekaligus tukang tembak proyek. Ini banyak terjadi pada pejabat eksekutif maupun legislatif dan juga yudikatif.

Payah ini pada bokis dan egois. Biarin aja negara miskin, Emang Gue Pikirin, yang penting kan kantong gue tebel dan foya-foya, gitu kali yah kata mereka. Kalo itu karena kerja keras dan kepandaian mereka, EGP deh dan mereka berhak untuk itu. Tapi kalo karena hasil KKN, nah ini biang kerusakan negara. Capeek deeehh.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: