Posted: 21 Agustus 2007
Assalaamu 'alaikum,
Di harian Strait Times hari Sabtu lalu, terselip berita bahwa ada seorang bocah usia 9 tahun 3 bulan yang berhail lulus mengerjakan soalan Matematika dan Statistik tingkat universitas di Hongkong. Grade yang diraihnya pun A plus. Rekor sebelumnya di Hongkong dipegang oleh anak seorang India yang berusia 9,5 tahun.Taukah anda siapakah sang anak itu? Ternyata dia adalah anak Indonesia. Saya lupa namanya. Sang bapak menolak anaknya diwawancarai, difoto dan dipublikasikan demi menjaga privacy anak tersebut. Hebat bukan? Ini adalah bukti bahwa orang-orang kita memang bertalenta.
Tiap tahun kita selalu meraih juara di berbagai Olimpiade Sains, seperti Fisika, Biologi, Matematika, Kimia, Astronomi dll. Itu menandakan bahwa bangsa kita punya potensi yang sangat luar biasa di tingkat dunia, dan diakui dunia. Tapi kemana mereka kini? Kemana talenta yang mereka miliki serta "daya ledak" potensialnya itu? Kenapa mereka seperti hilang ditelan bumi dan lenyap tanpa bekas? Adakah mereka malah hijrah ke negeri lain ataukah talenta mereka tak terasah hingga tersia-siakan begitu saja.
FYI, Singapore sudah dari dulu siap menampung talenta kita. Konon katanya biaya hidup dan beasiswa ditanggung semua oleh mereka. Syaratnya simpel, setelah itu kerja 2 tahun di sini, CMIIW. Talenta nan genius alias superman itu ternyata juga manusia biasa. Begitu kena imbas dollar, sulit juga rasanya buat mereka saat ini untuk mudik, apalagi sekedar jadi martir tuk reward gak sepadan. Jadi jangan salahkan mereka yah. Another story yang gak ketemu ujung pangkalnya.
BJ Habibie pun beberapa bulan lalu sempat ceramah di Batam. Kata teman yang mendengarkannya, Habibie "menyayangkan" banyak larinya talenta kita ke Luar Negeri. Kalo dipikir secara idealis, kalau mereka bekerja di lembaga penelitian dan pendidikan negara ybs, itu berarti mereka membangun negara ybs secara langsung. Namun kalau bekerja di perusahaan swasta di negara ybs, talenta mereka akan membesarkan perusahaan, dan meningkatkan pemasukan pajak dari perusahaan ybs. Itu artinya sumbangsih tak langsung ke negara ybs. Itu contoh simpel sumbangsih direct dan indirect.
Konon katanya selain alasan utama alasan fulus alias gaji, meski ada yang berkilah mau cari pengalaman, cari tantangan dll, ada alasan lain yang juga penting. Banyak yang menghindar dari lingkungan "KKN" yang menjangkiti sebagian lingkungan kerja di sana. Kalau terlibat KKN, itu berarti dosa, dan berlawanan dengan hati nurani maupun idealisme. Namun kalau tak terlibat, di cap sok suci, bahkan diasingkan. Tekanan batin gitu pada akhirnya. Tapi, yang utama, superman juga manusia. Yang dia perlukan pertama adalah perut untuk bisa survive, barulah kemudian idealisme, nasionalisme dll.
Barangkali di suatu ketika nanti, negara lebih memperhatikan sosok talenta kita hingga potensi mereka bisa tergali lebih sempurna, dan yang sudah melanglang buana mau balik kandang. Barangkali dari talenta itu sendiri, diaplikasikan pemikiran, setelah kebutuhan primernya terpenuhi, bahwa kita perlu jiwa sosial, untuk membangun bangsa dan mengentaskan kemiskinan. Alias kerja bukan lagi sekedar cari uang tuk makan, melainkan juga untuk menyumbangkan hidup kita agar berguna bagi orang lain.
Ini bukan bahasan baru, namun lagi-lagi, masalah talenta yang hilang lenyap entah kemana belum menemukan solusi yang tepat, hingga acap kali muncul kembali di kemudian hari. Semoga gak bosan untuk mencermatinya, karena memang belum ada win-win solution-nya.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment