Posted: 17 September 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://newshub.nus.edu.sg/pressrel/0708/070801.htm
Ini sebagai comment tentang sumbangan US$ 21 million atau hampir 200 milyar rupiah oleh seorang James Riyadi kepada NUS. Haruskah kita husnudzhan ke dia khususnya, dan orang setype dia pada umumnya? Capeeekk Deeehhh... Ngasih pelajaran tentang nasionalisme ke dia, supaya mau berbakti ke nusantara? Capeeeekkk Deeehh... Hari gini masih mikir nasionalisme??? Ke laut ajee looo, gitu kali yeee kata beliau...Emang gue pikirin, tambahnya, yang melarat kan bangsa dan bukan gue sendiri...
Saya ada cerita "lucu nan menjengkelkan" di Batam beberapa waktu lalu. Suatu ketika saya ketemu dengan klien yang production manager di salah satu perusahaan di sana. Kebetulan dia dari etnis bermata sipit. Karena tampang saya mirip-mirip China, bahkan tiap ke Glodok dan Tanah Abang dipanggil Engkoh melulu, dia cas cis cus aja tentang etnis mereka.
Dengan bangganya dia berkisah, bahwa Pemerintah China daratan berhasil menggerakkan orang China se-dunia untuk menyumbang dalam pelaksanaan Olimpiade 2008. Para penyumbang namanya akan terpatri di taman Olimpiade kota Beijing. Hebatnya program ini sukses besar. Inilah yang sebenarnya bikin ketar-ketir orang bule sana. Orang China mau dimana saja, mau di Afrika kek, di Indo kek, di sini kek atau di Amrik kek, semuanya selalu ingat dan setia tanah leluhur. Bayangkan kalau bangsa China se-dunia bersatu. Sekali mereka bergerak habislah dunia ini.
Di mainland sendiri jumlah sudah 1,3 milyar. Kesetiaan kepada tanah leluhur benar-benar tinggi. Gak usah bingung kalo liat banyak pengusaha kita termasuk Oom Liem, ramai-ramai menanamkan sahamnya ke negeri leluhur begitu hubungan diplomatik dibuka. Gak heran, USA selalu dikerjain oleh agen ganda China Amerika, yang harus men-spy China , eeh malah balik menyuplai informasi ke China. Kesetiaan akan tanah leluhur dan komitmen akan budaya mereka, ini yang patut dicontoh dan diacungi jempol. Makanya perayaan "Hungry Ghost Month" yang berakhir minggu lalu pun demikian marak di sini, padahal ini kan aslinya Ranah Melayu.
Di Singapore sendiri, beberapa waktu lalu saya sempat berbincang-bincang dengan seorang sales asuransi, gadis China Jakarta nan cantik dan manis. Doi kira saya juga sebangsa dengannya, sehingga tak sungkan untuk ember sana-sini. Katanya, di Indonesia, sebenarnya ada diskriminasi rasial terselubung. Saya pun pernah dengar hal itu. Student China di sana, gak pernah berharap bisa masuk ke universitas negeri. Tujuan mereka adalah apakah universitas ternama di sana, seperti Untar, Trisakti, Binus, Parahyangan, Petra dll, ataukah kuliah di luar negeri. Dengan berlakunya sistem kuota terhadap mereka di universitas negeri, jangan kaget bila kita menemukan prestasi orang mereka yang luar biasa di PTN. Itu karena semata bibit mereka sudah bagus, hasil seleksi di antara mereka sendiri. Bahkan konon, sampai tahun 2002, lulusan Cum Laude di ITB, 80% nya adalah etnis mereka.
Karena dikebiri di bidang lain, akhirnya mereka konsentrasi di bidang ekonomi dan pendidikan. Seperti air, yang mengalir dari pegunungan jatuh ke laut sana, dihalangi dan dibendung apa pun, tetap saja akan terus melanjutkan perjalanannya sampai ke dunia luas itu. Mereka pun butuh dan perlu hidup, dan untuk bisa hidup mereka harus survive. Konsentrasi tinggi di bidang tertentu lah yang bikin mereka kini terlihat menonjol dari segi ekonomi dan bisnis. Bukan salah mereka kalo ekonomi dikuasai mereka. Kalau mereka kadang pake acara KKN, itu salah pribuminya kenapa mau terus "dibegoin" mereka?
Kalau tujuan Mas Riady sih banyak agaknya. Selain cari muka terhadap Pemerintah sini, tentunya dengan kompensasi tertentu seperti kemudahan bisnis dll, boleh juga untuk secara tak langsung membantu etnis mereka yang banyak belajar di NUS. Toh, kalaupun maju, mereka juga sama-sama satu etnis, so gak ada yang rugikan buat dia? Maaf, ini cuma dugaan semata. Kenapa gak mau nyumbang ke Indonesia? Alasan takut sumbangannya gak sampai juga ada. Tapi kayaknya mereka lebih berhitung ke take and give. Mungkin bisa dicek apakah mereka termasuk salah satu obligor BLBI atau bukan yah? Kalau iya, tega nian dikau, merampok kami terus dikasihkan ke jiran. Emang kutukupret, kalo kata Mas Tukul.
Tapi Allah memang Maha Adil. Tentang bangsa China ini pernah dibahas di salah satu harian di sini. Salah satu kekurangan paling menonjol dari bangsa China adalah sulitnya mereka bersatu. Kalau ada pedagang Jepang di satu lokasi, mereka pasti berkompromi untuk menetapkan harga standar, bahkan ke bagi-bagi teritori. Tapi kalo ada pedagang China, kalo yang satu jual 1000 dollar, maka yang sebelahnya akan jual 900 dollar, dibalas lagi oleh yang lain jadi 800 dollar, dan begitulah seterusnya. Memang sudah dari sananya seperti itu sifat dasar mereka. Kalau Pemerintah China bukan Komunis kayak sekarang, gak mungkin bangsa China bisa maju dan bersatu. Teman saya yang Japanese pun mengemukakan demikian. Bangsa China memang rawan perpecahan, jadi bangsa Jepang, walaupun khawatir dengan kemajuan China, tetap masih feel safety karena yakin sifat dasar mereka itu akan timbul lagi kalau pemerintahnya lemah dan yang ada saling gontok-gontokan lagi nantinya.
Coba bayangkan andaikan semua China bersatu di seluruh dunia, apa jadinya dunia ini? Gak akan ada lagi yang namanya polarisasi, karena bisa keukeuh mencengkram dunia dengan sebaran etnis yang ada di berbagai penjuru dunia. Bahkan anekdotnya, andaikan kita gali tanah sekali pun, boleh jadi kita bakal nemu etnis mereka lagi jualan dengan para cacing. Ikatan tanah leluhur memang kuat. Makanya Pemerintah sini bakal bingung kalau terjadi perang AS vs China. Mau bela yang mana hayoo. Tapi sekali lagi, dunia ini diciptakan dengan keterraturan yang amat sangat, dan itu bukti keberadaan Allah SWT dan ke-maha-adil-annya.
Tulisan ini gak dimaksud untuk men-judge etnis China. Mereka adalah manusia juga, dan bahkan banyak kenalan saya yang baik banget dari kumpulan mereka. Teman sekantor saya pun baik dan sabar bahkan lebih santun dari staf Melayu lain sekali pun. Di mana ada YIN (jahat), di situ bakal ada YANG (baik), karena YIN ada sebab ada yang disebut YANG. Di Indonesia pun banyak pula yang baik-baik, dari kenalan etnis mereka. Secara individu gak ada masalah dengan mereka. Kasian sekali kalau mereka harus selalu jadi sasaran amuk, padahal mereka baik dan gak berbuat salah apa pun. Hidup damai dan rukun memang baik sekali. Namun lebih indah lagi kalau masing-masing punya komitmen buat kewarganegaraan yang dimiliki oleh mereka, karena di sana mereka lahir dan dibesarkan, dan kepadanya lah mereka punya hak dan kewajibannya. Apa yang dilakukan oleh James Riyadi dan pengusaha China bajigur lainnya, tidak bisa digeneralisir sebagai tindakan semua etnis mereka. Bajigur sekali gak boleh mengotori susu sebelanga yang manis rasanya.
Mohon maaf bila tak berkenan.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment