Sunday, October 28, 2007

Pernik-pernik di sepanjang jalan tol

Posted: 7 September 2007

Assalaamu 'alaikum,

Jalan tol Malaysia memang bagus, bersih dan "mengagumkan". Jalan tol mereka membentang dari ujung selatan menyambung ke Singapore, sampai ke ujung utara yang berbatasan dengan Thailand, yang jaraknya hampir 1000 km. Kemudian jalan tol itu menyebar bagai spider web ke arah barat, timur dan berbagai penjuru. Total panjangnya ribuan kilometer. Konon katanya, Malaysia "pandai" dalam membangun jaringan tol ini.

Mereka menawarkan kepada konsorsium perusahaan untuk membuatnya dan memberikan hak kepada mereka untuk "mengutik" toll fare dari penggunanya selama beberapa puluh tahun, biasanya 30 tahun. Setelahnya, jalan tol akan total menjadi milik negara. Negara gak modal, tapi dengan memanfaatkan azas kerja sama, partner-nya pun untung, negara pun dibangun tanpa biaya. Langkah ini yang coba ditiru oleh Pemerintah kita melalui Infrastructure Summit uyng digelar tahun lalu, walau entah karena apa, kini follow up nya seperti mandek di jalan, dan konon salah satu beban terberatnya adalah masalah pembebasan lahan yang harganya naik menggila.

Ongkos jalan tol sini, lumayan saja kisarannya. Hari lalu saya pergi ke daerah Pagoh, yang berjarak 140 km dari perbatasan Singapore. Untuk jarak tempuh 140 km ini, apabila melalui jembatan utama kedua (second link). biaya yang dikeluarkan adalah RM 3.10+8.40+17.10 = RM 28.60. Dikalikan dengan 2600, jadinya 140 km sama dengan 75000 rupiah. Kalau mau muter sedikit lewat first link atau cause way yang macet itu, kita akan menempuh tol sepanjang 100 km, dengan biaya hanya RM 17.10 atau 45 ribu rupiah. Masih lebih mahal daripada jalan tol Cipularang, yang sebelum kenaikan 4 September ini, dari Jakarta ke Pasteur berkisar total 36 ribu rupiah.

Jalan tol yang mulus dan rapi, serta terkadang memapas bukit. Di kiri kanannya umumnya adalah perkebunan kelapa sawit, yang kadang diselingi gunung dan hutan serta deretan pohon jati muda. Istri dan anak saya, yang kadang saya bawa berlibur ke Malaysia dengan bus, selalu menikmati sekali pemandangan indah di kiri kanan tol. Jangan tanya tentang kemulusan jalannya. Meski kualitasnya sedikit di bawah jalan-jalan di Singapore, aspal di sana mulus-mulus. Kemarin di daerah Machap, ada pemeliharaan jalan tol. Jalannya dibongkar sehingga sampai keliatan lapisan betonnya, untuk kemudian di atasnya diperkeras lagi dengan lapisan aspal yang kokoh.

Pemeliharaan jalan tol mereka dilakukan secara reguler dan baik, mengingat pentingnya peranan jalan tol. Jalan tol adalah akses perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain. Pabrik, investor dan orang banyak sangat memerlukannya, karena yang namanya perpindahan barang atau orang di masa kini harus dilakukan secara cepat dan teratur demi menunjang industri dll, yang ujungnya adalah demi masuknya fulus ke negara untuk kesejahteraan rakyat. Jangan coba bandingkan kondisi jalan tol mereka dengan kita.

Tengoklah jalan tol Cipularang, yang katanya karya anak bangsa pertama. Jalan tol terburuk yang pernah saya lalui. Harusnya fondasi beton ceker ayam itu dilapis ulang dengan aspal yang kokoh. Namun ternyata dibiarkan terlihat ugly begitu saja, entah apakah memang ada kerja sama dengan perusahaan ban, supaya para ban mobil mudah botak, ataukah alasannya lagi-lagi ketiadaan dana. Lucunya jalan tol Cipularang gak rata, naik turun kasar di sana-sini, bahkan kadang ada juga keretakan betonnya. Yang bikin "ketawa" lagi, acap kali jalan tol ini mengalami amblas. Selidik punya selidik, ternyata kekerasan fondasi dan penumpukan tanahnya adalah di bawah standar, serta para pembuatnya gak tau kalo di kolong jauh di bawah jalan tol ada sungai purba. Sorry ye gak tau, begitu katanya setelah kejadian amblas. Gak sempet neliti katanya, karena waktu pembangunannya dikebut, so sorry juga yee untuk kualitasnya. Halah non sense banget sih alasan para orang pintar kita itu. Mbok yaa sesuatunya harus dibiasakan untuk dikerjakan secara matang dan terencana. Piye toh?

Jalan panjang yang tidak gratis ini kini namanya melambung karena Pemerintah menaikkan tarifnya. Untuk tol JORR tarif tol dipukul rata 6000 rupiah. Kebijakan ini sudah bagus, apalagi Pemerintah beralasan bahwa tol adalah untuk perjalanan jarak jauh dan bukan sebagai alternatif jalan jarak dekat. Gubernur Sutiyoso bahkan lebih keras lagi dengan mengatakan, kalau mau make jalan tol ya bayar, kalo gak mau bayar ya jangan dipake. Namun ridiculousnya, baru jalan beberapa hari, setelah menuai protes dari sebagian masyarakat, tiba-tiba kebijakan diubah lagi dan tarifnya dikembalikan ke tarif lama, dengan alasan salah hitung. Non sense banget gak sih?

Sontoloyo memang, masak sih kebijakan bisa berubah-ubah dalam waktu singkat. Sudah bagus alasan dan sikap kerasnya, namun kini kenapa harus melunak? Ketidaktetapan pendirian ini mencerminkan buruknya perencanaan kita terhadap suatu kebijakan dan menandakan plin plannya kita akan penegakan suatu keputusan. Ini kan secara gak langsung menjatuhkan kewibawaan pihak otoritas juga. Konyol banget keputusan gak matang tapi dipaksakan pelaksanaannya. Then, orang kita suruh bayar 6000 ribu protes. Padahal ngabisin rokok 2 kotak yang berharga 12 ribu, makan di KFC yang satu paket 20 ribu, belanja barang-barang mewah, serta sikap konsumtif, dll dilakukan dengan santainya. Kalau buat ngasih negara 6 ribu aja susah, tapi menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang mungkin kurang perlu, gak masalah. Kasian deh negara kita, dah gitu pihak otoritasnya konyol dan gak tegas pula.

Tarif jalan tol lainnya juga naik. Memang tarif tol di negeri kita masih termasuk yang termurah, bahkan kalau dibandingkan dengan di Malaysia. Jadi kenaikan itu sudah wajar dan sebuah keniscayaan. Yang gak lucu, gara-gara tarif tol, harga-harga ikutan naik. Memang sebenarnya berapa persen sih komponen tarif tol di dalam harga barang? Permainan harga ini kan ulah tengkulak dan pedagang yang kejam, sejatinya. Tengkulak dapat barang murah dari petani dengan sistem ijon, dan menjualnya mahal. Begitu tarif tol naik, langsung dimasukkan ke dalam harga barang. Padahal kalau kenaikannya seribu, dan misalnya bawa pisang 1 ton, itukan berarti dalam 1 kg pisang beban tol cuma 1 perak. Lantas kenapa dinaikkan jadi 50 atau 100 perak? Begitu contoh simpelnya. Di kita memang banyak orang gila yang naikin harga seenak udelnya. Sayangnya gak ada yang minta agar alasan kenaikan dikemukan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bukan apa-apa, kenaikan harga barang, juga berarti nilai uang turun. Turunnya nilai uang, berarti inflasi. Kasian rakyat lagi-lagi kena inflasi. Inflasi negeri kita sampai bulan ini sudah 6,5% lebih. Tahun 2005, inflasi sampai 18%. Tahun lalu gak tau berapa, kayaknya hampir 2 digit. Inflasi itu sama aja mengurangi gaji kita secara gak langsung. Kalau gaji cuma naik 5%, sedangkan inflasinya 10%, ya tekor dong, dan hidup makin susah. Contoh simpelnya lagi, kita mau beli TV harganya 1 juta. Karena sayang, kita tabungan aja uangnya, dan dapat bunga setahun 6%, dan tahun depan kita ambil sudah 1,06 juta. Dengan asumsi nilai barang itu tetap, dan inflasi adalah 12%, maka tahun depan ketika mau beli, uang kita udah gak cukup lagi. Karena inflasi 12% maka harganya menjadi 1,12 juta. Tekor gak tuh? Walau begitu masyarakat masih banyak yang tau apa itu inflasi, yang tau pada ngiyem kenapa gaji tiba-tiba dak cukup untuk kebutuhan hidup dan harga barang pada naik semua. Jeleknya Pemerintah gak pernah bisa mengontrol harga barang, dan membiarkan harga barang pokok sekalipun dikendalikan oleh mafia-mahia jahat itu.

Gak sedikit yang protes terhadap kenaikan jalan tol, berdalih bahwa jalan tol macet melulu dan kondisi jalannya jelek. IMHO, setuju kondisi jalan kita jelek. Tengok saja sendiri ketipisan aspalnya. Trus di kawasan Karawang ada jembatan tol yang diperbaiki terus menerus di tempat yang sama. Dalam hati saya mengumpat, bego banget sih kita, perbaiki sekali saja dengan kualitas yang bagus, setelah itu gak perlu perbaikan dalam waktu singkat. Tapi memang banyak yang otak korupsi, jalan, termasuk jalan tol, diperbaiki asal-asalan biar tahun depan bisa diperbaiki lagi. Biar ada proyek terus gitu lho. Ini kan berarti ada pemasukan melulu buat pelakunya. Persetan negara mau merugi apa kagak, emangnya gue pikirin. Duh duh. Konon katanya pula, jalan tol selain jagorawi, bahu jalannya lebih sempit. Ini bukan apa-apa, melainkan emang sengaja dikorupsi. Bayangkan aja kalo lebar yang dikorup 10 cm saja, terus kalikan dengan panjangnya jalan tol dan biayanya per meter. Apa gak untung tuh? Sedeng memang yah.

Kalau masalah jalan macet, ini udah masalah klasik, walau sebenarnya membuktikan banyak orang kita yang kaya-kaya. Beli mobil gak mahal. Avanza aja udah 120 juta, dan cicilannya bisa 3-5 jutaan sebulan. Berapa pastinya standar gaji kita, wallahu 'alam, walau ada yang bilang agak bawah, tapi kok pada mampu beli or nyicil mobil plus rumah? Wahh, kalo itung-itungan gini, aye gak tau deh, karena banyak hal ajaib dan jangan tanya darimana datangnya duit itu. Husnudzhan aje, biarin itu urusan orang dan urusan die dengan Tuhan. EGP aje deh yee. Jalan tol dalam kota macet memang karena sudah gak kuat nampung pertumbuhan mobil kita alias gak kuat nampung pertumbuhan orang kaya di negeri kita. Di Singapore, jumlah mobil bisa dikontrol, tapi di Indonesia mana bisa, bisa-bisa didemo melanggar HAM dan demokrasi. Mau bikin jalan tol baru lagi?

Masalahnya lagi-lagi klasik, pembebasan lahan jadi kendala. Harga tanah di tempat jalan tol tiba-tiba naik drastis. Ini yang gila dan bikin negara bangkrut. Masak jalan tol Cikunir dulu mau diduitin per m2 itu 1,5 juta rupiah lebih? Aturan dari mana? Sialnya katanya banyak oknum Jasa Marga yang bermain. Mereka tau daerah ini itu mau dijadikan jalan tol. Lantas mereka beli tanah-tanah di situ tapi atas nama orang lain. Begitu proyek keluar, harga tanah di mark up, kan gede banget tuh untungnya. Trus bayar deh orang kampung buat demo dan blokir jalan. Atau juga bersama-sama orang kampung, demo dan blokir jalan. Enak gak tuh bisa dapat duit banyak tanpa usaha keras. Walah yang kayak gini sumpahin aja biar masuk sinetron Hidayah.

Rakyat kita sendiri juga gak mau jujur. Saya sendiri bar menyadari ketika beli rumah di kawasan Cipulir. Rumah dengan luas sekian harganya sekian. So kita tau kira-kira per meter persegi berapa nilai tanah dan bangunan. Trus tanya orang-orang di situ pasaran harga tanah berapa. Di Cipulir katanya kini harga tanah sudah sampe 2 juta per m2. Tapi yang saya bingung di NJOP nilainya cuma 800 ribu. Timpang banget. Dari situ saya ngerti disparitasnya. Rakyat maunya tanahnya dihargai sesuai harga pasar, misalnya di Jatikunir itu, sekitar 1,5 juta-an. Kalau memang harga pasar segitu, harusnya NJOP nya juga ditulis segitu, dan pajak ke negara nambah. NJOP di situ mungkin cuma 300 ribu. Tapi rakyat maunya, NJOP dihitung berdasarkan nilai 300 ribu, biar pajaknya kecil, tapi ketika minta ganti rugi, maunya diganti yang gede jadi 1,5 juta. Siauww banget dan bokis. Kalau di Singapore, Pemerintahnya tegas, harga tanah dinilai layak, tapi kalo digusur ya segitu, gak ada lagi protes ini itu. Jadi rakyat dapat hak dan kewajibannya, dan gak seenak udelnya bikin aturan menurut versi mereka.

Naiknya jalan tol adalah suatu keniscayaan dan hal yang wajar. Tapi Jasa Marga memang harus memperbaiki kualitas dan pelayanannya, dan itu dilakukan sambil jalan. Yang dikuatirkan kita semua, tarif naik, pelayanan sama, terus lari ke mana uangnya? Emang gue mau gitu ngasih duit buat nebelin kantong para penggede mereka yang sebagian mungkin koruptor juga. Susahnya di sini, masing-masing gak ada rasa saling percaya malah yang ada saling curiga. Akhirnya permasalahan bangsa secara keseluruhan adalah mmbluet hasilnya. Semua pada bokis dan gak mau rugi, trus kalo disuruh berkorban, takut duit yang dikorbankan itu dikorupsikan. Tapi kalo gak ada yang berkorban buat negara, negara mana punya duit buat membangun dan membetulkan. Jadinya ribet kan tuh, kayak ayam dan telur dan mbulet melulu jadinya tanpa ujung pangkal dan solusi.

Solusinya ya cuma satu, sang pemegang otoritas harus tegas tapi tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Apa yang diamanatkan ke mereka, harus dikelola untuk rakyat dan hasilnya dikembalikan serta dapat dinikmati oleh rakyat. Kalo ada yang gak setuju dengan kebijakan, biarin aja, asalkan kita sudah punya perencanaan matang dan dapat mempertanggungjawabkannya. Pro kontra atas suatu tindakan adalah hal biasa, apalagi, meski rambut sama hitam kita adalah individu yang berbeda dari semua sisi. Kembar identik sekalipun gak akan punya kesamaan persis. Jadi biarkan aja pro kontra dan itu hak mereka. Yang penting kita go ahead untuk kemashlahatan umum karena sudah mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya.

Kita gak bisa hidup dan punya perencanaan berdasarkan apa kata orang. Masukan dari luar bagus, namun bukankah yang menentukan keputusan akhir haruslah pemerintah juga, karena mereka yang punya otoritas dan diamanatkan. Sama seperti di tingkatan individu. Kita perlu mendengarkan nasehat orang. Namun keputusan akhir ada di tangan individu ybs, karena hidup itu adalah hidup dia, jadi dia lah yang paling berhak menentukan dan dia yang paling tau kemana jalan hidupnya nanti.

Hanya sekedar opini, mohon maaf kalau gak berkenan.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: