Saturday, October 27, 2007

Apa susahnya bayar tanah Lapindo

Posted: 5 Agustus 2007

Bakrie adalah pedagang, jadi beliau berhitung untung rugi. Skenarionya adalah bencana ini bisa dianggap sebagai bencana nasional, dan bukan akibat dari kelalaian manusia, melainkan bencana alam. Dengan demikian, Lapindo bisa meng-klaim kepada asuransi untuk membayarnya.

Orang yang paling dekat dengan saya, kebetulan yang mengurusi perhitungan untuk asuransi Lapindo ini. Dia gak kebayang andaikan memang asuransi yang harus membayar semua kerugian itu yang jumlahnya ber-trilyun rupiah. Bisa bangkrut itu perusahaan asuransinya. Tentunya pihak asuransi mencoba hanya akan mengganti kerugian yang reasonable.

Tapi yah, asuransi tersebut kan milik negara karena dia itu BUMN. Jadi negara juga yang kudu bayarin. Uangnya dari mana lagi kalau bukan dari pajak kita juga. He he, dodol banget, uang pajak gue ternyata dipake buat nalangin Lapindo, sertifikat BLI dll. Cucian deh lo.

Bakrie juga punya pernah berniat menjual saham Lapindo secara murah ke perusahaan asing, tentunya agar terbebas dari tuntutan kerugian. Namun akal bulus mereka udah kecium pers dan pasar modal, sehingga gagal total.

Hmm, memang kadang para pengusaha itu lebih jahat daripada Iblis.Satu yang saya sesalkan, kenapa kejadian Lapindo itu tidak terjadi kepada pengusaha jahanam perampok uang rakyat, namun malah terjadi kepada pengusaha pribumi yang muslim, meski mungkin dia itu brengsek pula?

BTW, ada satu fenomena lucu, konon katanya Medco nilai sahamnya turun begitu menjual sahamnya di Lapindo (CMIIW). Apakah ini berarti Lapindo masih punya nilai, ataukah turunnya Medco gak ada kaitannya dengan Lapindo?

Yang jelas Bakrie punya katanya hampir 30 sumur lain di wilayah Brantas itu. Sumur Banjar Panji itu hanya satu di antaranya, dan yang lainnya sudah super menguntungkan. Makanya gak usah bingung begitu Bakrie jadi menteri, harta grupnya begitu berlimpah dan melonjak tinggi. Apakah ini juga pemanfaatan status dirinya sebagai menteri secara tidak langsung?

Wallahu 'alam, yang jelas kalau mau maju dan kaya, jadi pengusaha itu harus smart. Perkara dibilang licik atau gak, itukan persepsi tiap orang yang bisa saja berbeda tergantung dari sudut pandang mana dia melihatnya. Di nusantara memang gak bisa terlalu naif. Kalau naif jadinya dibodohin melulu. Orang jujur memang kal gak smart akhirnya di belakang diketawain melulu. Makan tuh kejujuran, emang enak. Biarin aja dia makan kejujuran dan idealisme, kita-kita, yang nakal-nakal dikit kenyang makan nasi dan cewek, begitu kali tertawaan mereka yah.

Thanks and Best Regards,

Papa Fariz

No comments: