Sunday, October 28, 2007

Lagi, siapa memanfaatkan siapa?

Posted: 21 Agustus 2007

Di milis jiran, sedang ramai pula diskusi mengenai perlakuan sewenang-wenang sini terhadap orang "kecil" kita. Dari mulai sang agen yang seenak udelnya menaikkan sewa rumah, sampai berpuluh-puluh persen tanpa reason yang jelas, ada pula yang hampir ketipu perusahaan model yang nota bene penjual paksa kosmetik mahal, sampai ada yang tempat kost-nya gak sesuai dengan kontrak dll.

Singapore memang berupaya menarik banyak foreign talent, dengan target jumlah penduduk adalah 6 juta jiwa dalam beberapa tahun ke depan. Namun itu bukan tanpa alasan. Ini semata larinya ke kiasu dan egoisme juga. Foreign talent dimanfaatkan untuk menunjang perekonomian mereka yang sedang booming. Tentunya foreign yang dikira bakal menyusahkan dan gak sesuai dengan kebutuhan mereka, yang akan didepak.

So perlakuan beda treatment memang pada dasarnya sudah ada secara halus sampai kasar. Dari pemilihan foreign talent sampai perlakuan sewenang-wenang para rakyatnya. Di sini yang sangat di welcome adalah yang bawa duit banyak dari negeri jiran. Karena, sekali lagi, dasarnya kan orang sini kiasu, manfaatin apa yang bisa diambil dari orang lain. Tapi mo gimana lagi yah. Ini dapur orang, rumah orang. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Saya setuju dengan pemikiran Mas Ustad, yakni gimana nantinya kita bisa bantu Indonesia dan Islam karena kita juga punya hutang budi dengan mereka. Namun adakah cara kita untuk "manfaatin" jiran ini dan orang-orangnya demi negeri kita? Bukan cuma kita "yang dimanfaatin" terus? Saat saya ke Batam bulan lalu, teman saya cerita tentang kesedihan Habibie akan larinya talenta kita ke jiran (mungkin termasuk kita-kita juga). Dalam pidatonya di Batam, beliau menyebutkan ada ribuan orang pintar kita yang membangun jiran.

Kalo dipikir secara idealis, para talenta itu membangun jiran secara langsung semisal dengan sumbangsihnya di bidang penelitian dll, dan membangun secara tidak langsung dengan "membesarkan" perusahaan jiran, yang lantas berkembang dan memberikan pemasukan pajak besar ke jiran. Namun gak sesimpel itu. Para talenta juga manusia. Mereka butuh makan dan reward yang setimpal. Dan siapa sih yang mau jadi martir "kekonyolan" reward yang gak sepadan di nusantara?

Hmm, pada akhirnya siapa memanfaatkan siapa? Jiran ini memang smart hingga secara gak langsung kita "terjebak" menjadi "obyek pemanfaatan" mereka. Tapi apa hendak dikata, perutlah yang lebih utama dibandingkan otak, bagi kebanyakan orang. So what gitu lho, mmbulet kan jadinya?

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: