Saturday, June 9, 2007

Koreksi dan detail tentang Srikandi

Posted: 5 Mei 2006

Assalaamu 'alaikum,

Srikandi ketika nikah memang masih perempuan. Makanya isterinya gak disentuh oleh dia. Sang isteri curiga, kemudian diintipnya sang suami,
Srikandi, pas lagi mandi (matanya bintitan gak yah?). Ternyata cewek. Trus dia lapor ke mertuanya dan mertuanya marah besar. Srikandi
kabur ke hutan dan mengembara, sampai akhirnya bertemu dengan resi raksasa yang bernama "Stuna" Disitulah dia bertukar kelamin dengan
perjanjian bahwa Srikandi memang akan kembali setelah masalahnya beres. Waktu itu sang mertua sudah akan menyerbu kerajaan Pancala,
kerajaan-ya Prabu Drupada (sorry bukan Wirata). Prajurit kedua kerajaan bingung, kok sesama besan mau saling menggempur tanpa alasan
yang jelas dan alasan itu tak boleh ditanyakan.

Ketika kedua pihak sudah berhadap-hadapan, datanglah Srikandi, yang udah berwujud jadi lelaki, menghadap mertuanya dan ayahnya.
Perang dapat dielakkan. Mertuanya sendiri bingung kok anaknya ngadu bahwa si Srikandi itu cewek. Wong dia itu keliatan banget cowok gitu lho.
Badannya juga kekar. Akhirnya Srikandi rujuk tuh sama isterinya. Suatu ketika Srikandi harus menunaikan janjinya dan kembali ke raksasa.
Namun si raksasa mempersilahkan Srikandi tetap jadi lelaki sampai ajalnya tiba nanti. Hayo, ingatan waktu kecil sampeyan sama ingatan saya
yang baru semingguan ini kuat mana? Baca lagi yahh buku sampeyan.

BTW, saya mah gak ada maksud SARA atau menyindir yang namanya Srikandi. Maaf-maaf aja yah kalau yang punya nama Srikandi merasa
gak berkenan. Tulisan ini juga iseng kok awalnya, abis baca tentang Srikandi versi Mahabarata asli, trus jadi iseng aja teringat julukan Srikandi,
yang sering dipakai cewek kita. Julukan lho, bukan nama. Ah, barangkali itu kan karena pada gak tau sejarah Srikandi sebenarnya, Tapi mungkin
kalau ada orang tua yang ngasih nama Srikandi, dia cuma punya maksud supaya anaknya jadi wanita yang sukses dan gagah nantinya. Boleh jadi
kurang tapi detail, dan gak "ngeh" dengan kisah Srikandi versi asli India.

Apalagi dalam kisah versi Jawa, Srikandi itu adalah salah satu dari 40 isterinya Arjuna, si panengah Pandawa. Kalau saya gak salah, versi Jawa itu
ditulis kembali oleh Mpu Tantular atau Mpu Prapanca di masa Majapahit. Lantas di"sempurnakan" lagi oleh Walisongo, terutama Sunan Kalijogo.
Makanya dalam versi Jawa ada yang namanya Semar, Togor, Petruk, Gareng dan Bagong yang berprofesi sebagai Punakawan. Baca deh kisahnya
di karangan RA Kosasih yang berjudul Wayang Purwa. Akhir dari kisah keluarga Pandawa, dalam versi jawa, nantinya adalah berjudul
Layang Kalimasada. Di situ Yudistira alias Prabu Semiaji alias Dharmakusumah akan wafat meninggalkan wasiat yang diletakkan di mahkotanya
(CMIIW yah). Dan wasita itu adalah layang Kalimasada yang alias jimat Kalimat Syahadat. Dengan kata lain, berujung pada syiar Islam dengan
mengucapkan kalimat Syahadat, orang bisa masuk Islam. Nah lho, bingung gak tuh, dari Hindu kok bisa-bisanya nyambung ke Islam.

FYI, Srikandi itu anaknya Prabu Drupada dari Pancala. Anak prabu Drupada ini ada 3, yakni Drupadi (isteri dari Yudistira), Drestajumena
(si pembunuh Dorna di Bharatayudha) dan Srikandhi. Drupada adalah musuh bebuyutannya Dorna, meskipun semasa kecil mereka bersahabat.
prabu Drupada mati di tangan Dorna, namun Dorna mati di tangan Drestajumena, karena supata dari Bambang Ekalaya (sebenarnya ditipu oleh
Kresna dan Arjuna, namun Dorna yang kena supata, baca deh di Lanjutan Mahabarata jilid 2).

Wassalaam,

Papa Fariz

No comments: