Posted: 8 Maret 2007
Assalaamu 'alaikum,
Ibaratnya seorang petinju, kita ini sempoyong dan terpojok di sudut ring. Gempuran datang bertubi-tubi, dari kiri dan kanan, atas dan bawah, bagai tak kenal putus. Bersyukurlah masih ada yang namanya kesabaran dan ketabahan, yang menyebabkan kita sanggup menopang kedua kaki ini agar tidak sampai jatuh sembari berharap kapan bunyinya bel tandaronde itu telah berakhir.
Kita memang kini sedang sempoyongan. Orang yang sempoyongan sudah sulit untuk berpikir logis apalagi menganalisa suatu kejadian. Karena itu manusiawi sekali ketika sang kepala negara yang sejak dari dulu tegar, karena ia seorang jenderal, belum apa-apa sudah memerintahkan Menpolhukam untuk menyelidiki dugaan sabotase atas kecelakaan pesawat Garuda kemarin pagi.
Presiden dan juga jenderal, juga manusia. Manusia biasa mana yang akan tahan dengan hantaman bertubi-tubi. Apa yang terlontar dari dirinya hanyalah suara nurani spontan dari seorang manusia biasa meskipun dulunya ia jenderal dan kini seorang presiden. Walau demikian, mengingat kedudukannya, tentulah hal yang tidak tepat untuk melakukan tindakan tergesa-gesa, apalagi barangkali saat itu belum mendapatkan informasi yang valid tentang hal tersebut.
Dugaan memang boleh-boleh saja dilontarkan, dan kemungkinan benarnya tetaplah ada, bergantung hasil penyelidikan nantinya. Namun andaikan terlalu pagi apalagi dilontarkan oleh seorang petinggi, bukankah nantinya akan menimbulkan keraguan kepada kemampuan bangsa yang tidak mampu menjamin keselamatan dan keamanan warga negaranya. Mengapa masalah terorisme, seperti yang dituduhkan, tak bisa juga diatasi? Itu kalau memang anggapan tersebut benar. Namun kalau salah,pertanyaannya akan berubah, mengapa lagi-lagi terorisme harus menjadi kambing hitam?
Rentetan musibah ini selain meninggalkan duka yang dalam juga meninggalkan pertanyaan tak terjawab bagi kita, dan mungkin boleh menjadi PR untuk kita semua.Ada 3 pertanyaan yang selalu membayangi setiap kejadian musibah itu berulang kembali:
1. Apakah rentetan petaka ini sesungguhnya adalah sebuah ujian, ataukah sebuah peringatan, atakah bahkan sebuah azab?
Ujian diberikan kepada hamba-Nya yang beriman, sebagai salah satu"syarat" uji "kenaikan tingkat. Janganlah kita mengaku beriman kalau belum datang ujian kepada kita, meskipun ujian itu bisa juga berupa kenikmatan. Peringatan diberikan agar yang bersangkutan kembali lagi menolehke jalan-Nya yang lurus. Ini mungkin merupakan salah satu bukti kita masih disayang oleh-Nya. Karenanya diharapkan kembali lagi.
Sedang azab itu ditimpakan oleh-Nya, oleh sebab kelakukan kita yang sudah terlalu durjana, yang sekalipun telah diberi peringatan, masih tetap ngeyel, sehingga kita menjadi pantas untuk dihukum. Yang mana di antara ketiga hal di atas?
2. Apakah sebab musabab semua bencana ini?
Apakah itu human error dan salah urus? Ataukah itu karena kita sejak dulu memang ditakdirkan untuk bernasib seperti ini? Ataukah inimerupakan pembuktian pemikiran ngaco bahwa semua adalah buah kesialan dari nasib sial pemimpin kita? Ataukah memang karena kita sudah terlalu banyak melakukan dosa-dosa, sehingga kita menjadi begini? Bagaimana kita bisa menyelesaikan sesuatu kalau kita saja tidak tau akar permasalahannya. Karenanya kita harus jujur dan terbuka, untuk berpikir dan menganalisis apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana supaya tidak berulang lagi.
Kalau memang salah urus dan human error adalah penyebabnya itu berarti sistemnya yang harus dibenahi dan moral serta akhlak pelakunya harus ditata kembali. Kalau memang karena dosa-dosa kita, ya bertobatlah kepada-Nya. Kalau gitu apa sebab sesungguhnya sehingga bisa dicarikan dan dipikirkan jalan keluarnya oleh kita bersama?3. Apakah ada hikmah dibalik semua ini?
Hikmah berarti ada pelajaran yang dapat diambil untuk perbaikan di masa datang. Pendeknya ada manfaatnya buat kita.
Barangkali ada yang bisa mencerahkan tentang hal ini. Bukan apa-apa, kini yang terpampang di hadapan kita adalah hanyalah hal buruk semata. Secara psikis kita sudah terlalu lelah dan capek menghadapi semua ini, tanpa pernah tau kapan akan berakhir. Rohani yang lelah dapat berakibat pada ke-masa-bodoh-an, dan mungkin berlanjut pada stress dan rasa frustasi.
Secara fisik, apa yang kita punya sudah hancur luluh berantakan. Semuanya harus dari awal lagi dibangun. Sedangkan kita tidak punya uang untuk melakukan hal itu semua. Tahun 2007 ini baru berjalan sampai bulan Maret. Namun semalam Pemerintah sudah menyatakan tahun ini kita defisit anggaran untuk penanggulangan bencana. Tidak ada jalan lain Pemerintah terpaksa menerbitkan Surat UtangNegara. So, bisa dibilang, secara ekonomi, bencana ini menguras kantong kita dan menyebabkan kita bokek habis-habisan.
Kira-kira apa yah jawaban yang paling tepat dari 3 pertanyaan di atas. Ada yang punya jawabannya. Gak terjawab juga gak masalah, asalkan masalah dapat teratasi, walau tapi mungkinkah kalau jawabanno. 2 saja kita tidak tau. Ataukah biarkan semua itu menjadi misteri yang juga merupakan suatu Rahasia Ilahi? Rahasia Ilahi, di mana hanya Dia yang mengetahuinya, dan akal pikiran seorang manusia tak mampu untuk menjangkau apalagi menganalisanya?
Yang pasti tetap yakinlah bahwa Allah SWT punya rencana dan maksud atas ini semua. Yakinlah bahwa Yang Maha Kuasa itu sangat sayang pada hamba-Nya, sehingga semua ini terjadi. Namun sebagai seorang khalifah yang dikaruniai akal dan pikiran kita sudah seharusnya bisa menganalisa dan mencari solusinya. Bukankah kewajiban kita sebagai makhluk itu adalah berupaya semaksimal mungkin untuk kemudian menyerahkan semua hasilnya kepada Allah SWT? Inilah yang disebut dengan Tawakkal. Tawakkal tidak sama dengan pasrah, yang semata-mata bergantung kepada nasib tanpa mau menganalisa, apalagi mau berusaha keras terlebih dahulu.
3 pertanyaan singkat, namun boleh jadi beribu jawabannya. Tergantung siapa yang menjawabnya. Kalaupun tak berjawab,biarkanlah semua itu menjadi Rahasia Ilahi. Toh at the end, buat kita yang terbaik adalah, bencana ini tak lagi datang melanda kita. Yang sudah terjadi biarlah terjadi. Bagaimana kita mau hidup adil, makmur dan sejahtera kalau rentetan duka dan petaka itu terus menghalangi langkah kita di dunia yang fana ini?
Wassalaam,
Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment