Sunday, January 10, 2010

Macet, Pamer Paha yang bikin tambah sabar

Posted: 5 Oktober 2007

Assalaamu 'alaikum,

Pulang ke Jakarta minggu lalu, ada sebuah fenomena baru tapi lama, yang kian menggemaskan dan memicu produksi adrenalin para penggunanya. Fenomena itu apalagi kalau bukan kemacetan yang tambah menggila. Setiap masuk ke tol dalam kota dari arah Cikampek, di dekat pintu tol Halim selalu terpampang niformation board elektronik. Kalau dulu selalu tertulis "Slipi-Tomang tersendat", sejak minggu lalu tulisannya berubah menjadi "Cawang-Tomang tersendat, kecepatan 0-5 km/jam". Aje gile, Cawang ke Tomang memangnya deket brur? Pufff puyeng abis.

Kemacetan yang gila apalagi kalau bukan dipicu oleh pembangunan serentak 3 koridor baru Busway. 3 koridor itu adalah Koridor VIII Lebak Bulus-Harmoni, Koridor IX Pinang Ranti-Pluit, Koridor X Cililitan-Tanjung Priok yang dikebut biar beroperasi pada bulan Desember ini, dan juga koridor busway yang melintasi MT Haryono, gak tau koridor berapa nih. Jalur Slipi-Tomang yang cuma bisa dilalui 3-4 kendaraan, 1 jalur sudah disita untuk pengerasan jalan buat Busway. Satu jalur lagi, apalagi kalo bukan buat para angkot ngetem. Sisa 1-2 jalur saja yang bisa dilalui, dan sialnya di situ ada Pasar Slipi dan simpangan. Kebayang gak gimana gilanya bottle neck di situ.

Efek dari bottle neck di Slipi-Tomang berbuntut sampai ke dalam tol, karena banyak kendaraan yang keluar dari tol di depan Gedung DPR. Sialnya lagi, tol bandara yang jadi alternatif untuk pergi ke Grogol dan Bandara, ternyata harus ditutup 4 bulan di daerah Jembatan Tiga gara-gara kebakaran kolong tol pada bulan lalu yang menyebabkan kerusakan konstruksi pilar jalan tol. Akhirnya semua kendaraan menumpuk ke arah tol dalam kota, yang sudah padat banget karena kena macet akibat pengerasan busway Slipi-Tomang. Lengkap sudah penderitaan.

Gatsu dan MT Haryono, yang jalan protoklnya cuma ada 3 jalur, 1 jalur juga sudah dikeraskan untuk busway. Minggu lalu pengerasan masih di sekitar Patung Pancoran. Katanya sih minggu ini udah sampai ke Crown Plaza Hotel di dekat Semanggi. Kagak usah puyeng kalo untuk menempuh jarak sejauh 3 km dari Plaza Senayan ke Semanggi, kini pada rush hour dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Di jalan Pramuka dan Cempaka Putih, malah kini katanya banyak pegawai kantor yang memilih pulang jalan kaki karena macet berat di situ.

Di Jakut malah lebih parah lagi. Jumat lalu saya ngambil reparasi Kompi di Mangga Dua karena tol Jembatan Tiga yang mau tutup itu macet abis, akhirnya saya memutuskan lewat Pasar Ikan. Ternyata Wrong Choice, mampuslah di situ, ada pengerasan Busway dan mobil hampir gak jalan sama sekali. Lepas dari situ ngambil jalur Cideng-Tanah Abang. Kena lagi, sampai akhirnya harus buka puasa di jalan. Belum selesai di situ, Jalan Panjang di depan Permata Ijo juga macet habis karena lagi-lagi ada pengerasan busway ke arah Lebak Bulus.

Ini penderitaan bukan lengkap lagi, tapi sudah sempurna. Gileee, motor aja yang biasanya bisa selap-selip harus terhambat jalannya, apalagi mobil yahhh. Barangkali kalo ada yang helikopter, coba aje ditawarin buat jasa transportasi, dijamin banyak banget deh peminatnye. Gak tau sampai kapan kayak gini. Apakah ini salah Busway? Gak juga, Busway harus tetap ada dan didukung, karena paling gak itu jadi solusi temporer di masyarakat. Yang jelas ini karena pertumbuhan jalan gak seimbang dengan pertumbuhan mobil.

Di Jakarta, entah kenapa, mobil yang harganya ratusan juta rupiah, dengan mudah dimiliki oleh banyak orang. Tidak ada pembatasan kayak di negeri jiran ini. Padahal kalo dihitung-hitung cicilan mobil baru sekitar 3-5 juta per bulan untuk jangka installment 5 tahun. Cicilan rumah juga segitu, so untuk cicilan mobil dan rumah saja sudah habis 6-10 juta per bulan. So siapa yang bilang orang kita miskin-miskin? Buktinya banyak kok yang can afford to buy mobil dan rumah dengan cicilan demikian. padahal biaya hidup di Jakarta juga gak murah.

Ada pula yang satu rumah punya mobil lebih dari 3, masing-masing untuk anak dan isteri. Saya dan bapak yang ngantar saya tiap lewat Patra Kuningan, di salah satu rumah, selalu main tebak-tebakan hari itu mobil yang terparkir di rumahnya ada berapa. Rumah itu punya mobil mewah 7, dari Mercy, Jaguar, BMW, Toyota Lexus, Toyota Alphard dll. Gak tau rumahnya siapa itu. Kalo tiap rumah di Jakarta punya mobil 1 aja udah bikin macet, ini tiap rumah punya mobil lebih dari 1, wajarlah jalan-jalan di Jakarta gak kuat nampungnya. Tata Kota Jakarta yang berantakan gak mungkin mengakomodasi pelebaran jalan. Kalaupun mau dilebarkan, apa mau gitu pemerintah ngebayar harga tanah yang marketnya gila-gilaan dan di dalam kota sudah lebih dari 8 juta perak per meter persegi?

Macet memang bikin segala-galanya runyam. Uang habis karena konsumsi BBM meningkat. Pikiran, tenaga dan waktu juga terkuras, dan itu mengurangi kualitas hidup, interaksi dengan keluarga dan juga produktivitas kerja. Kalau diuangkan, efek kemacetan di Jakarta tahun lalu bernilai puluhan trilyun. Tahun ini tentu akan lebih gila lagi nilainya. Belum tentu semua orang yang biasa enjoy naik mobil pribadi, mau pindah ke busway, apalagi kalau feeder bus nya masih kampungan dan armada busway sedikit sehingga harus berdesak-desakan berjam-jam.

What to do? Gak tau deh, yang penting jalanin aja solusi yang ada. Konsep pembangunan busway yang dibenci tapi dimusuhi itu adalah memang "sengaja" membuat macet abis, sehingga orang dengan terpaksa, suka atau gak suka, akan melirik ke moda transportasi ini. Tapi busway cuma solusi temporer. Solusi sesungguhnya adalah Subway, hanya saja kalau nunggu subway jalan, bisa ubanan rambut kita karena gak tau kapan terwujud. Kalau subway sudah ada agaknya dengan mudah busway bisa dihilangkan dan lintasannya dikembalikan ke fungsinya sebagai jalan umum semula.

Ngomongin macetnya Jakarta memang gak ada habisnya. Kemacetannya memang gila. Biasanya saya langsung lemes kalo denger kata-kata "Pamer Paha". Lho dipamerin paha kok bukannya seneng malah lemes sih? Gak tau nih kalo "Pamer Paha" yang ini malah bisa bikin kita tambah disayang Tuhan. Kan katanya orang sabar itu disayang Tuhan. Hmm Pamer Paha malah bikin lemes tapi bikin tambah sabar. Maksudnya? Ya ya, yang dimaksud Pamer Paha di sini adalah PAdat MERayap tanPA HArapan.

Entahlah, Jakarta sekali pun macet tetap saja ngangenin. Yang namanya negeri sendiri, baik jeleknya memang kudu di support. Nikmatin aja apa yang ada semuanya, sambil terus berharap bakal ada perbaikan. Whatever deh, yang jelas kalo pas kebetulan berkunjung atau pulang atau tinggal di Jakarta, siap-siaplah disambut kemacetan yang luar biasa. Jangan marah, jangan sebel, jangan kesel, nikmatin aja, itung-itung ini ngelatih kesabaran, tul gak?

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments:

Post a Comment