Saturday, June 9, 2007

Narkoba

Posted: 3 November 2006

Assalaamu 'alaikum,

"Kemarin, siapa yang meninggal di kampung bawah, Mas?", sapa saya kepada tukang ojek yang biasa
mangkal di depan rumah. "Si fulan Mas, biasa lah OD (Over Dosis). Orang tuanya aja yang ngaku-ngaku
si anak sakit ini itu, padahal semua orang tau si fulan itu pecandu narkoba. Bulan lalu di kampung ujung,
juga ada yang mati, karena OD juga", jawabnya. "Dengar gak, waktu mati listrik kemarin, ada blanwir
seliweran di jalan raya?" balasnya bertanya pada saya. "Ya, dengar, memangnya ada kebakaran di mana?"
kataku. "Itu di kampung bawah juga, ABG-ABG pada nyabu, eee apinya kegedean dan matiinnya
susah, jadinya tetangga-tetangganya pada manggil blanwir", jawabnya dengan logat Jakarta kental.

Hmm, saya cuma bisa mengelus dada. Yang saya heran, kenapa pengedar dan bandarnya sulit ditangkap.
Selalu saja rantainya putus di tengah. Konon katanya si pengedar orang luar, sehingga selalu saja lenyap
begitu saja. Yang bikin saya mengernyitkan dahi lagi, ada di antara pergaulan anak muda kita, kalau dulu
gak ngerokok, seorang anak laki-laki dibilang banci lah, gak macho lah dll. Tapi kini, bukan rokok
lagi, karena rokok dah enteng dan gak jaman, melainkan siapa yang gak nge-drugs, gak macho lagi.
Memang benar apa kata hadits, siapa yang berkawan dengan tukang minyak wangi akan kebagian wanginya,
sedangkan yang berteman dengan tukang arang akan kena hitamnya. Yang namanya dugem, apalagi,
selalu akrab dengan psikotropika, terutama inex dan ecstasy.

Taukah anda kenapa sering ada orang yang mati OD karena inex? Menurut teman saya, andaikan kita
memakai inex dan ecstasy, hormon kita menjadi terpacu, dan kita harus aktif dan banyak gerak.
Biasanya sang pemakai asyik berajojing ria kesetanan di tengah musik jdar jder di keramaian diskotik.
Mereka mati OD bukan karena dosisnya yang berlebih, melainkan gak ngerti memakainya. Habis nenggak,
gak gerak, ya kejang-kejanglah. Jarang ada yang mau pake dosis lebih, karena sebutir inex yang kecil
mungil saja sudah dihargai 150-300 ribu.

Suatu bisnis yang menggiurkan bukan? Apalagi di tengah pengaruh globalisasi, pergaulan, kelabilan
psikologis dan himpitan ekonomi dll, bangsa kita ternyata rentan sebagai target. Penemuan shabu-shabu
seberat satu ton (tepatnya 955 kg) memang bikin bulu kuduk kita merinding). Bayangkan, andaikan
sekali konsumsi orang menenggak 100 mili gram shabu-shabu, maka barang haram ini akan cukup untuk
dosis sebanyak 955 kg ini mampu untuk dipakai oleh 955 x 1000 x 10 = 9,55 juta orang.

(unfinished)

Papa Fariz

No comments: