Posted: 17 September 2007
Assalaamu 'alaikum,
Malaysia, "diam-diam" bakal punya kosmonot yang bakal diluncurkan dengan pesawat ulang alik Rusia pada awal Oktober 2007 nanti. Kedua pria kosmonot itu adalah seorang dokter dan seorang dokter gigi. Program kosmonot bernilai US$ 25 million ini adalah bagian dari kesepakatan penjualan 18 pesawat jet tempur Sukhoi-30 MKM, yang bernilai US$ 900 million (lebih dari 8 trilyun rupiah). Perihal kosmonot adalah sudah bukan lagi kebutuhan primer atau sekunder, melainkan sudah kebutuhan tertier atau luxury. Gak nyangka juga saudara serumpun bisa "kelebihan" uang untuk melakukan program mercusuar semacam itu. Ataukah mungkin ini karena ke-smart-an deal mereka dengan Rusia. Gue beli ini tapi gue minta bonus ini.
Hmm, sebenarnya kita dulu nyaris punya astronaut, yakni Bu Pratiwi Soedharmono. Itu kejadiannya 20 tahun lalu. Saya lupa-lupa ingat alasan waktu itu kita dihadiahi iming-iming punya astronaut. Sayang sekali, karena musibah meledaknya pesawat Challenger pada tahun 1986, akhirnya program kita gagal total. Lucunya lagi, AS bokis, bukannya nunda, tapi malah membatalkan program astronot kita. Akhirnya Bu Pratiwi menjadi calon abadi. Untuk saat ini kayaknya dah susah kita minta-minta sama Amrik, wong senjata aja di embargo. Minta sama Rusia juga susah, karena beli senjatanya juga ngutang. Sayang juga, dunia antariksa kita kesusul. Padahal kita lah termasuk negara pertama di Asia yang punya satelit, yakni di awal tahun 1970-an kita meluncurkan Satelit Palapa (kini punya Singapore? ---> baca Indosat). Sayang yah, step kita cuma sebatas jalan, sedangkan orang lain pada lari ngebut.
By the way, fenomena kosmonot ini mengundang pembahasan khusus dari para ahli fikih. Yakni, bagaimana menentukan waktu sholat, ke arah mana mereka harus menghadap, bagaimana menemukan Ka'bah, perlukah mereka berpuasa, kalau iya kapan waktu berbuka dan sahurnya? Di sinila sedang dibahas terobosan Fikih tentang hal-hal ibadah di sana. Beranikah ulama Malaysia ber-ijtihad. Kalau mau dilihat ke depannya lagi, barangkali di masa depan, kita punya pemukian di bulan atau Mars. Kalau sudah gini, bagaimana kah sholat, puasa dll, karena kondisinya berbeda.
http://en.wikipedia.org/wiki/Planet Kalau Mars, masih mending, rotasinya sekitar 1,03 hari bumi. Nah kalo Venus, rotasinya 248 hari, bingung gak tuh. Adakah itu pertanda bahwa manusia, berikut agama hanya ada di bumi semata, Wallahu 'alam, dan itu rahasia Ilahi, nanti kita kebablasan memikirkannya apalagi ilmu kita masih cetek banget dibanding ilmu Allah.
Good bro, fenomena pembahasan ijtihad untuk kondisi astronaut adalah suatu terobosan yang berani, walau gak menyentuh langsung ke kehidupan banyak orang. Sayangnya pula, fenomena ijtihad ini tidak muncul sewaktu ada wacana astronaut Bu Pratiwi dulu. Mungkin juga gak kepikir sampai ke sana, dan mungkin juga pada gak yakin program itu bakal terwujud. Walau secara gak langsung, kepedulian atau tidaknya terhadap hal ini menunjukkan bahwa kita lebih punya warn sekuler dibanding Malaysia.
Warna sekuler, benarkah begitu? Bener dong, tuh buktinya kini diributkan lagi wacana Asas Tunggal. Kenapa harus pakai Asas Tunggal? Adakah ini paranoid dan phobia hasil suksesnya gembar-gembor terorisme atas nama agama? Ataukah ini semata langkah politik taktis semata, untuk mencegah tumbuh dan menjamurnya kekuatan agama tertentu. Ndak tau deh, gak ngurus politik kita yang njlimet. Menarik tuk dicermati gimana terobosan alim ulama terhadap hal ibadah yang berkaitan dengan masalah waktu, karena standar waktu itu adalah mengikut pada kondisi aktual yang ada di bumi. So, kalau di luar angkasa, piye yah?
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment