Saturday, October 27, 2007

Perlunya belajar kepiawaian membajak dari Cina

Posted: 19 Juni 2007
Assalaamu 'alaikum,

Minggu lalu iseng-iseng pergi ke Kampung Festival di Changi Expo. Selain makanan dan fashion Melayu, di situ ditampilksn pula sedan produk Cina yang terbaru. Kalau gak salah brand-nya GEELY. Tampilannya cantik dan menarik, gak beda dengan Amoy-amoy yang cantik dan menarik pula. Pendeknya desainnya bagus, ada yang mirip-mirip Mercedes dll. Gak tau yah bagaimana durability dan reliability-nya, karena untuk itu kudu dicobain dulu.

Weleh-weleh, saya sampai salut dan kagum dengan kehebatan negeri semilyar orang ini. Pandai sekali mereka meniru sesuatu, bahkan hampir mirip dengan aslinya. Siapa yang mengajari mereka? Saat ini boleh jadi banyak produk Cina berkualitas belum mumpuni. Namun ke depannya belum tentu, dan kini sudah mulai bermunculan produk Cina dengan kualitas mantap namun harga tetap miring.

Asal tau saja, di belakang Cina itu berdiri Taiwan. Teknologi Taiwan bisa disejajarkan dengan Jepang dan sedikit di atas Korsel untuk kategori tertentu. Bantuan teknologi serta engineer Taiwan inilah yang turut memperbaiki kualitas produk buatan Cina. Secara politis mereka boleh berseberangan, namun secara ekonomi, mereka masih saling membutuhkan.

Tentunya pula ditunjang dari kemauan dan kemampuan orang negeri Cina daratan yang kini semakin meningkat. Cina kini telah mampu mengirim astronotnya ke luar angkasa. Sesuatu yang belum sanggup ditandingi oleh Jepang sekalipun. Beberapa tahun lalu mereka sudah sanggup memproduksi motor. Namun sayang, karena terlalu terburu-buru, akhirnya kualitasnya ambrol dan kehilangan kepercayaan pasar.

Kini mereka telah tampil dengan mobil mereka sendiri, yang di Indonesia pun sudah mulai dipasarkan oleh keluarga Yusuf Kalla. Konon, pada tahun 2009, Cina akan launching pesawat terbang komersial mereka sendiri, seperti layaknya Boeing dan Airbus. Kalau jet tempur, sudah sejak lama mereka mampu membuatnya.

Sifat, maaf, greedy (menurut pendapat di survey), pekerja keras, dan keinginan menguasai dunia (sebagaimana cita-cita mereka, dan nostalgia akan kejayaan masa lampaunya sebagai salah satu kebudayaan tertua di dunia), sangat menyokong untuk mewujudkan hal ini. Konon katany orang Cina sanggup bekerja seperti robot, dengan cepat pula, karena mereka sadar iklim kompetisi yang sedemikian keras di antara mereka.

Satu lagi, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari mereka adalah MENCURI TEKNOLOGI. Teknologi bukan dipelajari, karena gak akan ada yang mau mengajari kita. Bahkan sensei Jepang saya sendiri pun terang-terangan pernah berkata, gak akan ada yang namanya transfer tekonologi. Jepang harus meng-keep perbedaan teknologi dengan negeri lain, terutama negara dunia ketiga yang punya banyak sumber daya alam. Kalau kemampuan teknologi negara ketiga itu setara dengan Jepang, buat apa mereka meng-ekspor bahan mentah ke Jepang. Bikin aja sendiri dan jual ke Jepang.

Bangsa Cina demikian pandainya membuat barang tiruan. Kalau dulu sekelas barang ecek-ecek kini sudah kelas kakap. Dari meniru itulah kita mulai belajar. Alias gaya belajar dari barang utuh, lantas dibongkar satu per satu dan dipelajari, lalu ditiru dan dikembangkan. Kalau belajar dari ilmu material dasar melulu, kapan kiranya bakal mampu mengejar ketertinggalan teknologi? Yang bagus, ya meniru sambil mempelajari ilmu dasar, seperti yang dilakukan oleh Cina.

Kapan yah bangsa kita mampu melakukan yang demikian? Saat ini kita sudah berbangga kalau ada investasi baru yang masuk. Padahal seharusnya kita juga berpikir bagaimana bisa mencuri Iptek dari investasi yang masuk itu untuk dikembangkan sendiri in future. Di banyak pabrik Indonesia, yang ada cuma RND produksi dan bukan RND produk. Mereka lebih dititikberatkan mengupayakan Zero Deffect di produksi, dan ini tentunya lebih banyak berkaitan dengan production cost yang menguntungkan investor.

Belajar bagaimana cara memakai mesin-mesin canggih memang bagus. Namun alangkah bagusnya kalau kita berupaya bagaimana bisa membuat mesin itu ke depannya. Inilah yang sesungguhnya disebut penyerapan dan penerapan teknologi. Kalau alih teknologi cuma dimaksudkan bagaimana caranya kita bisa memakai suatu mesin, itu artinya sama juga bodong.

Namun, yang perlu diingat dan tak kalah penting, mencuri tidak bisa sembarangan, karena harus inovatif dan berkembang. Meniru dan menciptakan suatu barang perlu banyak ilmu, dari mulai ilmu material dasar, ilmu desain, mekanika dll. Dan itu bisa dipelajari sembari jalan. Kalau sudah ketemu dasarnya pengembangannya akan mudah nantinya.

Tak lupa, perlu dana yang besar dan suatu keterpaduan. Hal ini hanyalah mampu berjalan apabila memang Pemerintah kita secara tak langsung berada di belakangnya. Kini, adakah "niat dan Keinginan" kita untuk "mencuri Iptek" serta mengembangkannya demi kepentingan dan kebutuhan kita di masa datang? Kalau niat dan rencana sudah tidak ada ya kita akan begini-begini terus. Dan itu artinya kita akan selalu bergantung pada orang lain. Dan itu berarti pula kita harus bersiap untuk suatu ketika nanti akan dipermainkan oleh bangsa lain

Wassalaam,

Papa FarizWeb blog: http://papafariz.blogspot.com/

No comments: