Posted: 31 Agustus 2007
Assalaamu 'alaikum,
Ganyang Malaysia? Perlukah sampai ke sana?
Agaknya puncak kesabaran anak negeri sudah terlampau hingga banyak yang mengamuk terhadap negeri jiran yang serumpun. Hari ini akan ada demo besar-besaran di Kedubes Malaysia. Kasus pemukulan wasit Karate Donald LK oleh 4 polis Diraja Malaysia hingga babak belur menjadi ibarat percikan api ke genangan BBM. Banyak yang menilai inilah pengejahwantahan sikap arogan negeri jiran yang kerap memandang sebelah mata nusantara.
Banyak kasus sebelumnya yang sebenarnya menjadi sekam dan bara yang suatu saat bakal menjadi api kebakaran. Lihat saja kasus penganiayaan dan pemerkosaan para TKW kita. Tercatat ada 15 kasus, dimana semua itu belum tuntas diusut hingga kini. Kasus kalahnya kita di perebutan pulau Sipadan-Ligitan, serta kasus perebutan perairan Ambalat pun menambah kegeraman orang kita. Gak sedikit TKI gelap yang diburu bak babi hutan, oleh para polis Diraja Malaysia dan sukarelawannya, untuk kemudian ditangkap, dipukuli dan dipulangkan ke negerinya. Masyarakat penggila bola pun makin dibuat jengkel dengan direbutnya hak siar Liga Inggris (EPL) oleh TV kabel Astro, yang lagu-lagi juga dari Malaysia.
Namun, perlukah semua itu sampai menjadi aksi Ganyang Malaysia? Kira-kira sampai kemana bola panas ini bakal deras mengalir? Ataukah ini hanya reaksi sesaat kita bak halilintar, yang untuk kemudian akan hilang lenyap tak berbekas bagaikan tak pernah ada, manakala datang masalah baru yang lebih heboh dan sanggup menutupi keriuhan aksi Ganyang Malaysia ini?
Sebagian orang Malaysia memang menjengkelkan. Mereka memandang rendah bangsa kita seperti memandang "para budak hina" nan miskin dan kotor. Namun, gak sedikit pula yang baik-baik, dan religius serta, seperti yang banyak saya temui saat saya kerap berkunjung ke sana. Realitanya memang, negeri kita masih kekurangan, hingga harus merantau sampai ke negeri jiran, agar tetap bisa survive. Realitanya memang banyak orang kita yang nakal memasok TKI ilegal ke sana, serta ada pula yang jadi janayah (perampok) atau pun tukang ribut di sana.
Pada dasarnya kita dan mereka saling membutuhkan. Apalagi kita serumpun dan banyak yang seagama. Prinsip berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, yang harus dikedepankan. Memang ada orang Melayu yang brengsek, namun yang baik juga ada. Memang ada TKW yang tersiksa, namun banyak pula yang betah di negeri jiran, karena mereka sukses mendapatkan materi yang mungkin tidak akan pernah raih di negerinya sendiri. Walau cerita manis seperti ini tidak muncul ke permukaan, karena kita lebih tertarik dengan isu-isu kontroversi yang "membangkitkan" adrenalin kita.
Seyogyanya Malaysia memang perlu minta maaf dan intropeksi diri. Namun kita perlu juga memikirkan bagaimana supaya negeri ini bisa ngasih makan warganya tanpa perlu mereka merantau sebagai buruh kasar. Bagusnya kita cuma kirim expert yang dihormati dan dibutuhkan oleh negeri lain. Pada dasarnya kita dan jiran memang saling membutuhkan. Lantas, perlukah sampai kepada aksi Ganyang Malaysia itu? Moga-moga ini cuma reaksi spontan dari kita, kecuali kita mau menarik semua TKI yang ada di sana, agar tidak berpotensi menjadi mainan negeri lain. Namun sanggupkah kita memberi makan dan hidup layak kepada para anak bangsa yang perantau ini?
Ganyang Malaysia belum perlu, namun boleh jadi Malaysia harus sedikit sadar, kita harus sedikit keras dan juga sadar diri agar arogansi Malaysia bisa berkurang, dan kita juga bisa sedikit jaga dan bawa diri. Agaknya yang tepat adalah ganyang arogansi Malaysia. Namun aksi kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, karena kita akan tambah menjadi bahan tertawaan orang sedunia, sebab cuma mampu bertindak secara fisik, dimana cuma orang bodoh dan brangasan saja yang melulunya ingin bermain fisik.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment