Saturday, June 9, 2007

Masa kanak-kanak yang kurindukan

Posted: 22 Februari 2006

Assalaamu 'alaikum,

Pagi ini saya kebetulan membaca buku berjudul Gado-gado, yang isinya tentang budaya Betawi dan histori-nya dll...
Tentang Betawi itu sendiri, lain kali saya akan cerita lebih panjang, namun ada tulisan di dalam buku itu yang mengingatkan
saya pada kenangan masa kecil dulu...Yakni tulisan tentang permainan anak-anak...

20 tahun lalu, semasa saya masih berseragam merah putih, bersama teman-teman, kami sering melakukan permainan sbb:

1. Main Gundu atau Kelereng
Ada yang main centil gundu dengan berupaya memasukkan gundu ke lubang tertentu, ada juga sekumpulan gundu
diletakkan dalam lingkaran, dan diperebutkan satu per satu via gundu "gacoan" kita.
Ingat banget dengan mas Ndut, abang saya yang punya gundu sekantong plastik, karena dia memang gape memang main gundu.
2. Main Gasingan dan Yoyo
Mainan dari kayu yang dibanting dan diputar dengan tali. Kalo gasingan sempat ada acara aduannya, kalau yoyo hanya
untuk asyik-asyikan sendiri.
3. Main Petak Umpet
Ada satu orang yang jadi setan dan jaga tiang. Dia nembakin peserta lain yang ngumpet, satu per satu, di mana peserta yang
ketauan pertama, bakal jadi setan di game berikutnya. Masih ingat banget, teman main yang selalu "dikerjain" supaya jaga melulu.
Kami rame-rame nyerbu tiang, so dia gak sempet nembakin satu per satu, akhirnya dia jaga tiang lagi (kesian deh lo)...
4. Main Dor Nama
Peserta dibagi 2 kelompok dan masing-masing ngumpet. Lantas, masing-masing mencari lawan dan menembak lawan
tersebut dengan menyebut namanya. Sempet juga nyelusup ke dapur tetangga biar gak ketahuan, eh eh.
5. Main Bentengan
Peserta dibagi 2 kelompok, saling kejar-kejaran untuk menangkap musuh dan menyerbu benteng lawannya.
Lumayan capek, tapi menyehatkan karena kita jadi lari-larian ke sana-sini.
6. Main Galah Asin
Ini dibagi 2 kelompok juga, yang satu jaga yang satu menerobos. Lapangan bulutangkis jadi tempat permainannya.
Lumayan capek, tapi juga harus mikir memanfaatkan kelengahan lawan supaya bisa menerobos dan menang.
7. Main Ciplek Gunung
Biasanya dilakukan oleh anak-anak wanita. Kita melempar batu yang ke motif yang digambar di lapangan.
Trus kita dingkring, alias kaki diangkat satu, melewati kotak-kotak di motif itu.
8. Main Tepok-tepokan Tangan
Lagunya: Sim sim trima-rima kasim sim, Simpak daun rambutan tan, Tanduk ular mati ti, Tikus main di loteng teng,
Tengok ayam bertelur lur, Luri jalannya laju ju, Jual minyak wangi ngi, Ngitung duit seperak rak, Rakus makannya Sapi pi,
Pitak palanya Soleh leh, Lenong main di kampung pung, Pungut anak perawan wan, Wandi jago gendang dang, Dangdut, dangdut
9. Main Jaburan atau Tali Kuning
Yang jaga duduk nungging, terus peserta lainnya naruh telapak tangan di atas punggungnya, memindah-mindahkan batu sambil
bernyanyi. Setelah nyanyian habis, yang jaga harus menebak, batunya ada di tangan siapa.
Lagunya adalah: kumaha tali kuning, tali didengdeng, tali didengdeng.
10. Main Cemprengan dan Loncat Tali
Karet dilinting membentuk tali. Kalau cemprengan, tali karet itu diputar dan pesertanya lompat-lompat di dalam.
Kalau main lompat tali, tali karet dipasang pada ketinggian tertentu, dan peserta berupaya melompatinya.
11. Ada lagi yang ingat permainan masa kecil lainnya?

Tapi kini, saban balik mengunjungi tanah kelahiran, sedih juga melihatnya. Macet dimana-mana, suatu tipikal Megapolitan.
Kini tak ada lagi tanah kosong, tempat anak-anak kecil bermain lari-lari. Sekali ada tanah kosong, langsung saja dibabat
dan diperebutkan, apalagi kini harga tanah menggiurkan. Di pinggiran seperti Ulujami saja, konon kini up to 2,5 juta per meter.
Jaman telah berganti, kini anak-anak tak lagi bermain permainan di atas, walau sebenarnya permainan tersebut MURAH
(bahkan GRATIS) tapi MENYEHATKAN. Mungkin anak-anak sekarang lebih senang bermain dengan Play Station,
yang selain melenakan juga menghabiskan uang jajan (dan uang lainnya). Bahkan gak sedikit yang mungkin sudah pandai
bermain internet. Di dunia yang semakin kompetitif ini, mereka dituntut masuk sekolah "bagus", belajar mati-matian,
ikut kursus komputer, bahasa Inggris dll, serta bimbingan belajar usai pulang sekolah.

Alangkah indahnya masa kanak-kanak kita, 20 tahun yang lalu, yang tidak terbebani apa-apa...
Semoga generasi anak-anak kita tidak kehilangan masa kanak-kanaknya, suatu masa yang indah, di saat kita masa bisa
tertawa lepas, ceria gembira, lari sana sini, dan meskipun nakal tetap disayangi semua orang karena kita memang masih innocence.

Namun, saya sedih dan kaget sekali membaca berita di salah satu harian ibukota, pada hari Minggu lalu.
Di artikel itu ditulis bahwa para pendidik prihatin dengan kelakuan sebagian anak didiknya yang sudah punya handphone
ber-camera. Lho, kan gak papa toh, kalo kita kaya, dan sanggup beli HP canggih tersebut? Bukan di situ brur and sis masalahnya.
Ternyata anak-anak tersebut saling mem-foto alat genitalnya dengan camera HP, dan membanding-bandingkan satu sama lain!!!
Masya Allah, anak-anak nihh brur...Rusak dehh...Kemudian juga ada artikel mengerikan yang menulis para anak jalanan
yang kebelet nge-seks karena pengaruh bacaan dan tontonan, karena takut dituduh "memperkosa" gadis cilik dan gak punya
duit serta kekecilan untuk main dengan PSK, akhirnya, maaf, melakukan perbuatan terkutuk kaum Nabi Luth terhadap
sesama anak jalanan pria lain yang lebih kecil dan lemah. Masya Allah...

Barangkali ada yang care dengan dunia anak-anak serta memikirkan balance antara beban dan keceriaan anak-anak.

Kalau ada yang mau menambahkan dan punya opini lain, silahkan saja.

Wassalaam,

Papa Fariz

No comments: