Posted: 7 September 2007
Email tentang batu Al Aqsha adalah jadul, dan saya sudah pernah mendapatkannya 1-2 tahun lalu. Saya juga mendapatkan blog dan referensi bahwa foto itu buatan adanya. Cuma saya lupa karena gak tertarik tertarik dengan yang begini-beginian, apalagi dengan hal mencocok-cocokkan alias memaksakan suatu kejadian ke Al Qur'an. Semisal Peristiwa 911, dipaksakan cocok dengan Al Qur'an. Padahal Al Qur'an adalah pedoman hidup dan nilai gak serendah itu seperti yang dipakai oleh sebagian pemaksa itu.
Saat pulang, terkadang adek saya menyetel DVD tentang fenomena aneh alam, yang dipaksa dihubungkan dengan kebesaran Allah. Taruhlah seperti buaya berkepala manusia, pohon yang membuat formasi tertentu, anak durhaka jadi duyung dll. IMHO, kebesaran Allah itu banyak, dan bisa kita pelajari langsung. Kalau kita menghayati bagaimana keteraturan alam semesta ini, keberadaan lapisan atmosfir, kandungan alam, bahkan tubuh kita sendiri, tentulah kita akan sangat amat berpikir bahwa keteraturan itu memang ada dan gak mungkin terjadi dengan sendirinya. Inilah bukti keberadaan Allah yang harus kita sembah. Banyak banget fenomena alam yang secara langsung menunjukkan kebesaran Allah.
Jadi kebesaran Allah gak perlu ditunjukkan dengan hal-hal ganjil dalam bentuk foto-foto dll, yang kini banyak disebarkan di masyarakat. Bisa aja foto-foto dan content DVD itu adalah fiksi dan rekayasa belaka, dan untuk itu perlu diuji dengan pembuktian ilmu. Fenemona alam ini sudah terlampau banyak untuk menunjukkan kebesaran Allah, lantas mengapa Allah harus dengan sengaja menunjukkan yang ganjil-ganjil membentuk formasi nama Allah dalam bahasa Arab? Perlukan sampai demikian? Wallahu 'alam, biarkan itu rahasia Ilahi. IMHO, saya meragukan bukti-bukti janggal itu sebelum mampu dibuktikan secara ilmiah, dan IMHO lagi, gak perlu mempelajari kebesaran Allah dengan bukti-bukti seperti itu.
Kalau memang benar foto-foto itu adalah rekayasa, walaupun bermaksud baik demi menunjukkan kebesaran Allah, tetap saja, niat baik, kalau cara tidak baik nilainya akan minus. Robin Hood berniat baik membantu si miskin, namun caranya dengan merampok, apakah hal itu bisa dibenarkan? Niat baik harus diwujudkan pula dengan cara yang baik. Namun kalau foto-foto itu bukan rekayasa, biarlah itu menjadi rahasia Ilahi. Ngepas-ngepasin apalagi maksain sesuatu bahkan sampai tahap ke "pembohongan", sekalipun niatnya baik, sekali lagi, akan kontra produktif. Mengapa masyarakat tidak diajak berpikir untuk memahami kebesaran Allah di alam ini? Agar mereka paham setelah memahami dengan akal pikirannya, dan bukannya dengan "pemaksaan" lewat hal instan seperti itu yang mendidik. Sudah saatnya umat diajak lebih jauh berpikir, dan bukankah derajat mereka yang disebut Ulil Albab itu tinggi di mata Allah?
Mohon maaf kalau ada kekurangan dan kesalahan dalam opini hamba yang dhaif ini.
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment