Saturday, June 16, 2007

WW II dan ketertinggalan teknologi kita

Posted: 8 Maret 2007

Assalaamu 'alaikum,

Dear Alls,

Untuk yang berminat dengan kisah history seputar World War II, ada buku yang cukup menarik untuk dibaca, sbb:

Judul: World War II Day By Day Pengarang: Alex Hook; Penerbit: Grange Books (www.grangebooks.co.uk). Buku ini dicetak di kertas tebal, dengan cover lux, jumlah page: hampir 200 halaman, namun sedang di sale di Borders seharga SGD 15.00/pcs. Ditulis dalam bahasa Inggris yang simpel.

Tidak seperti buku lain, buku ini hanya memaparkan secara kronologis dan deskriptif kejadian selama WW II, hari ke hari dengan data-data yang simpel namun detail. Kejadian hanya dimuat secara ekposisi tanpa ada analisa ataupun penjelasa mendetail. Namun dari kronologis tersebut, kita bisa tau bagaimana sebenarnya jalannya perang terbesar umat manusia ini. Hanya saja kita dituntut untuk merangkai sendiri dan membayangkan kejadiannya, karena di sini cuma dipaparkan kronologisnya saja.

Kita bisa membayangkan See Saw game yang menarik antara Allied Forces vs Axis Forces. Dari history pun, kita bisa tau bagaimana sebenarnya "BOKIS" nya USA itu. Sampai akhir tahun 1941, mereka tetap mendeklarasikan sebagai negara netral dan tidak mau ikut campur tangan langsung dalam PD II. Walau dalam attitude, terlihat mereka menyediakan fasilitas untuk mensuplai senjata ke Inggris, perbaikan kapal-kapal perang Inggris dll. Barulah setelah kenekatan Jepang menyerbu Pearl Harbour di Des 1951, mau tak mau USA terjun langsung ke PD II ini. Ini sebenarnya yang mempercepat kemenangan pihak Allied Forces.

Inggris sendiri sempat desperate, karena nyaris kalah perang di pertengahan tahun 1941. Hampir saja negara mereka diserbu habis-habisan oleh operation of Sea Lions dari NAZI, yang akhirnya dibatalkan. Masih untung mereka sanggup memenangkan pertempuran udara Battle of London, yang menyebabkan batalnya operasi ini. Tak kurang 2000 pesawat hancur dalam battle yang berlangsung berbulan-bulan ini. Kalau operasi ini jadi, hampir pasti PD II berakhir dengan kemenangan Jerman.

Kita juga bisa tau nantinya bagaimana kegigihan Jenderal Erwin Rommel dari Germany, dengan segala keterbatasan suplainya mampu bertempur habis-habisan di medan Afrika utara melawan Allied Forces. Pertempuran di laut dan di udara pun tak kalah serunya. Juga kita bisa saksikan bagaimana tangguhnya tentara Jepang menyingkirkan Allied Forces di Asia, sebelum akhirnya mereka dipukul mundur karena memang kalah dari segi persenjataan.

Namun taukah anda, kalau dipikir-pikir sebenarnya secara tak langsung "Tangan Ghaib" bermain dalam kancah perang ini? Di Autumn 1941, Jerman mengirim 3 juta tentaranya dalam 151 divisi untuk merebut Rusia. Rusia tak mampu menahan laju kedahsyatan Jerman ini, dan jarak ke Moskwa hanyalah tinggal 50 mil (80 km saja). Kalau Rusia berhasil direbut, tak disangsikan lagi, Jerman akan menjadi yang terkuat di dunia, karena Rusia punya sumber daya alam yang besar serta fasilitas militer yang mantap. Namun apa daya, ternyata laju Jerman ini terhambat. Sebabnya tak lain dan tak bukan, adalah "Musim Dingin yang Aneh" di Rusia pada tahun itu. Yakni Suhunya turun mencapai -75 F (atau -60C)!!!

Tentara Jerman yang tidak menyangka hal ini, banyak yang mati karena forstbyte plus kelaparan dll, karena suplai terhambat. Akhirnya di Spring tahun 1942, Rusia memukul balik, dan secara resmi mengalahkan Jerman di St. Petersburg pada Spring 1943, seraya terus mendesak mundur Jerman sampai Berlin nantinya pada akhir PD II. Ini lah kekalahan terbesar pertama yang tak dinyana oleh jerman, dan menjadi titik balik PD II. Apalagi saat itu USA telah bergabung untuk menghantam Jerman.

Memang Allah SWT punya kuasa pada akhirnya.

BTW, selain hikmah bahwa peperangan itu akan menyengsarakan kita semua, ada satu pertanyaan di benak saya. PD II terjadi 60 tahun lalu. Di masa itu, kapal perang, kapal selam (Sub marine), pesawat tempur, tank dll, sudah lumayan canggih. Dalam artian sudah mampu diproduksi oleh pelbagai negara dalam jumlah yang besar dengan teknologi yang maju. 60 tahun lalu terjadi. Saya pribadi masih berpikir, apakah bangsa kita sudah mampu memproduksi atau menguasai teknologi dari 60 tahun lalu? Apakah kita sudah mampu membuat tank, pesawat tempur, kapal perang dll? Mampu atau tidaknya, entahlah, namun saya jadi terbayang:

"Sebenarnya Indonesia itu dari segi TEKNOLOGI telah tertinggal BERAPA TAHUNKAH? Taiwan minggu ini mulai menjalankan bullet train dengan teknologi Jepang. Kita rasanya belum bisa bikin apa-apa. Peniti saja masih import dari China. TV Plasma saja, kita gak punya teknologinya. Malah kita kini cenderung berpikir jadi bangsa TRADER dan bukan bangsa MANUFACTURER. Jadi trader memang bisa menguntungkan dalam jangka pendek. Cash flow juga bagus. Namun jangan harap kita bisa maju di dalam teknologi, kalau kita tidak pernah berpikir sendiri bagaimana untuk membuatnya.

Dan taukah anda, sebenarnya banyak hal di dalam kemajuan teknologi, ternyata bermula dari pengembangan untuk kebutuhan militer. Kebutuhan militer ini terpacu karena keterpaksaan untuk menjaga diri. Minggu ini China mengumumkan telah berhasil membuat jet tempur setara jet fighter F-16. Teknologi canggih ini dipacu karena riset di bidang militer. Contoh lain hal yang bermanfaat buat masyarakat dan bermula dari riset untuk militer adalah nuklir (dari bom nuklir ke PLTN), internet (tahun 70-an cuma dipakai militer), laser dll. Makanya Iran pun ngotot untuk membuat sendiri riset tentang nuklir. Di Indonesia, mungkin kondisinya lain. Hal lain masih susah, makanya anggaran militer yang sering salah dalam pemanfaatannya, mau gak mau harus dipotong.

Sekali lagi, saya kadang berpikir sebenarnya:
BERAPA TAHUN KITA TERTINGGAL dari segi TEKNOLOGI, dan BAGAIMANA MENGEJARNYA, misalnya dibandingkan Jepang, Eropa, USA, atau gak usah jauh-jauh deh dibandingkan Singapore dan Malaysia saja?

Teknologi di sini bukan cuma yang militer, tapi juga yang untuk masyarakat. Membangun rel ganda aja lamanya setengah mati, apalgi membayangkan keberadaan bullet train di pulau Jawa. Di Indonesia banyak orang pinter, sayang keahliannya marjinal, dalam artian ahli banyak bidang, tapi gak punya spesialisasi yang jelas. makanya agak susah mengempangkan Iptek. Dana juga terbatas karena dikorup melulu. Kekayaan alamnya banyak, tapi gak ada pinter yang memanajeman dan mengelolanya. Mungkin karena gak ada duit kita jadi susah berpikir pengembangan teknologi. Sekali lagi, "Seberapa Jauh kita tertinggal dan bagaimana mengejarnya?

Wassalaam,

Papa Fariz
FS account: boedoetsg@...

No comments: