Posted: 12 Februari 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/02/tgl/12/time/031103/idnews/740822/idkanal/10
Hmmm, kalau sudah yang namanya untuk kepentingan sendiri, apalagi itu untuk menggendutkan perut, para wakil rakyat kita tidak segan-segan untuk mati-matian sembari tebal muka untuk meraihnya. Tambahan tunjangan komunikasi intensif ini besarnya memang variatif untuk tiap daerah. Di DKI sendiri tunjangan itu berkisar 7,5 juta rupiah per orang dan dapat diterima secara rapelan karena berlaku surut sejak Januari 2006. Sebagai contoh anggota DPRD DKI kini menerima gaji pokok 5 juta, tunjangan rumah dinas 11 juta.
So, total yang mereka terima adalah 23,5 juta per bulan. Itu belum termasuk uang sidang serta komisi-komisi lain dari penyusunan Perda dll. Untuk pemasukan dari sisi lain yang grey dan black, wallahu 'alam. Pada akhirnya pemasukan para wakil rakyat semakin jauh membengkak, namun apakah itu sesuai dengan kinerja yang telah mereka lakukan?
Andai kita bekerja di suatu perusahaan swasta, semkain tinggi gaji maka akan semakin berat beban dan tugas yang kita emban. Dan kita pun harus bersiap "pamitan dengan rekan kerja", andaikan perusahaan menilai kinerja dan prestasi kita tidak sesuai dengan gaji kita. So bagaimana dengan para wakil rakyat? Bukankah mereka digaji salah satunya dari uang pajak dan itu berarti rakyat adalah majikan mereka. Apakah rakyat berhak mengevaluasi kerja mereka yang pas-pasan, sekaligus memberikan punishment pada mereka?
Kenyataannya gak tuh, karenanya banyak anggota yang cuek bebek dan tebal muka. Silahkan menilai prestasi dan kinerja mereka selama ini. Sedangkan kita ketahui para rakyat jelata makin sulit untuk meraih sesuap nasi. Tengoklah di berbagai sudut ibukota, para gelandangan dan pengemis bertebaran dimana-mana. Bila bertemu nasi sehari sekali saja, banyak yang sudah menyembah-nyembah karena sangat-sangat bersyukur.
Then, pernahkah anda mendengar prinsip Carrot and Stick, seperti yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang dan Singapore? Maksudnya para aparat pemerintahan diberi gaji yang tinggi serta layak untuk kehidupan. Sehingga mereka bisa hidup lebih tenang dan fokus pada pekerjaannya melayani rakyat banyak. Inilah yang disebut carrot. Namun andaikan melanggar semua kenyamanan itu dengan melakukan KKN ataupun berkinerja buruk, maka harsh punishment sudah siap menanti mereka. Inilah yang disebut stick. Prinsip ini sukses diterapkan Pemerinah Singapore, sehingga KKN di sini dapat ditekan serendah mungkin dan aparat Pemerinta sangat takut melakukannya.
Bagaimanakah seanadainya hal yang sama diterapkan di bumi nusantara? Sebagai contoh terhadap para wakil rakyat? Ingatkah dengan kasus kenaikan tiba-tiba gaji anggota DPR, dengan sangat tinggi, beberapa waktu lalu? Rakyat kontan segera menyindir dan protes. Bukan apa-apa, budaya korupsi dan suap memang sudah menggejala di kehidupan kita dan itu, maaf, sudah diterima sebagai bagian dari budaya kita. Ketika sang anggota cuma bergaji 10 juta rupiah, tentulah dia menerima dengan senang hati sogokan 20 juta rupiah. Namun ketika gajinya 30 juta rupiah, maka sang anggota dewan akan berkata kepada sang penyogoknya, "Eh lo gak lihat gaji gue dah naik sampai 30 juta? Kalau lo cuma ngasih gue 20 juta, ya kurang lah".
Eh eh, demikianlah cibiran dari rakyat. Karenanya gak usah heran, mengapa banyak orang ngotot untuk menjadi wakil rakyat bahkan sampai berkorban milyaran rupiah demi menjadi calon jadi. Itu bukan semata karena mereka sungguh-sungguh berniat memperjuangkan kepentingan rakyat. Melainkan karena mereka tau seberapa besar yang mereka bakal dapat, entah dari gaji maupun proyek-proyek yang mereka bakal nikmati nantinya.
Entahlah, ini semuanya ibaratnya lingkaran setan yang tak putus. Kalau gaji kurang tinggi, itu akan membuka lebar celah melakukan KKN. Namun sekalipun gaji tinggi, ternyata KKN itu tidak hilang dengan sendirinya. Secara pribadi, saya coba untuk ber-husnudzhan saja. Biarlah Allah SWT yang akan menghukum andaikan mereka memang gelap mata mengkhianati kita semua. Saya cuma bisa mengelus dada karena prihatin dengan tidak adanya perbaikan nasib rakyat.
Saya yakin, setiap ada yang YANG (jahat), tentunya ada pula yang YIN (baik). Semoga jumlah mereka yang YIN lebih banyak daripada yang YANG. Then, apabila kerja seseorang memang berat dan keras, gaji tinggi bukan masalah karena orang tersebut memang pantas mendapatkannya ssuai dengan sumbangsih yang ia berikan. Dan inilah dasar dari prinsip TAKE and GIVE.
Bagaimanakah dengan para legislatif kita, dan mungkin dengan para eksekutif kita? Apakah mereka memang deserve atas pemasukan tinggi yang mereka terima saat ini? Apakah itu sudah sesuai dengan kinerja dan prestasi mereka selama ini? Apakah prinsip stick and carrot memang bakal efektif apabila diterapkan di Indonesia untuk waktu dan kondisi sekarang? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Atau barangkali ada yang punya opini lain?
Wassalaam,
Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment