Posted: 4 September 2007
Assalaamu 'alaikum,
Kemarin seorang sobat mengirim foto dirinya yang berpose bersama Aa' Gym saat lunch bersama di Vivo City, salah satu mall terbesar di jiran ini. Aa' yang dulu ceria dan kocak, kini menghilang bak ditelan bumi, entah kemana. Kangen juga rasanya mendengarkan ceramah beliau yang simpel dan sederhana bahasanya namun menyentuh kalbu, meski, IMHO, secara keilmuan, ilmu yang disampaikan Aa' itu umum banget dan gak berat-berat banget. So yang mau cari "ilmu" selevel ceramahnya Quraish Shihab, akan kecele. Namun bahasa simpel Aa' memudahkan para pendengarnya untuk meresapi sekaligus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama kali saya dengar ceramah Aa' adalah saat datang berlibur di sini di masa cuti kuliah di negeri utara dulu. Waktu itu abang dan adek saya mengajak ke Masjid Al Azhar di Kebayoran Baru. Aa' Gym, sapa tuh? Tanya saya ke abang. Ya dengerin ajalah. Walaah, ceramahnya sederhana tapi cukup meresap, dan sang Aa' kocak banget, sekocak KH Zainudin MZ namun yang ini lebih soft. Walau saat pulang, sepatu abang saya hilang dicolong orang, tapi gak apa, hati senang ada pengalaman baru. Ibu saya pun ternyata juga penggemar Aa', dan bersama grup pengajiannya pernah pula berkunjung ke pondokan Aa' di Geger Kalong sana.
Di Singapore ini, pertama jumpa Aa' di salah satu Masjid di bilangan Eunos. Aa' memang kocak, sekalipun awalnya bahasa Indo nya gak nyambung dengan orang Melayu sini, namun akhirnya terjadi juga koneksi. Berikutnya, beliau sering ceramah di se-antero Singapore, dan kalau ada waktu, saya pun ikutan bergerilya mendengarkan ceramah Aa' di jiran ini. Aa' yang masih awet muda dan murah senyum kini akhirnya bak lenyap tanpa sisa. Kabar poligami Aa' bak petir di siang bolong. Meski itu pilihan hidup pribadinya, banyak orang meradang bahkan sampai Pak Presiden pun turut mengomentarinya.
Poligami, meski dibolehkan oleh agama, nyatanya memang sulit diterima oleh masyarakat kebanyakan. Keputusan poligami ibarat mengkhianati hati para "fans-nya". Bukan apa-apa, masyarakat kini sedang bingung mencari "figur real" yang bisa langsung diteladani oleh mereka. Aa' hadir dengan membawa segala persyaratan yang diharapkan oleh kita semua. Aa' datang sebagai figur impian yang telah lama dinanti orang. Senyum dan kemurahan hatinya, kasih sayang yang ditunjukkan pada keluarga dan istrinya di depan khalayak, semuanya berbekas di hati para "fans"nya, bagaikan sejumput air di tengah padang dahaga negeri kita yang disana-sini dirimbuni oleh sosok KKN ataupun sosok bercap militan.
Namun semuanya kini hancur berkeping, manakala Aa' memutuskan untuk menduakan cintanya. Poligami adalah pengkhianatan cinta dan komitmen. Mana mungkin adil dengan poligami, begitu umpatan para penentangnya. Kalau mau poligami, ya jangan pilih-pilih dong, masak cuma si cantik aja yang dipilih. Bukankah janda miskin korban Tsunami Aceh masih banyak, dan kenapa bukan mereka yang dipilih? Janganlah memakai agama untuk men-justifikasi syahwat pribadi, demikian luncuran hujatan yang menyelekit dan membahana di masyarakat terhadap dirinya. Entah apa yang sesungguhnya mendorong Aa' memutuskan berpoligami, itu adalah rahasia beliau. Namun orang telah telanjur tak mau tau dan merasa dikhianati. Habis tuntaslah semuanya, yang banyak dinilai sebagian orang sebagai salah langkah dan blunder besar buat diri Aa' dan semuanya.
Pernah pula suatu waktu saat dinas ke Bandung, kepada seorang client saya tanyakan kabar dari Geger Kalong. Hmm, sepi banget jawabnya, beda dengan yang dulu. Teh Ninih, isteri pertama Aa' kini jadi agak "beban mental". Sebagai isteri pertama, dia telah mengikhlaskan diduakan cintanya dan itu semua datang dari ketulusan hatinya, katanya. Namun kini dia tak habis pikir, mengapa walau semua sudah diikhlaskan, tapi Aa' dan pihak terkait, sepertinya masih jadi "terhukum".
Seiring dengan runtuhnya image Aa', tamu yang datang di Geger Kalong pun menyepi. Souvernir kini tak lagi terjual, hotel, motel dan pondokan juga tak lagi penuh berpenghuni. Masyarakat sekitar yang hidup dari menjual makanan, masakan, dan menyediakan penginapan kini harus gigit jari. Tak sedikit dari santri Aa' yang harus dirumahkan, karena kegiatan ekonomi di sana mati secara perlahan. Bisnis MQ yang dikelola Aa' pun konon katanya menyurut. Suatu ketika di sebuah pameran buku di Jakarta, saya secara tak sengaja berkunjung ke stand MQ. Sepi sekali di sana, dan saya baru sadar bahwa itu adalah stand MQ setelah tau banyak buku Aa' dan bicara dengan penjaga stand nya.
Beban dan kerugian secara materil memang agaknya tak sedikit. Image dan kepercayaan orang telah hilang lenyap bagai tak bersisa. Adakah Aa' telah memperhitungkan semuanya bahwa langkah dirinya ternyata berefek domino terhadap banyak orang yang hidup darinya. Adakah ini memang suatu blunder besar yang jauh di luar perkiraan sang Aa'? Namun, walau begitu, bukankah ini hidup sang Aa' sendiri, dan beliau punya pilihan hidup dan berhak menentukan pilihan hidupnya.
Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan ada resikonya. Hanya diri kita sendirilah yang tau bagaimana hidup kita nantinya dan kemana akan kita arahkan hidup kita. Walau apa nasehat dari pihak luar, diri kita sendirilah yang paling berhak menetapkan keputusan akhir hidup kita sendiri. Ini adalah hidup Aa' sendiri, kenapa dia tak dibiarkan bebas menentukan pilihan hidupnya? Satu hal yang membedakan dengan orang awam adalah memang posisinya sebagai seorang public figure sekaligus panutan banyak orang, seperti kita ini.
Namun, satu hal yang sangat disayangkan, sebenarnya agama itu tidak terbatas dan sesempit masalah Poligami melulu. Agama begitu luas dan mendalam. Bukankah masih banyak mutiara dan hikmah hidup yang bisa kita pelajari dari ceramah sang Aa'? Bukankah banyak nasehat-nasehat simpelnya yang masih bermanfaat untuk kita selami dan terapkan untuk memperoleh kedamaian hidup. Adakah memang hidup dan agama itu sesempit poligami, hingga karena satu hal yang namanya poligami maka semua nasehat dan semua pemikiran harus dibuang jauh-jauh dan dianggap sampah karena tercemar dengan apa yang namanya poligami, meski poligami itu dibolehkan agama dan adalah pilihan hidup seseorang?
Ibarat kata nenek moyang kita, karena nila alias tinta setitik, maka rusaklah susu sebelanga. Susu yang putih warnanya, kini punya garis-garis hitam yang "menjijikkan" yang datang dari nila tak tersangka sehingga sang susu tak layak lagi untuk diminum. Entahlah, tapi itulah realita hidup kedua di nusantara. Yakni dunia realita kejam tak pandang bulu. Walau yang mengherankan, sosok scholar yang dulu diminati banyak orang namun dijauhi karena poligami, namun sosok pedangdut pezina, yang dulu nyata-nyata fotonya dinikmati oleh banyak orang malah kebanjiran job di sana-sini. Adakah dunia kebalik karena sosok para pezina lebih dihargai daripada sosok seorang scholar yang dianggap "berkhianat" karena berpoligami ria?
Agama memang seharusnya tak sesempit hal poligami. Agama memang sesungguhnya tak bisa hanya dinilai dari segi poligami. Namun rambut boleh sama hitam, tapi isi otak berbeda. Dan tiap orang boleh bebas menyatakan pendapat dan keinginannya terhadap sesuatu. Semoga kita semua bisa lebih bijak ke depannya. Sebuah mutiara yang keluar dari mulut anjing sekalipun, namanya tetap mutiara. Dan mutiara hidup itu tak bergantung pada siapa yang mengucapkannya, melainkan pada isi dari mutiara hidup itu sendiri. Barangkali kita masih sudi dan bisa mengambil manfaat dan nasehat hidup dari para sosok yang dianggap "tercemar", seperti Aa' ini. Walau kita juga berharap para sosok selevel Aa nantinya bisa lebih berhati-hati mengingat kedudukan dan teladannya buat kita, sehingga tak lagi ada yang merasa dikhianati nantinya.
Akhir kata, IMHO, ini adalah Rahasia Ilahi, dan Allah punya rencananya sendiri. Apakah semuanya itu akhirnya baik buat kita atau bagaimana nantinya, biarlah waktu yang akan menjawab semuanya, dan kalau pun tak terpecahkan biarlah itu jadi rahasia Ilahi. Apa yang baik menurut kita, belumlah tentu baik di mata Allah, dan demikian pula sebaliknya. Biarlah Dia yang kuasa menutup rahasia semuanya, dan kewajiban kita hanyalah berusaha sebaik-baiknya sesuai kemampuan kita.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment