Monday, January 11, 2010

Trend baru kita: Komisi-komisian dan Dewan-dewanan

Posted: 23 Oktober 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/23/time/081232/idnews/843780/idkanal/10

Ini ada yang "lucu" dan njlimet lagi di Republik kita. Wantimpres diributkan karena dituding minta naik gaji. Dewan Pertimbangan Presiden ini juga kelasnya akan naik sekelas menteri. Anggotanya adalah Adnan Buyung, Rachmawati Soekarnoputri, KH Ma'aruf Amin, Sjahrir, TB Silalahi, Radi Abdul Gani, Emil Salim dan Subur Budisantoso.

Gak tau yah, di kelembagaan kita, kita senang bikin komisi-komisi-an dan dewan-dewanan. Ada wantimpres, dulu ada penasehat presiden ini itu, ada jubir Presiden tapi ada Mensesneg dan ada Menseskab, ada lagi Komisi Kepolisian, lalu Komisi Yudisial, KPK, Timtas Tipikor dll. Yang kayak begini, di negeri lain gak ada. Sebenarnya MA, Polisi, Jaksa, DPA, BPK saja sudah cukup. Apa karena masing-masing kerjanya gak bener, lantas perlu ada komisi dan dewan lain yang perlu untuk mengawasi mereka?

Lantas, keanggotaan komisi dan dewan itu sendiri pun ada yang mengundang kontroversi. Kalau komisi dan dewan ini kerjanya gak bener, lantas siapa yang harus mengawasi? Apakah perlu dibentuk komisi pengawas komisi bla bla bla. Jadinya gak habis habis dong? Bukan apa-apa brur, keberadaan komisi dan dewan itu belum jelas job description dan fungsinya. Keanggotaan yang banyak berikut staf-stafnya akan menambah beban anggaran negara, apalagi gaji dan fasilitas tuk orang elit macam mereka gak murah. Harusnya negara berani dong ambil resiko take and give. Gue kasih lo segini tapi lo harus kerja sekian. Namun realitanya justru banyak orang meragukan kerja komisi dan dewan itu.

Daripada ngabisin anggaran negara gak karuan, apa gak lebih baik lembaga yang sudah ada dimaksimalkan saja? Hemat juga tih? Ataukah memang karena lembaga dan birokrasi yang ada sudah terlalu brengsek, dan karenanya no choice selain membentuk komisi2an dan dewan2an seperti itu? Kalau iya, capek dehhh, mbuleet lagi. Dah gitu capek juga dengernya kalau kita selalu berpolemik dan penuh kontroversi. Anyway, kalau kita di luar sistem, memang agaknya mudah mengkritisi. Dan sudah banyak kejadian begitu kita masuk sistem, yang tadinya vokal lantas melempem. Selain karena terbawa alur sistem yang sudah ada, juga bingung harus mulai darimana dan gimana cara memperbaikinya. Nah lho!

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: