Posted: 17 September 2007
Kasus bantuan keuangan itu ada yang dilihat case by case juga. Kalo yang di Amrik itu, si James Riyadi lagi ngelaba bukan, dan kebetulan dia memang punya kelebihan duit. Kalo yang di sini, entah dia ngelaba atau karena mau bantu sesamanya, gak tau yah, yang jelas aneh saja kok di kala negara kita butuh uang dia malah nyumbang ke tempat lain. TANYA KENAPA. Secara general, keterikatan China dengan tanah leluhur itu memang nyata dan ada. Dan ini bukan sesuatu yang jelek, malah harus ditiru oleh orang kita, yang tetap harus mau membantu Indonesia meskipun sudah bertukar kewarganegaraan.
Senjata itu gak selalu jelek, tergantung siapa the man behind the gun. Gak ada maksud SARA di sini, tapi banyak realita bahwa secara emosional membantu orang yang sama dalam SARA adalah suatu hal yang manusiawi. Makanya KKN, untuk hal N alias nepotisme, di Indonesia itu sulit dihilangkan dan nepotisme itu juga berkaitan dengan SARA bukan? Sebenarnya pembicaraan anti Nepotisme itu bisa dibilang bullshit adanya. Gak usah jauh-jauh, liat aja ke Batam, kenapa di pabrik tertentu pegawainya seragam semua dari etnis yang sama. Kenapa di pabrik tertentu semua petingginya harus ras tertentu. Ini kan fakta, tapi biarin aje, kalo gak perlu ditelan aja mentah-mentah.
Terlahir sebagai China juga gak pernah ditulis salah kok. Mereka juga manusia, dan mereka perlu survive, bagaimana pun caranya, meskipun yang namanya diskrimnasi itu terjadi ke mereka. Banyak kok di antara mereka yang Muslim. Dan mereka juga terkadang melakukan balik terhadap SARA lainnya. Baca deh TST Sabtu lalu tentang Melayu. Lihat deh fenomena di perusahaan-perusahaan mereka di negeri kita sendiri.Polemik tentang SARA memang gak akan habis dibicarakan dan memang gak perlu dipolemikkan. Karena dipandang dari sudut yang berbeda akan berbeda pula hasilnya. Namun yang diketengahkan di sini adalah realita yang ada. Dan hal itu gak bisa kita nafikan, dan hal itu gak bisa dibilang jelek, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Tapi itu kan sekali lagi fakta yang gak bisa kita nafikan. Apakah fakta itu mau disimpan sebagai alat untuk mengerti kondisi, apakah mau dipakai sebagai alat keharmonisan, ataukah mau dipakai sebagai hal yang lain, itu berpulang kepada kita semua.
BTW, jadi Muslim di Indonesia terkadang juga kasian. Lihat kasus Ambon dan Poso, ketika mereka digebukin, gak ada yang teriak HAM, tapi ketika dibela malah dibilang diktator mayoritas. Susah kan? Ini juga tergantung dari mana kita memandang dan siapa dia. Di Timteng, didorong untuk berdemokrasi. Tapi ketika Hamas menang, kenapa mereka gak boleh memerintah? Apanya yang salah? He he, ini kan lagi-lagi tergantung dari mana kita memandangnya dan siapa dia.
Itu aje comment dari aye. Yang jelas ini fakta jek. Aye sependapat kok bahwa Living Harmony memang perlu dan harus, namun kita juga harus tetap punya kepribadian dan pegangan.
Maaf bila gak berkenan.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment