Posted: 6 Agustus 2007
Assalaamu 'alaikum,
Kepada seorang adek ipar yang pengurus partai putih yang mengusung slogan Bersih dan Peduli, saya tanyakan chance pasangan Adang-Dhani dalam Pilkada DKI kali ini. Perjuangan belum selesai, katanya. Chance masih terbuka dan nothing is impossible. Lantas saya tanyakan kembali, bagaimana hasil survey LSI (Lembaga Survey Indonesia)? Jawabnya, 60% bakal memilih Foke dan pasangannya. Yahh, kalau gitu wassalaam deh, tukas saya. Pilkada kali ini memang sejatinya dagelan semata.
LSI atau Lembaga Survey Indonesia adalah lembaga survey yang dikomandani oleh Syaiful Mujani. Beliau lah pelopor survey dan analisa kuantitatif di Indonesia. Banyak survey yang digawangi LSI terbukti akurat. Tanpa adanya angan-tangan Allah yang bermain, hampir pasti Bapak berkumis itu akan menjadi gubernur baru, karena memang survey yang presisinya tinggi menunjukkan hasil demikian. LSI kini terpecah jadi 2, yang satunya bernama LSI juga, hanya singkatannya adalah Lingkaran Survey Indonesia, yang dipimpin oleh Denny JA. Malah LSI sempalan ini yang berbisnis survey kepada para calon pimpinan daerah. Memang bahayanya, kalau hasil survey dipublikasikan besar-besaran, sedikit banyak akan mempengaruhi pikiran para pemilih. Karena sudah hukum alam umumnya kita cenderung untuk berada di tempat yang "aman", dengan memilih yang mayoritas. Jadi LSI ada 2 brur, jangan salah.
Then, satu hal yang menjengkelkan adalah "tercabut paksanya hak pilih saya" entah apa sebabnya. Kalau memang hal itu karena saya lebih banyak berdomisili di negeri jiran, saya bisa terima terima. Atau kalau hal itu karena KK saya belum saya pindahkan dari rumah mertua, saya masih bisa lapang dada. Yang konyol, kenapa nama saya tidak terdaftar sebagai pemilih, namun istri saya terdaftar. Bukankah kami berada dalam satu KK, dan status saya sebagai kepala keluarga? Badut banget kalo nama saya dihilangkan, sedangkan nama istri saya terdaftar. Daftar dulu lah, perkara saya nantinya Golput atau gak, itu kan hak pribadi saya.
Ternyata bukan cuma saya yang mengalami. Beberapa tetangga pun ada yang suaminya saja yang terdaftar, dan ada pula yang istrinya saja terdaftar. Katanya acuannya adalah KK. Namun hal yang musykil kalau salah satu terdaftar salah satu gak. Berminat kah saya dan tetangga itu untuk menuntut ke KPUD? Biarin aje, awalnya dah katro dan bikin bete. Bener-bener gak lucu. Namun yang kami kuatirkan, andaikan tiba-tiba nama kami ada yang mewakili dan moncobloskan untuk salah satu calon. Suatu skenario gila yang memang patut dicurigai terjadi.
Pilkada kali ini memang janggal. Tercatat 23 partai beramai-ramai mendukung Foke, dengan menyisakan satu partai pengusung Adang sebagai lawannya. Yang juga bikin bete adalah sikap PKB dan PAN yang sempat bersandiwara mengangkat Pak Sarwono sebagai balongub, namun ditikungan akhir mereka bersama-sama membanting anggota DPD kita ini. Calon independen pun sengaja ditutup peluangnya dengan "kesengajaan" MK memperlambat pengeluaran keputusan akan hal itu.
Apa pun alasannya, pokoknya Pak Fauzi harus naik, demikian kira-kira pesan tak langsung dari para parpol. Bukan apa-apa, sudah pasti ada agenda tersembunyi di belakang Pak Fauzi. Kalau Wagub saat ini yang nantinya naik, sudah barang tentu kontrak alias proyek yang sudah ada gak akan diganggu gugat. Lain halnya andaikan orang baru yang naik. Boleh jadi proyek yang ada akan dikocok ulang. Staf yang ada pun boleh jadi diaduk lagi, dan itu berarti mengganggu kepentingan banyak orang. Lantas akhirnya dimunculkan kesan bahwa satu partai di seberang sana sebagai musuh bersama yang militan. Orang militan berbahaya kalau naik, makanya Pak Foke aja yang naik, begitu kira-kira.
Namun taukah anda siapakah Pak Fauzi Bowo itu? Wagub yang lebih pantas disebut bersuku Jawa, dan bukan Betawi (karena Babenya dari Malang dan Ibunya dari Betawi, keponakan MH Thamrin), ini memang seorang doktor tata kota. Namun di bawah kinerjanya lahan terbuka hijau malah menyusut, dan malah Jakarta dilanda banjir yang parah dan makan biaya 6 trilyun rupiah. Gak tau apakah dipakai atau gak ilmu doktornya. Ternyata Bapak yang satu ini adalah (lagi-lagi) orang Golkar, dan beliau pernah tercatat sebagai bendahara Golkar sampai menjelang pertengahan 1990 lalu. Dinaikkan oleh Golkar dan sekarang pun secara tak langsung masih Golkar.
Golkar, sebagai partai yang paling berpengalaman warisan Orba, memang lihai. Bolehlah dia gak menjadi pemenang di Pemilu lalu di DKI. Namun lihatlah, mereka sukses merebut tahta Ketua DPRD dengan menggalang isu Talibanisme Jakarta oleh partai di seberangnya. Kini, Pak Foke, yang sebenarnya orang mereka, dikemas sedemikian "cantik", sehingga orang tertipu dengan kamuflase mereka dan ramai-ramai menyokongnya. Terlepas dari seberapa hebat kemampuan Foke, namun itulah background yang dimilikinya, dan tentunya beliau gak akan berani mengutak-atik yang sudah ada dan settle.
Lantas bagaimana dengan Pak Adang calon satunya. Yang ini juga gak jelas, entah kenapa orang yang gak dikenal ketokohannya bisa tiba-tiba muncul untuk dijadikan Satria Piningit harapan bangsa? Sebagai Wakapolri, perannya gak jelas, dan hasilnya gak keliatan. Kalau bersih, boleh jadi, walau seorang polisi bilang sama saya, siapa pun dia yang dari TNI Polri, kalau sudah dekat dengan cukong, susah dibilang pure bersih. Namun yah, mau gimana yang terbaik di antara yang terburuk.
Benarkah Pak Adang adalah target utama dari partai pengusungnya? IMHO, gak begitu skenarionya. Pak Adang hanyalah sasaran antara. Naik atau gaknya beliau, gak penting-penting amat, toh beliau juga bukan kader dari partai tersebut. Justru dengan momen pertarungan 1 vs 23, partai pengusungnya bak mendapat promosi gratis. Target utama partai tersebut adalah perolehan 20% pada Pemilu 2009. Pilkada kali ini membuktikan bahwa mereka bersikap jantan, berpotensi sebagai partai besar dan memang punya sikap sebagai partai besar, dengan bukti mampu mandiri dan tak tergantung partai lain. Kesolidannya memang tak diragukan lagi. Inilah yang membuat seorang petinggi partai banteng gemuk berujar di akhir 1990-an lalu, bahwa yang dia takutkan hanyalah 7 orang dari partai ini, yang dikuatirkannya bakal membesar di kemudian hari. Yang jelas, IMHO, Pak Adang cuma sasaran antara saja, gak terlalu penting beliau bakal naik atau gak.
Yang janggal lagi, partai putih disebrang sana adalah partai Islam. Namun kenapa partai-partai Islam lainnya malah justru berkoalisi dengan kaum sekuler dan bukannya dengan sesama partai Islam? Karena gengsi semata kah, ataukah memang karena ada kepentingan lain? Yaa, di sinilah katronya, kepentingan mengalahkan ideologi. Karenanya janganlah kita koar-koar lagi mempersatukan umat, sementara para petinggi partai Islam dan para ustadz-nya banyak yang katro dan terlibat dalam begitu banyak kepentingan. Mendengarkan bunyi kaleng rombeng memang bikin capek telinga dan hati.
Yahh, Pilkada sudah di depan mata. Siapa yang terpilih, biarin aja. Keduanya sama-sama gak jelas dan mengusung banyak kepentingan. Lihat saja nanti, yang Golput banyak atau gak. Biasanya orang kita bicara Golput cuma ngomong doang. Begitu liat keriuhan Pilkada, paling pada nyoblos juga. Tapi sayang sekali kalau kita tetap Golput. Di antaranya yang terjelek, masih ada yang terbaik. Namun memang gak akan mengubah nasib rakyat kecil secara drastis. Yang makan uang proyek tetap saja itu-itu orangnya. Tukang ojek dan pengangguran tetap akan bertebaran dimana-mana. Macet, banjir, pembakaran, penggusuran dan kesemrawutan tetap akan terjadi kembali.
Toh kedua calon ini cuma menjual pepesan kosong dan slogan tanpa makna. Adakah kita semua pernah mendengar konsep nyata bagaimana DKI Jakarta akan dibawa kemana nantinya? Adakah kita semua pernah diberi penjelasan rencana dan futuristik ibukota tercinta oleh kedua calon ini? Sudah pasti gak pernah. Lantas dimanakah kapabilitas dari kedua calon pemimpin kita ini? Weleh-weleh, melihat jalannya prosesi Pilkada beserta kapabilitas calon-calonnya, mending diganti aja namanya. Bukan lagi sebagai Pilkada, ganti aja jadi Pilkadut. Pilkadut? Apa tuh? PEMILIHAN KEPALA BADUT.Yaaa, Pemilihan Kepala Badut.
Anyway, selamat memilih dan silahkan memilih sesuai dengan hati nurani anda. Maaf bila gak berkenan.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment