Sunday, June 17, 2007

Iptek RI tertinggal jauh

Posted: 9 April 2007

Assalaamu 'alaikum,

Dikutip dari harian Kompas. Ternyata kita (lagi-lagi) tertinggal jauh dalam pengembangan Iptek. Ini fakta yang harus diakui oleh Pak Menteri sembari memberikan clue bahwa perlu upaya nyata dalam berinovasi dan menerapkan Iptek. Sayangnya, guttai teki na yari kata (langkah nyata untuk melakukannya), gak dikasih ide oleh Pak Menteri yah?

Then, menurut Pak Rektor kemunduran mutu pendidikan Indonesia tidak datang dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses jangka panjang. Sejujurnya teknologi kita tertinggal jauh, dan jauh sekali. Di PD II, orang-orang sudah bisa bikin tank, kapal selam, pesawat terbang bahkan bom atom, kita saja peniti masih harus impor dari China.

Pertanyaan yang tersisa kini: what to do? Bagaimana caranya agar kita bisa mengejar ketertinggalan itu, tanpa perlu saling menyalahkan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua ini? Orang Jepun, kalau ada masalah biasanya berpikir lebih dahulu tentang bagaimana agar hal ini tak terulang lagi di masa depan, serta bagaimana solusi terbaiknya.

Kalau kita, maaf, terkadang, lebih menghebohkan siapa yang bersalah dan kenapa ini bisa terjadi? Akhirnya banyak sekali kasus-kasus yang menggantung, bukan cuma masalah pendidikan saja, tapi juga dari hal seperti formalin, terulangnya Impor beras, lagi-lagi banjir, banyaknya bencana alam dll.

Tentunya, kalau kita berhasil menemukan solusi suatu masalah, itu berarti kita tau akar permasalahan dll. Namun kalau kita memikirkan melulu siapa penyebabnya, dan kenapa terjadi, itu bukan berarti kita bisa menemukan solusinya. Begitu gak yah kira-kira?

Anyway, sistem pendidikan, termasuk kurikulum dan aplikasinya memang harus ada yang dibenahi. Gak perlu malu mengakui tertinggal, yang terpenting gimana kini kita bisa mengejarnya. Potensi SDM kita sudah hebat sekali, sehingga berulang kali bisa meraih prestasi tingkat dunia. Tinggal bagaimana memaksimalkan mereka.

Wassalaam,

Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com


Indonesia Jauh Tertinggal Dalam Pengembangan Iptek

Laporan Wartawan Kompas Evy Rachmawati

TANGERANG, KOMPAS--Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara yang telah maju dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Padahal, sejumlah perguruan tinggi telah siap menjadi pusat pengembangan iptek jika diberi insentif dan diberi kesempatan. Karena itu, perlu ada upaya nyata dalam mendorong inovasi dan penerapan teknologi mutakhir."Dalam hal ilmu dan teknologi, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara maju. Kita harus mengakui fakta ini," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie yang juga Ketua Harian Pembina Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia usai acara wisuda Institut Teknologi Indonesia, Sabtu (7/4), di Serpong, Tangerang, Banten.

Selain mewisuda sekitar 250 sarjana, dalam acara itu juga dilakukan pengukuhan tiga guru besar ITI. Mereka adalah Prof Krishna Mochtar sebagai guru besar tetap dalam bidang rekayasa dan manajemen konstruksi, Prof Godlief Robert Kermite sebagai guru besar dalam bidang teknik mesin, serta Prof Alexandra Iwanovna Kermite sebagai guru besar dalam bidang teknik mesin.

Dalam kesempatan itu, Aburizal juga mengunjungi sarana dan prasarana yang ada di kampus ITI, seperti perpustakaan, ruang komputer, dan ruang perkuliahan. Kepada jajaran rektorat, ia berharap nantinya sarana dan prasarana yang ada di ITI ditingkatkan. Caranya, dengan membangun gedung perkuliahan yang lebih representatif dan menjalin kerja sama dengan lembaga lain.

"Kita sebenarnya sudah cukup berusaha. Beberapa perguruan tinggi kita telah siap untuk menjadi centers of excellence jika diberi insentif dan kesempatan untuk itu. Demikian pula beberapa lembaga seperti PT PAL, IPTN, Pindad, telah melakukan upaya penerapan teknologi tinggi yang cukup baik," kata Aburizal menambahkan.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya, berbagai hal juga telah cukup membesarkan hati. Hal ini ditandai adanya penetrasi teknologi mutakhir seperti komputer, internet, telepon seluler, dan sebagainya, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan ke daerah-daerah cukup terpencil.

"Semua itu cukup menggembirakan kita. Namun kita tetap harus berkata bahwa semua itu masih jauh dari cukup. Kita masih harus memacu diri lebih giat lagi agar technology gap yang ada dapat semakin diperkecil. Berbagai hal yang jadi permasalaahn di negeri kita masih menuntut inovasi dan penerapan teknologi mutakhir yang tepat guna," ujarnya menegaskan.

Rektor ITI Isnuwardianto menambahkan, sejak beberapa dasawarsa lalu mutu pendidikan di Indonesia menurun dalam peringkat mutu pendidikan di kawasan Asia. Kemunduran kualitas pendidikan di Indonesia, termasuk pendidikan sains dan teknologi, ini tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang panjang.

No comments: