Sunday, October 28, 2007

Aji mumpung itu legal dan etiskah?

Posted: 18 September 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/17/time/163714/idnews/831047/idkanal/328

Setelah menggebrak dengan Esia-nya, Bakrie Telecom melahirkan kejutan lagi. Perusahaan yang dimiliki anak bangsa ini sanggup menjungkalkan Pro XL, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Telekom Malaysia dan juga PT NTS dalam perebutan tender SLI (Sambungan Langsung Internasional).

Plok, plok, plok alias standing ovation kah karena perusahaan anak bangsa kini makin berjaya di negeri sendiri? Tapi IMHO, kalau diperhatikan, agaknya Bakrie itu makin berkibar setelah pentolannya, Pak Aburizal, menjabat sebagai menteri di kabinet sekarang. Bakrie Group memang dikomandani langsung oleh adek beliau, Nirwan D. Bakrie. Namun mengingat status sang abang adalah pejabat eksekutif, adakah AJI MUMPUNG berlaku di sini? Paling gak, sang penyelenggara tender merasa gak enak, kalo beda-beda tipis kenapa sih gak ngasih ke Pak Menteri.

Sudah bukan rahasia umum lagi, di nusantara, banyak orang yang begitu jadi pejabat eksekutif ataupun legislatif, kekayaan mendadak melambung tinggi. Ada yang lewat jalan terang dan jalan gelap. Yang lewat jalan terang adalah moncernya bisnis mereka secara tiba-tiba. Langsung atau tak langsung "fasilitas khusus" buat mereka pasti muncul, secara sengaja atau tidak, dan sangat mungkin ini berkaitan dengan kedudukan mereka. Yang lewat jalan gelap, ya yang ngembat uang rakyat, berkolusi dll deh, dah pada tau semua, dan ini jelas tindak kriminal yang tak perlu ditanyakan lagi legalitasnya apalagi keetisannya.

Jalan terang apa pun jadinya masih lebih baik daripada jalan gelap. Kaya mendadak setelah jadi pejabat eksekutif maupun legislatif adalah suatu fakta. Apakah naiknya kekayaan secara mendadak itu ada hubungannya dengan jabatan mereka? Apakah mereka melakukan aji mumpung? Legalkah aji mumpung itu? Etiskah aji mumpung itu? Wew, memang susah rasanya menimbang apa yang namanya aji mumpung itu apalagi mempersoalkan kelegalitasan dan keetisannya. Namun kehadiran dan pemanfaatan aji mumpung memang gak bisa dinafikan, dan banyak orang rela dan berlomba-lomba "bayar duluan" demi menjadi pejabat publik, yang nantinya punya chance melakukan aji mumpung, dimana dari penerapan aji mumpung itu mereka bakal bisa balik modal, lantas "nabung" tuk masa depan.

Susah yah memang di bumi kita. Secara religi, antara yang hitam dan putih sudah jelas. Cuma manusia selalu punya hobby membuat kedua-duanya menjadi abu-abu. Manusia memang selalu punya nafsu greedy yang sulit dikendalikan, dan andaikan segunung emas diberikan kepada mereka maka segunung emas pun akan coba diraihnya lagi. Kalau halal gak masalah. Andaikan aji mumpung ini membuat seseorang kaya tetapi kekayaannya dipakai untuk membantu orang banyak, salahkah ia? Bukankah aspek legalitas dan etis aji mumpung masih gak jelas alias abu-abu. Gak salah dong dia? Wahh, tambah muter-muter dan pusing. Yahh, husnudzhan (baik sangka) ajalah dan EGP. Belum tentu kalau kita berada di posisi mereka saat ini, kita sanggup untuk tidak menggunakan aji mumpung kita. Yang jelas Insya Allah, masih banyak kok pejabat publik kita yang baik dan gak pakai aji mumpung, meski yang bajigur juga gak sedikit jumlahnya.

Akhir kata, ada tebak-tebakan nih, kira-kira siapa pejabat publik kita yang kekayaannya melambung dibandingkan sebelum dia menjabat? Salut buat Pak SBY, kayaknya beliau bukan type orang yang suka pake aji mumpung, dan beliau konsisten untuk bersikap idealis bekerja demi kemajuan dan persatuan bangsa. Walau rasanya mungkin ada yang bilang, beliau naif banget kalau gak bisa dibilang lebih parah dari itu. Ada kesempatan ber-aji mumpung kok gak dimanfaatkan, tulalit juga lu, gitu kali katanya. Atau barangkali beliau pakai aji mumpung dengan cara lain. Whatever lah, mending Husnudzhan aja, oke? Daripada muter- muter puyeng mikirin "keajaiban" dan urusan orang yang gak ada juntrungannya itu.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com

No comments: