Assalaamu 'alaikum,
Untuk me-manage suatu negara tidak perlu semuanya pintar, melainkan cukup 2% saja yang pintar.
Di Indonesia, 2% dari 250 juta sudah 5 juta orang lho!
Yang jadi pemimpin memang gak perlu banyak-banyak.
Tentang kualitas, di Indonesia,orang pinter itu dah banyak.
Yang susah nyari orang pinter tapi jujur, berani dan mau kerja keras demi bangsanya.
Kalau cuma pinter belaka, akhirnya yang ada, kepinteran itu cuma dipakai buat minterin orang.
Untuk satu kasus, sebagai contoh, Amien Rais pernah menyindir, negara lain merampok hutan dengan ilmu SD, tapi kita merampok dengan ilmu kuliahan.
Ngerti kan maksudnya?
Walhasil hutan pada botak, tapi gak pernah diekspos karena simbiosis mutualisma yang jahat sudah terbentuk, dimana satu sama lain saling membutuhkan dan menutupi.
Belum lagi di kita masih terlalu banyak kepentingan yang bermain.
Alhasil, kepentingan golonganlah yang akhirnya dikedepankan, sekali lagi, mau gak mau.
Duh, saya capek kalo mendengar kisah tentang kelakuan para petinggi kita.
BTW, tentang tokoh, liat saja, Singapore, Malaysia, China, Jepang dll dulu punya apa?
Singapore punya Lee Kuan Yew, Malaysia punya Mahathir, Jepang punya Kaisar Meiji, China punya Deng Xiao Ping, Korsel punya Park Chung Hee dll.
Kalau kita punya siapa? Bung Karno dulu terlalu banyak lip service dan sesungguhnya rajanya OMDO.
Pak Harto lebih ada hasilnya namun utang dan korupsi kroninya besar.
Yang lain, silahkan menilai sendiri.
Sosok hebatmemang tengah dirindukan oleh kita semua untuk mengubah bangsa.
Orang Jawa bilang doi itu satria piningit, entah siapa nantinya.
Di milis sebelah, pada ramai mengomentari studi banding 300 anggota DPR di akhir tahun.
Saya sih males ngomentarinnya, karena dah sebel habis dengernya, biarin EGP saja.
Semua orang sudah tau, terutama di negeri utara, kalo akhir tahun Parlemennya reses.
Terus kok studi banding sengaja di set waktunya pada saat itu? TANYA KENAPA.
Sebenarnya jalan-jalan begitu gak ada masalah asal ada pertanggungjawabannya dan hasilnya setimpal dengan biaya yang dikeluarkan.
Tapi kalo di kita kan gak begitu.
Apa pernah gitu dikalkulasi hasil sebanding dengan biaya yang dikeluarkan?
Pantes saja negara tekor melulu.
Then, kalau wakil rakyatnya saja sudah begitu kualitasnya, lantas nah nah nah.
Ironis saja,di satu sisi sering berantem dengan pemerintah, tapi di sisi lain, kalo dah bicara kepentingan sendiri lain lagi ceritanya.
Maybe saya orang luar yang gak tau masalah sebenarnya, makanya bisa comment begini.
Minggu lalu di sana ada 3 berita yang menyebalkan.
Masalah meledaknyapipa gas Pertamina di Lapindo, yang konon katanya dah diprediksi 3 bulan lalu (ini cumabuat ngeles biar gak dibilang 'oon ataukah memang doi justru 'oon, karena dah tau tapi gak ngambil tindakan apa-apa), lantas minyak tanah langka di DKI (gak lucu banget di DKI ajabisa langka, berarti pada gak bener tuh kerja mereka yang ngurusin) dan masalah Smackdown (katanya atas nama demokrasi, gak boleh ada larang-larangan walau sudah nyata-nyatatak berguna).
Namun seperti biasa, nikmati saja kondisi nusantara.
Itulah menariknya sisi bangsa kita.
Jalani aja apa adanya, sambil yakin di masa depan bakal membaik, kalau memang niat.
Wassalaam,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment