Saturday, October 27, 2007

Semua sayang mereka

Posted: 30 Juli 2007

Assalaamu 'alaikum,

Arab Saudi boleh kecele. 15.000 tiket dibeli langsung oleh mereka untuk diberikan cecara cuma-cuma kepada rakyatnya yang ada di Jakarta, ataupun kepada orang kita yang bersedia menjadi suporter mereka. Mereka berharap Senayan akan menjadi home ground mereka. Konon katanya laga final Piala Asia di GBK itu bakal sepi penonton. Dan orang Irak yang jadi suporter pun gak akan lebih dari 100 orang jumlahnya. Kondisi lapangan pun sudah dikenali baik oleh para pemain Arab Saudi, karena mereka sudah 2 kali bertanding di sana, tidak seperti Irak yang baru kali ini bertandang ke Senayan.

Namun apa lacur, ternyata Senayan hampir penuh sesak. Bukan teriakan Saudi yang membahana, melainkan gemuruh dukungan terhadap Irak di sepanjang pertandingan. Boleh jadi orang kita yang menerima tiket gratisan dari Saudi pun, berbalik mendukung Irak. Bukan apa-apa, penderitaan rakyat Irak melahirkan simpati dari bangsa kita. Negeri yang tiap hari didera bom bunuh diri, dikoyak perang saudara, dan berada dalam genggaman penjajah bajigur Paman Sam memamng merindukan kesatuan dan suasana seperti layaknya negeri merdeka lainnya. Hanya sepakbola lah, bahasa alam yang dapat memberikan kebahagian dan kedamaian, walau hanya sejenak. Keinginan memberikan kebahagiaan terhadap bangsanya, walau hanya sesaat, memicu motivasi berlipat bagi Irak untuk memuncaki Piala Asia lalu.

Motivasi berlebih, ternyata mampu memunculkan hidden power luar biasa yang selama ini tersembunyi. Dukungan gemuruh puluhan ribu suporter di Stadion plus jutaan lainnya di tanah air, memang tidak sia-sia. Arab Saudi sendiri mendadak seperti menjadi "musuh bersama". Kekalahan menyakitkan timnas kita di detik terakhir dari mereka, beserta tudingan konspirasi sesama Arab antara timnas Saudi dengan wasit UAE memicu antipati itu. Ditambah lagi rencana pemerintah Arab Saudi untuk melarang maskapai kita berlabuh di sana, yang memicu wacana boikot haji, turut menjadi minyak pembakar antipati terhadap mereka.

Buat kita sendiri, memang lebih bernilai kalau Irak yang menang. Sebab, Senayan dan negeri kita akan disorot oleh dunia karena terkait dengan Irak yang kini menjadi buah bibir penderitaan dimana-mana. Promosi gratis buat bangsa kita. Suasana Senayan yang gemuruh, dan dahsyatnya bangunan GBK sendiri paling tidak akan dikenang oleh jutaan rakyat yang menyaksikan melalui layar kaca di penjuru Asia. Di Cengkareng pun, saat saya nonton bareng bersama passenger dan pengantar lainnya, semua mendukung Irak, dan semua sayang Irak.

Irak bermain ciamik. Berjuta peluang dihasilkan, dan permainan pun berhasil dikontrol. Gol semata wayang dari sang kapten, cukup untuk mentahbiskan Irak menjadi kampiun kali ini. Sekaligus memberikan kebahagiaan walau hanya sesaat. Sekaligus seakan para punggawa di lapangan hijau ingin berpesan bahwa di atas rumput mereka bisa bersatu tanpa mengenal perbedaan sektarianisme. Suatu hal yang juga diimpikan oleh mereka terhadap rakyatnya di dunia nyata. Ini pula yang sekali lagi mebuktikan bahwa bahasa bola adalah bahasa universal, yang dapat membawa perdamaian dan kesatuan, andaikan memang dikehendaki.

Selamat buat Irak. Namun alangkah indahnya kalau selamat ini ditujukan kepada kehidupan nyata rakyat mereka. Dan kebahagiaan serta kedamaian itu bukan hanya sesaat sebatas euphoria kemenangan di atas rumput hijau. Untuk mencapai yang hakiki itu, penjajah jahanam memang harus enyah dari bumi mereka. Barangkali tak sedikit pula orang yang menitikkan air mata haru menyaksikan kemenangan Irak. Karena ini bukan semata kemenangan atas suatu kejuaraan bola sepak, melainkan juga suatu simbolis atas keinginan terpendam di hati nurani mereka yang frustasi akan penjajahan dan carut marutnya negeri mereka kini.

Irak memang hebat. Timnas mereka cuma dibentuk dalam masa 2 bulan. 19 pemainnya tersebar di liga luar negaranya. Liga domestik mereka hancur-hancuran. Tempat berlatih pun kini sudah jadi ladang ranjau dan hancur-hancuran bersimbah darah. Namun motivasi dan keinginan untuk memberikan yang terbaik, membuat para pemainnya seperti "rela mati" di atas lapangan. Adakah semangat dan kesan pesan yang ditinggalkan oleh para pemain Irak dapat terbaca oleh rakyatnya dan oleh dunia? Adakah semangat dan motivasi itu bisa diambil hikmahnya dan dijadikan pelajaran oleh timnas kita dan juga kita semua?

Entahlah, yang pasti final lalu memang memberikan banyak hikmah dan pelajaran buat kita. Bola sepak yang diuber ramai-ramai oleh 22 orang, memang kadang memberikan banyak nuansa dan makna. Euforia dan kebahagiaan dari yang bukan orang Irak, juga menunjukkan bahwa banyak orang yang sayang mereka, sekaligus iba dan simpati akan nasib mereka. Yaaa, semua memang sayang mereka.

Enyahlah si bajigur Paman Sam dan antek-anteknya dari muka bumi ini!!!

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: