Sunday, October 28, 2007

Dan pesawat pun ditunda demi mereka

Posted: 3 September 2007

Assalaamu 'alaikum,

Jarum jam sudah menunjukkan angka 10.40 semalam, dan itu berarti sudah lewat 20 menit dari jadwal keberangkatan pesawat jumbo Garuda ke Shanghai dan transit di Singapore. Padahal 10 menit lalu, sang pilot sudah mengumumkan persiapan keberangkatan pesawat itu. Sebagian penumpang gelisah, tapi ada juga yang cuek dan pasrah. Masalah teknis kah penyebabnya? Gak ada berita dan konfirmasi lanjutan sama sekali. Namun menjelang pukul 11 malam, dari kejauhan keliatan pintu pesawat terbuka dan beberapa orang masuk lantas menuju kelas bisnis di tingkat dua.

Hmm, agaknya bukan masalah teknis. Hmm, agaknya pesawat tertunda karena harus menunggu beberapa "VVIP", yang mungkin punya kuasa untuk menghentikan take off sebuah pesawat komersial. Ini bukan kali pertama saya alami. Beberapa waktu lalu, para penumpang, termasuk saya, sempat jengkel dengan tertundanya keberangkatan pesawat, lagi-lagi Garuda, ke Jakarta. Tau kah anda apa penyebabnya? Ternyata pesawat itu ditunda karena menunggu rombongan Diva musik Indonesia, yang masuk ke kabin dengan cengar-cengir tanpa ada rasa salah atau berdosa karena "memaksa" penerbangan ditunda hampir 1 jam.

Perihal penundaan keberangkatan pesawat di Indonesia, bukan hal yang langka. Acap kali, pesawat ditunda dengan alasan teknis bla bla dan bla. Kalau alasannya teknis melulu, apakah itu tidak berarti lemahnya maintenance dan pengawasan pesawat itu sehingga kerap tidak bisa punctual dalam take off nya? Namun, tau kah anda, tentang keberadaan realita bahwa pihak-pihak tertentu memiliki otoritas menunda keberangkatan karena "telatnya" para VVIP untuk boarding. Saya pernah mendengar sendiri dari seorang teman yang bekerja sebagai manajer di bank nomor satu di tanah air. Katanya, bank tempatnya bekerja punya kuasa menunda take off. Pernah suatu ketika, ketika dia "tak sengaja" telat, dia lantas menelpon orang di bank nya untuk menunda terbangnya sang pesawat. Dan benar pesawat ditunda "hanya demi" menunggu dia seorang. walau dia gak tau entah alasan apa yang diberikan oleh pihak maskapai kepada penumpang yang "setia menunggu".

Pesawat ditunda karena menunggu "VVIP" sangat ridiculous rasanya. Bukankah sudah ada konvensi bahwa para passenger disarankan datang 2 jam sebelum penerbangan, dan check in boarding ditutup 45 menit sebelum keberangkatan? Garuda masih berbaik hati mentolerir sampai 30 menit sebelum take off, dan apabila tidak check in sampai waktu tersebut, "orang-orang biasa" akan dihanguskan jatahnya. Then, ada lagi aturan lain, bahwa pintu pesawat akan ditutup 10 menit menjelang take off. Biasanya ada panggilan terlebih dahulu di airport kepada penumpang yang sudah check in namun belum boarding juga. Kalau sampai waktunya tak datang, apakah akan ditinggalkan atau tidak, entah gimana jadinya, saya juga kurang tau.

Kasian yah para "orang biasa". Ketika mereka telat check in, jatahnya akan hangus dan diberikan kepada para waiting list. Namun giliran "VVIP", entah siapa dia, yang telat, eee bukan jatahnya yang hangus, malah pesawat yang ditunda. Ck ck ck, apakah ini bisa dikategorikan suatu diskriminasi pula? Au deh. Ketelatan para VVIP, kalau bukan alasan yang jelas, adalah suatu kekonyolan. Sudah jelas-jelas, ada konvensi tentang pesawat, lantas kenapa masih dilanggar? Apakah ini tanda ketidakdisplinan mereka, namun dengan pongahnya mereka "menyalahgunakan" kekuasaan di jalan yang salah demi kepentingan mereka semata? Gimana mau maju, kalo yang katanya VVIP saja sudah tidak disiplin dan berlaku seenak udelnya dengan menyalahgunakan kekuasaannya.

Di nusantara sendiri, salah guna kekuasaan sudah jadi rahasia umum dan tau sama tau. Lihatlah kalau kita mau bidding project, pastilah ditelusuri siapa deking-nya. Mau pinjam kredit pun, katabelece punya peranan yang tak kalah penting, walau agunan kredit memble. Ketika melamar kerja, kadang pelamar ditanya, siapa yang bawa dia. Yang menjengkelkan, kalau di jalan raya, kadang plat nomor khusus mobil tertentu, yang mungkin belum tentu VVIP, seenak udelnya melintas di jalur busway atau bahu jalan tol, tanpa takut ditilang polisi. Yang konyol lagi, gak sedikit orang yang nyewa Vorreijder dari pihak kepolisian agar mereka dibukakan jalan dari antrian, dengan hanya membayar beberapa lembar uang warna merah jambu. Ini kerap terjadi dulu, dalam perjalanan ke Puncak, dan biasanya Bapak yang membawa saya "gak mau ngasih jalan" karena mobil di belakang Pak Polisi adalah mobil biasa berplat warna hitam, dan sudah rahasia umum Pak Polisi di situ bisa dihargai beberapa ratus ribu rupiah saja.

Wahh, binun bin herman juga, kok terkadang di kita kekuasaan kerap disalahgunakan. Istilah yang paling keren dari hal ini adalah aji mumpung, alias "keruk uang negara sebanyak-banyaknya" dengan KKN maupun pemanfaatan posisi mereka sebagai pejabat eksekutif maupun pejabat legislatif, selagi mereka berkuasa. Jangan heran, banyak orang yang kekayaannya melambung begitu saja atau tiba-tiba bisnisnya moncer seketika kala mereka menjadi petinggi legislatif, eksekutif dll atau punya uang banyak. Contoh kasus tertundanya pesawat hanyalah contoh kecil dari kekonyolan yang masih tumbuh subur di sekitar kita. Entah kapan salah guna kuasa akan berakhir di negeri kita, gak ada yang tau. Toh yang jelas masyarakat kini "telah memakluminya", dan barangkali sebagian dari mereka justru akan melakukan hal yang sama manakala berada di posisi punya otoritas terhadap sesuatu.

Weww, maaf, kalo gak berkenan dengan tulisan di atas. Gak ada maksud untuk "mengeluh" melulu, namun hanya mencoba menghidangkan sebuah realita miring yang tidak pada tempatnya dan tidak pantas untuk teus dilakoni. Solusinya? Ya balik ke pada diri masing-masing, ini masalah kepribadian. Untuk yang sudah kriminal, ya dijadikan kasus hukum. Untuk yang belum ke sana, namun sudah agak keterlaluan, alangkah baiknya kita punya sangsi moral buat pelakunya. Misalnya dengan mem-blow up di media massa, membina perbaikan akhlak masyarakat dan menanamkan komitmen bahwa perilaku kita perlu dijaga oleh rambu-rambu etika dan sosial serta religi. Terakhir, di bumi pertiwi jangan mau jadi orang miskin atau lemah. Kita harus jadi kuat dan kaya biar gak disewang-wenangi orang bahkan kalau bisa memperbaiki dan menunjukkan saat kita punya otoritas, kita gak sebrengsek para bajigur yang kerjanya nyusahin orang itu.

Semoga ada perbaikan ke depannya.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: