Assalaamu 'alaikum,
Ada artikel bagus nih tentang negeri jiran nan mini namun juga penadah uang haram kita.
Beberapa waktu lalu teman saya sempat ketemu dengan para pejabat kita yang
mengurus perihal ekstradisi dengan Singapore. Hal ini sudah diurus sejak 30 tahun lalu.
Bahkan tahun ini, meeting sudah berlangsung 9 kali. Namun tetap saja, sampai kiamat,
dengan berbagai alasan, perjanjian ekstradisi ini hampir musykil terwujud.
Kalau sampai terwujud, bagaimana nantinya jiran ini yang 60% uangnya konon adalah
milik orang kaya kita. Bagaimana nantinya jiran ini yang kini masih jadi safe haven
buat para koruptor dan penjahat finansial kita?
Kalau ada koruptor hilang, gak susah kok nyarinya, karena sudah hampir pasti dia
pasti ngumpet di negeri mini ini. Pemerintah sini sendiri juga membentuk satu badan
khusus untuk menampung pelarian dana dari luar, tanpa peduli dengan dari mana
atau dana apa itu. Gak susah kok nyari Syamsul Nursalim di sini, karena dia punya
rumah tanah gede banget di dekat KBRI. Gak susah kok nyari Sudono Salim dll
di sini, yang melarikan dana BLBI. Tapi kita gak punya kemampuan "narik"
mereka dan dananya balik ke bumi pertiwi. Apalagi emreka sudah dihadiahi PR
oleh negeri jiran kecil ini.
So, what to do??? Negeri yang dikatakan red dot oleh Pak Habibie ini memang
kerap menjengkelkan kita. Namun yang lebih jengkel lagi, kenapa kita gak bisa
"menghapus" red dot tersebut??? Apakah eraser kita cukup impoten untuk bisa
melakukannya??? Apakah gak ada jalan lain, minimal menarik balik dana yang kabur
ke jiran ini??? Apakah gak ada cara lain untuk menekan si red dot agar mau
tau diri terhadap saudara besarnya???
Wallahu 'alam bissawab.
Wassalaam,
Papa Fariz
30 Oktober 2006
Gelembung Dana WNI di Singapura
Sejak Indonesia belum merdeka, Singapura dikenal sebagai negara transitperdagangan di Asia Tenggara. Lokasinya sangat strategis. Terletak dalamuntaian Selat Malaka. Sehingga pelabuhannya dari abad ke-19 hingga kiniselalu sibuk. Banyak Cina rantau yang mendirikan firma dagang dan bankskala internasional di sana.Tetapi ada yang menggelitik dari data terbaru yang dirilis firmainvestasi Merril Lynch dan Capgemini, Oktober ini. Dari data itudiketahui sepertiga dari barisan orang kaya banget (OKB) atau yangdisebut high net worth individuals di Singapura adalah saudara kita,warga negara Indonesia (WNI).OKB dalam definisi kekayaannya adalah individu yang memiliki asetkeuangan bersih minimal satu juta dolar AS atau Rp 9,1 miliar. Totaljumlah OKB tersebut mencapai 55 ribu orang. Mereka menimang-nimang hartakekayaan senilai total 260 miliar dolar AS (Rp 2.366 triliun bila 1dolar AS ekuivalen dengan Rp 9.100).Dari jumlah itu, sekitar 18 ribu OKB adalah WNI. Para saudara kita yangkaya ini punya aset kekayaan senilai 87 miliar dolar AS (Rp 791triliun). Jumlah ini sedikit lebih tinggi dari target pendapatan negaradan hibah di APBN 2007 yang sebesar Rp 723,1 triliun.Di atas para OKB ini masih ada orang kaya banget banget (OKBB) ataubahasa keuangannya adalah ultra high net worth individuals. Yang disebutpara OKBB ini konon harus punya pundi-pundi uang minimal 30 juta dolarAS. Kekayaan yang tampaknya tidak akan habis hingga tujuh turunan inihanya dimiliki oleh segelintir (1,3 persen) dari total populasi OKB.''Singapura memiliki kebijakan imigrasi yang sangat longgar bagi orangasing. Ini yang menyebabkan banyaknya kalangan high net worthindividuals dari Indonesia,'' kata Tho Gea Hong, market director MerrillLynch Global Private Client menjelaskan fenomena ini. Ditambahkan,jumlah OKB tersebut meningkat sebesar 13,4 persen dari 2004.Memang betul, yang namanya uang tidak mengenal negara, warna kulit,bentuk tubuh, gaya rambut, hingga tingkah laku orang. Sehingga sah-sahsaja bila dikatakan WNI yang menyimpan dananya di Singapura itu. Toh ituuang mereka. Hasil 'jerih payah' mereka.Lagi pula Singapura, dari dulu sudah terkenal sebagai tempat untukmembiakkan uang. Di masa perang kemerdekaan dulu, para pejuang kitakerap mendapatkan senjata dari pedagang Cina yang menyelundupkannya dariSingapura. Selain senjata, kegiatan ekonomi nasional saat itu jugaditopang oleh jalur-jalur perdagangan gelap Singapura-Indonesia. Banyakpengusaha, baik pribumi atau Cina punya firma dagang di sana.Dalam buku Elit Bisnis Cina di Indonesia karangan Twang Peck Yang(2005), terekam betapa aset dari firma yang didirikan di Singapura itusangat besar. Salah satunya adalah firma Tat Hoa yang didirikan olehsekelompok Cina asal Hokkien. Aset firma ini pada 1948 konon mencapai500 ribu dolar AS.Peranan terkini Singapura menurut Ruth Mc Vey dalam Kaum Kapitalis AsiaTenggara (1998), pun dari dulu hingga sekarang tidak banyak berubah.''Singapura berkedudukan sebagai negara industri baru. Sumber pendapatankapitalisnya bukanlah industri melainkan kegiatannya sebagai tempatdistribusi barang yang diwarisinya dari zaman kolonial,'' kata Ruth.Tapi kecaman keras soal Singapura sebagai tempat menumpuk uang justrudatang dari orang dalam industri keuangan Singapura itu sendiri. AndyXie, kepala Ekonom Morgan Stanley's untuk wilayah Asia, menyatakanSingapura maju berkat Indonesia. ''Singapura sangat bergantung pada uangharam dari Indonesia,'' begitu kira-kira tulisan Andy dalam sebuah pesanelektronik yang ia kirim ke koleganya belum lama ini.Andy Xie telah bekerja selama sembilan tahun di Morgan Stanley, salahsatu firma keuangan terbesar di Singapura. Ia mengirim pesan elektronikitu usai menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)dan Bank Dunia di Singapura bulan lalu. ''Sebetulnya, kesuksesanSingapura terutama berkat aktivitas cuci uang dari pebisnis dan pejabatpemerintah yang korup di Indonesia,'' kecam Andy lagi.Pesan ini kontan membuat heboh. Andy langsung ditendang dari MorganStanley. Firma ini pun buru-buru mengeluarkan surat konfirmasi. Isinyapernyataan Andy dalam surat itu mencerminkan pendapat pribadi. Bukankebijakan firma tempatnya dulu bekerja. Juru bicara Morgan Stanley,Cheung Po-ling, kemudian menegaskan bahwa Morgan Stanley adalahpendukung Singapura dan selalu menghormati negara itu.Apa betul yang diungkap Andy? Tapi pesan yang disampaikan Andy jugabukan barang baru. Aparat hukum kita sudah tahu ada yang mencuci uang diSingapura. Tahu karena Indonesia juga tadinya surga tempat cuci uang.Sayangnya perjanjian hukum ekstradisi koruptor asal Indonesia yangbermukim di Singapura tak kunjung selesai.Kalau begitu mengapa saudara kita masih nyaman menyimpan uangnya di luarnegeri? Apa masalah bunga? Tampaknya tidak, karena terbukti dengan BIrate 10,75 persen, tingkat bunga simpanan Indonesia masih lebih tinggidari Singapura yang diperkirakan hanya lima sampai tujuh persen.Seharusnya menyimpan uang di Indonesia lebih untung ketimbang di luarnegeri.Bisakah sentimen nasionalisme digunakan di sini? Orang yang menyimpanuangnya di luar negeri padahal negaranya sangat membutuhkan bolehdisebut tidak nasionalis? Tidak juga. Karena itu tadi, uang tidak kenalnasionalisme. Anggota Komisi XI yang membidangi perbankan dan keuangan,Dradjad H Wibowo, menilai pada dasarnya ada dua dana WNI di Singapura. Pertama adalah dana `hitam' yang diperoleh dari kejahatan seperti BLBI,kejahatan perbankan, komisi impor ekspor minyak, dan pidana korupsi.Kedua adalah dana `putih' yang murni berdasarkan bisnis.Itu pun disinyalir dana WNI yang mengendap lebih besar dari estimasiMerrill Lynch. ''Berdasarkan omong-omong dengan orang kaya tersebut,sekitar setengah lebih dari harta mereka memang disimpan di luar,''tegas Dradjad. Ia malah memprediksi besarannya hampir setara denganpengumpulan dana pihak ketiga perbankan saat ini yang nilainya Rp 1.150triliun hingg Rp 1.200 triliun.Terkait dana `hitam', Dradjad menilai pemerintah bisa memaksa dana itudikembalikan ke Indonesia. Tapi syaratnya, tuntutan hukum terhadap parakoruptor yang terbukti bermukim di Singapura diproses dulu. Sehingga,akhirnya pemerintah bisa menyatakan dana itu sebagai hasil kejahatan.''Singapura terpaksa akan bekerja sama karena jika tidak, dia dianggapmelakukan pencucian uang, kata Dradjad.Sementara untuk dana `putih' tidak bisa dipaksa masuk. Satu-satunya caramengail dana itu masuk ke Indonesia dirayu lewat sektor migas, properti,industri. Menurut Dradjad, para WNI tajir ini sulit dirayu masukperbankan. Pasalnya peringkat bisnis perbankan Indonesia itu jauh dibawah investment grade. Lalu apa jadinya bila uang Rp 791 triliun masuk ke dalam negeri?Kebanjiran uang tentu saja. Dana sebanyak ini sangat mampu bisa membantupemerintah memuluskan program infrastrukturnya hingga 2009. Pemerintahmasih butuh dana Rp 720 triliun dari swasta. Pasalnya bila menggunakananggaran sendiri pemerintah angkat tangan. Apa jadinya bila uang ini diputar dalam bentuk kredit ke rakyat kecilatau UKM? Sudah tentu bisa besarannya akan menggerakkan sektor riil yanghingga sekarang masih menunggu Godot, alias belum kunjung bergerak. Apajadinya bila setengah dari bunga uang ini (bila disimpan di Indonesia)digunakan untuk menambah anggaran pendidikan? Bisa-bisa semua sekolahdibangun bertingkat dan punya fasilitas internet.Tak ada lagi kita temui sekolah roboh dan murid belajar di emperan. Gurubahagia, murid senang, orang tua nyaman karena biaya sekolah ringan ataugratis. Tapi apa pun itu, realitanya sekarang adalah saat Anda membacatulisan ini, Rp 791 triliun uang saudara kita melenggang di luar negeri.Entah kapan kembali ke sini. evy
No comments:
Post a Comment