Sunday, October 28, 2007

Beda lagi, Idul Fitri tahun 2007

Posted: 22 September 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/20/time/075105/idnews/832131/idkanal/10

Insya Allah tahun ini Idul Fitri-nya bakal beda lagi di tanah air. Muhammadiyah sudah mengumumkan bahwa Idul Fitri mereka adalah pada hari Jumat, 12 Oktober 2007, dan ini berdasarkan perhitungan Hisab mereka. Itu artinya Muhammadiyah akan puasa hanya 29 hari saja. Sedangkan di kalender kita, Idul Fitri sudah tertera jatuh pada hari Sabtu, 13 Oktober 2007, dan hari puasa kita akan berjumlah 30 hari. Biasanya NU dll, yang mengikut pada sistem Rukyat, Idul Fitrinya selalu sesuai dengan kalender dengan insist bahwa hilal di akhir Ramadhan tidak keliatan. Sepanjang sejarah, Pemerintah juga tidak pernah berbeda Idul Fitri-nya dengan kalender kita.

Coba deh bayangin kalo Idul Fitri beda ama kalender, apa gak gede tuh efeknya brur. Jadwal protokoler Presiden dan pejabat negara akan berubah, hari kerja akan berubah, semua jadwal yang sudah rapi baik dari perusahaan maupun negara jadi kacau nantinya. Apalagi di Singapore yang mayoritas bukan Muslim tapi Idul Fitri juga diliburkan juga. Apa jadinya kalo MUIS mengumumkan Idul Fitri lebih cepat sehari dibandingkan tanggal merah pemerintah dan kalender? Emang bisa gitu yang Wong Melayu dan Muslim rame-rame mendadak minta libur demi Celebration Eid Fitr?

Hidup di jaman modern memang complicated, dan kepastian akan waktu adalah suatu kebutuhan. Masalah beda Idul Fitri sudah masalah klasik dan gak akan pernah habis karena memang masing-masing pihak sangat keukeuh dengan prinsipnya dalam menentukan Hari Raya. Biarin deh, asalkan pada akur semua aja. Gak lucu kan, gara-gara beda Idul Fitri pada saling sebel-sebelan? Alhamdulillah so far di nusantara semuanya akur-akur saja. Yang saya tau, konon di negeri lain yang berhak menentukan kapan Idul Fitri adalah pihak Pemerintah, dan keputusan itu bersifat mengikat semua orang dan lembaga. Jadi gak ada tuh ormas yang mengumumkan sendiri versi mereka. Kepatuhan kepada Pemerintah adalah suatu kebutuhan juga.

Sampai kapan yah, sistem penanggalan Islam akan eksis dan baku, gak terombang-ambing seperti ini? Walau kini tingkat toleransi agak tinggi, dan perbedaan gak terlalu dimasalahkan, lantasan kenapa gak ada terobosan pemakaian teknologi untuk menentukan hari dan bulan? Upaya pemerintah kita untuk meng-online kan Rukyat adalah suatu yang patut diacungi jempol. Dengan kemajuan teknologi, kemajuan perhitungan di matematika, serta adanya teleskop bahkan yang nagkring di luar angkasa, sesungguhnya tidak lah sulit untuk menentukan kalender Islam. Namun, seberapa besarnya teknologi itu boleh diaplikasikan ke dalam agama? Bukankah gak sedikit orang yang stick, pokoknya kalo dibilang lihat hilal, dengan mata telanjang, ya tetap gak boleh pakai teleskop, karena aturannya gitu. Aturan adalah aturan.

Wew, kebayang kah anda andaikan anda pakai kalender Qomariah (Lunar Calender), lalu mengadakan hajatan, semisal ditentukan tanggal 10 Syawal, eeee tiba-tiba jumlah hari Ramadhan berkurang atau bertambah, sehingga harus ada perubahan jadwal? Weww, kacau semua dong. Tapi kalo dibilang seperti ini, ada pula nanti yang berkomentar, masak sih urusan dunia lebih dipentingkan dan kenapa urusan dunia gak bisa disesuaikan? Nah lho repot lagi kan?

Ya lah, yang penting akur aja. Biarin aja beda prinsip, dan kita bisa memilih sesuai dengan keyakinan kita, dan kita punya dasar untuk memilih keputusan itu. Akhirnya, pada hakikatnya, ibadah individu itu akan berpulang pada pertanggungjawaban langsung yang bersangkutan kepada sang Khalik. Kalo yang nentuin tanggal ternyata salah pakai dasar, ya biarlah dan itu tanggung jawab dia kepada Yang maha Kuasa. Hmm, ada chance dong puasa cuma 29 hari aja? He he. Biarinlah, udah biasa tiap tahun kayak gini. Alhamdulillah kita semua sudah dewasa dan akur, paling tidak untuk tidak meributkan masalah tanggal ini menjadi ke arah krisis umat. Walau begitu solusi akan ketepatan dan kepastian Lunar Calender yang diadopsi oleh kalender Hijriah masih ditunggu. Dan ini bukan berarti kepentingan duniawi lebih jauh dimasukkan ke dalam urusan peng-kalenderan yang erat kaitannya dengan ibadah tertentu.

Hanya sebuah opini. Ada yang punya pendapat lain?

Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com

No comments:

Post a Comment