Posted: 22 Agustus 2007
Assalaamu 'alaikum,
Andorra boleh "berbangga" karena mereka memiliki life expectancy (usia harapan hidup) rata-rata tertinggi di dunia, yakni sekitar 83,6 tahun. Lantas disusul San Marion, Guam, Makau, Jepang dan Singapore. Ada 3 hal yang dapat memperpanjang life expectancy, yakni nutrition (makanan bergizi), health care (perawatan kesehatan) dan life style (gaya hidup). Apabila 3 faktor itu membaik, maka usia rakyat suatu bangsa pun akan meningkat.Namun perlukah hidup panjang dan nikmatkah hidup panjang itu?
Pertanyaan yang beragam jawabannya. Yang jelas, kalau kita tua, maka pikiran kita akan kembali seperti anak-anak. Ada murid bahasa saya di negeri Sakura dulu yang punya nenek usia 100 tahun lebih. Nenek tua ini tingkahnya jadi kayak anak kecil. Kalau ngomong harus didengerin, biar otaknya jalan. Kalau otaknya nganggur, doi bakal step. Orang tua juga gampang pikun, karena pikirannya sudah tumpul.
Manula yang sudah gak produktif lagi, kasarnya juga akan menjadi beban buat kaum muda yang golongan usia produktif. Semakin banyak jumlah manula, semakin berat lah beban per orang muda. Udah gitu, terlalu tua rentan terserang penyakit, dan bakal sering menyusahkan keluarga sendiri. Apalagi ditambah kalau di hari tua masih saja berbuat maksiat dan menumpuk dosa. Weleh, ampun-ampunan deh. Kalau tuanya seperti Lee Kuan Yew yang masih produktif, okelah masih ada manfaatnya.
So, berapa sih usia hidup yang ideal biar gak nyusahin orang dan gak nyiksa diri sendiri? Kira-kira kita sendiri masih kepengen hidup sampai usia berapa tahun?Satu lagi, pertanyaan iseng, adakah kaitannya life expectancy itu dengan takdir? Yang meningkatkan life expectancy adalah faktor nutrisi, health care dan life style. Dan nyatanya 3 faktor ini yang menunjang. Apakah dengan perbaikan 3 hal itu, lantas Tuhan "berbaik hati" untuk ngasih reward berupa perpanjangan hidup kaum tersebut? Atau dengan kata lain, apakah takdir umur seseorang itu pada akhirnya bisa diubah seiring dengan perbaikan kualitas hidup? Wallahu 'alam bissawab.
Di nusantara sendiri kita kadang berkutat pada masalah apakah kecelakaan dan bencana itu takdir ataukah sesuatu yang dapat direkayasa oleh manusia? Gak sedikit yang bilang, ya mau gimana lagi, namanya udah takdirnya ya dia mati deh kecelakaan. Benarkah demikian? Bukankah kalo kualitas ber-lalu lintas diubah, tentunya faktor kecelakaan itu dapat diubah? Jangan-jangan banyak yang berkendaraan nekat dengan alasan kalo mati ya udah takdir, sehingga menyebabkan tingginya angka kecelakaan di jalan raya. Kalo ini pertanyaannya adakah kaitannya takdir dengan angka kecelakaan lalu lintas?
Balik lagi ke permasalahan awal, siapa pun kelak suatu saat nanti akan menjadi tua. Tinggal gimana hidup kita di hari tua nanti. Adakah akan kita nikmati kelak nantinya? Adakah kita akan tetap sehat dan menyusahkan orang lain nantinya? Adakah amal kita saat itu sudah banyak dan mampu membawa kita ke surga? Adakah secara finansial kita sudah cukup untuk menghidupi hari tua kita?
Saya pribadi miris rasanya saat PM Lee di National Speech Day lalu dengan "bangga" bercerita ada seseorang nenek tua berusia 91 tahun yang bekerja sebagai cleaner di salah satu hawker center. Maybe sebagai pemimpin negara dia bisa bangga karena rakyatnya tetap mau produktif dan kerja keras di usia senjanya. Namun dari sisi manusiawi, rasanya kasian sekali sudah setua itu harus kerja keras. Kemana keluarganya yang seharusnya take care pada dirinya? Mengapa setua itu dia masih harus mati-matian bekerja. Fenomena yang sama pernah saya temui pula di Jepang, ketika di salah satu pasar second hand, penjualnya adalah nenek tua yang untuk membuka plastik pun sudah tak mampu. Miris banget melihatnya.
Hmm, beruntunglah bangsa kita yang masih punya jiwa mulia dengan punya prinsip mencoba membahagiakan orang tua, khususnya ortu kita sendiri agar mereka bisa "menikmati" hari tuanya dengan tenang. Tentang usaha Pemerintah kita membahagiakan orang tua mereka, saya kurang paham. Dari sisi pemerintahan, saya salut dengan jiran ini yang punya konsep bagus bakal memberikan insentif kepada pekerja tua, menjanjikan uang pensiun sampai hari tua serta commit bakal memberikan shelter yang layak buat mereka.
Boleh jadi barangkali, Pemerintah kita sudah cukup puas dengan semboyan luhur masyarakat yang secara masing-masing sudah dengan sendirinya akan take care terhadap para manulanya masing-masing. Yang pasti, kita semua bakal menjadi tua. Adakah kita sudah bersiap untuk hari tua, bahkan untuk hidup di alam kemudian nanti? Kalau iya gimana cara kita sekarang untuk mempersiapkannya? Usia panjang bukan berarti nikmat. Jadi orang tua renta malah gak nikmat. Lantas gimana caranya agar kita bisa menikmati hari tua kita nanti?
Kira-kira menurut anda, sekali lagi, berapa pasnya usia ideal hidup itu?
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment