Posted: 27 Januari 2005
Siiiiiip dan trims Mbak,
Trims atas pencerahannya..Insya Allah kita semua jadi mengerti tentang NGO sebenarnya...
Saya pribadi senang sekali apabila mendapat penjelasan dari orang yang memang pakarnya
atau yang terlibat langsung, jadi gak asal bunyi...
Insya Allah selain menambah wawasan kita juga bisa bersikap lebih dewasa dan arif
dalam memandang keberadaan NGO, yang sebagian di antaranya bisa dibilang pahlawan
tanpa tanda jasa...Dan kita ngerti tau mana NGO yang lurus dan mana yang sebenarnya belok...
Namun, sekali lagi ada keseimbangan alamiah YIN (positif) dan YANG (negatif)...
Semoga nila setitik dari YANG tidak merusak susu sebelanga milik YIN...
Dan semoga kita lebih memahami bahwa keberadaan YANG tidak digeneralisir kepada YIN...
Semoga mbak khususnya, dan teman-teman lain yang terlibat di NGO, bisa meneruskan
perjuangannya dengan hati nurani dan keyakinan bahwa perjuangan tersebut benar...
Kalau niat benar, cara dan tujuan juga benar, semoga dibalas dengan reward yang
sepantasnya dari Yang Di Atas...
By the way, tentang kesuksesan, saya pernah ditanya teman tentang definisi tersebut...
Saya cuma jawab, sukses adalah apabila diri kita telah bermanfaat bagi orang lain
(termasuk orang banyak), baik secara langsng maupun tak langsung, dengan usaha,
kekuasaan maupun harta yang kita miliki...Tentunya dengan niat yang baik, cara yang
bersih dan bertujuan mengharap ridho Yang Kuasa...
Thanks and best regards,
Mas Boedoet
----- Original Message -----
Mas Boedoet yang baik,
Tadinya saya enggan berkomentar tetapi agak tergelitik juga dengan email terakhir ini...
Saya bukan ingin mengklarifikasi.. apalagi menyalahkan.. menurut saja wajar saja setiap orang berpendapat, apalagi orang tersebut tidak terjun langsung di dunia yang sering disebut dengan dunia LSM..
LSM yang kalau dipanjangkan istilahnya menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat, rasanya tidak selalu tepat digunakan.. makanya saya lebih senang menggunakan istilah NGO (Non Government Organization) atau ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) dalam bahasa Indonesia-nya.. Organisasi ini sebenarnya sudah lama sekali muncul di Indonesia, namun baru marak pada sekitar pertengahan 90an sampai saat ini. Bahkan, sekarang sudah bermunculan beribu-ribu organisasi yang menyatakan dirinya tergolong LSM atau NGO atau ORNOP itu..
Apa akibatnya? seperti dikemukakan dalam email di bawah ada YIN pasti ada YANG.. kemunculan organisasi yang mengatasnamakan rakyat dan mengklaim non profit itu ada yang diniatkan positif sesuai dengan cita-cita kemaslahatan rakyat banyak.. tetapi jangan lupa banyak juga yang meniatkan untuk memperkaya diri pribadi..
Apa hubungannya dengan email Mas Boedoet di bawah? Si Mas menjelaskan proses yang dilalui oleh sebuah LSM untuk memperoleh dana untuk membiayai kegiatannya dan juga staf-stafnya.. Yang perlu diingat, BUKAN berarti itu bersifat general, berlaku untuk semua ornop. Banyak juga ornop yang memiliki unit usaha profit (tetapi masih berada dalam prinsip-prinsip yang dianutnya, bukan usaha profit yang memarginalkan masyakat) yang justru menghasilkan dana untuk kegiatannya. Banyak juga ornop yang menjual jasa konsultasi/asistensi/lainnya (sekali lagi tidak bertujuan untuk mengekspoitasi rakyat) yang keuntunggannya dikembalikan kepada rakyat.
Selain itu, saya juga agak keberatan dengan email di bawah yang menyatakan bahwa proposal yang diajukan ornop yang implikasinya pada realisasi kegiatan di lapangan, HARUS membawa pesan sponsornya. Saya tidak memungkiri ini terjadi, tetapi HARUS disadari juga bahwa ini terjadi TIDAK untuk seluruh organisasi yang menyatakan dirinya sebagai ornop.
Saya bisa membuktikan bahwa banyak sekali ornop yang menolak uang milyaran rupiah dari donor yang memaksakan kehendaknya. Saya bisa membuktikan bahwa banyak konflik antara donor dengan ornop, karena kehendak donor tersebut ditolak oleh ornop ybs, saya juga bisa memperlihatkan banyaknya boikot saat ini dari ornop ke donor yang memaksakan kehendaknya. Saya juga bisa memberikan beberapa nama donor yang sama sekali TIDAK meminta pesan sponsor.
Mungkin inilah beda orang-orang yang mengabdikan dirinya ke lembaga yang namanya ornop dengan orang-orang yang memilih bekerja di perusahaan. Beberapa orang menyebut aktivis-aktivis ini terlalu idealis.. bahkan tidak sedikit yang disebut orang gila.. Beberapa orang menyebut berteriak-teriak mengemukakan kebobrokan yang benar-benar ada adalah jalan untuk mencari popularitas.. (sebenarnya, kenapa enggak ikutan Penghuni Terakhir aja ya di televisi swasta, yang resikonya lebih kecil dan pasti lebih cepat populer dibandingkan jadi aktivis yang pada akhirnya beresiko diracun seperti Munir, diculik seperti Widji Thukul, atau dipukuli seperti Farid Faqih)..
Yah, jujur saja saya susah menuangkan ini dalam kata-kata.. susah juga menyakinkan ke orang (bahkan orang tua saya) bahwa bersekolah tinggi, tujuan utamanya bukan mencari harta sebanyak-banyaknya.. susah, karena ini memang keluar dari hari nurani masing-masing..
Susah.. marah.. melihat keadaan yang bobrok.. Jadi, pilihannya tinggal ikut dalam gerakan yang dicap sparatis dan radikal... (bahkan dicap PKI, karena itu jargon orde baru yang menjadi andalan untuk orang berani menentang) atau berdiam diri, seakan-akan tidak tahu apa-apa dan sibuk menimbun harta untuk dirinya sendiri... semua pilihan.. bukan berarti semua yang memilih bekerja di profit akan mempunyai hati nurani yang busuk.. sekali lagi.. saya pantang mengeneralisir..
Salam,
No comments:
Post a Comment