Assalaamu 'alaikum,
Dear alls, saya mau sedikit berbagi pengalaman, yang buat saya pribadi masih membekas.
Dulu di Jepang, kami yang masih student, muda-muda, ceria dan imut-imut, pernah punya suatu ide cemerlang yang Insya Allah sampai kini masih dijalankan oleh teman-teman kami.
Kepada mahasiswa muslim dari Indonesia ditawarkan untuk menjadi kakak asuh.
Infaq-nyaditetapkan tapi besarnya terserah.
Untuk 1 orang anak asuh, infaq-nya adalah 1000 yen (SGD 15).
Kalau kita berminat untuk menyumbang ke 3 orang, makanya infaq-nya menjadi 3000 yen.
Itu besarnya dikembalikan kepada keikhlasan dan kemampuan pribadi masing-masing.
Setiap orang di"bebani" untuk membantu perkembangan adek asuhnya. Diberi data pribadi lengkap dari adek asuh, kemudian saling berkorespondensi langsung, serta tau bagaimana kondisi terkini dari sang adek langsung.
Syukur-syukur, kalau mau pas pulang bisa langsung bertatap muka dengan adek ybs.
Mencari adek tidak sembarangan, ada teman khusus yang memberi referensi.
Yang jelas sang adek diusahakan dari keluarga kurang mampu,namun punya kemauan belajar keras serta juga "anak baik-baik".
SGD 15 yang mungkin bagi kita gak berarti apa-apa, ternyata berarti banyak bagi mereka.
Uang 80 ribu rupiah itu sudah terlalu banyak buat mereka untuk bayar uang sekolah, beli alat pendukung belajar sekaligus bekal mereka ke sekolah.
Senangnya bukan main mereka.
Dan sang kakak asuh juga diberi tanggung jawab mengontrol perkembangan sang adek, agar tetap rajin belajar dan qualified sesuai persyaratan yang kami tetapkan.
As we know, banyak sekali di kalangan pelajar Muslim yang pintar tapi tak mampu.
Bulan lalu, saya prihatin sekali, baca Republika.
Ada seorang anak Tsanawiyah yang juara Olimpiade matematika di Bekasi.
Namun dia cuma seorang yatim, yang ibunya kerja pas-pasan.
Karena si ibu sudah tak mampu biaya lagi, mau gak mau si anak berhenti sekolah.
Hingga saat itu dia sudah mogok makan beberapa hari.
Karena pengen sekolah tapi gak ada biaya.
Malu juga ke sekolah tapi uang bayaran nunggak melulu.
Syukur deh, konon akhirnya anggota dewan berjanji akan memperhatikan
Biasa brur, kalau sudah di blow up baru pada, maaf, sok-sok sibuk dermawan.
Dan banyak lagi kisah lainnya.
Kami pelajar yang masih imut dan ceria, sudah sanggup membuat terobosan baru.
Apalagi kakak-kakak di organisasi ini tentunya lebih berpotensi punya ide yang lebih dahsyat.
Menurut hemat saya, paling gak, punya ide sejalan jadi orang tua atau kakak asuh lah.
Yang jelas, point-nya:
1. ngasih dana kontinyu, bukan semacam sedekah, sekali ngasih terus selesai.
Gak gede gak papa, yang penting kontinyu, dan itu lebih penting.
2. kalau bisa si pemberi dana diberi tanggung jawab untuk membantu membimbing adek asuhnya.
Jadi ada hubungan timbal balik dan silaturrahmi.
Mana tau in future, sang adek asuh jadi hebat. Tul gak?
Demikian brurr, ada opini lain?
Ide di atas sederhana, gak sulit dilaksanakan, tapi berdaya guna langsung di masyarakat.
Minimal kita gak jadi muslim NATO (No Action Talk Only).
Wassalaam,
Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment