Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/02/time/083234/idnews/715273/idkanal/10
Patah tumbuh hilang berganti.
Dulu ada da'i kondang bernama KH Kosim Nurzeha, yang populer via Radio Kayu Manis.
Ibu saya pun penggemar berat beliau.
Beliau juga terkenal sebagai guru ngajinya Pak Harto.
Seiring dengan kejatuhan Pak Harto, KH Kosim Nurzeha pun pudar.
Lantas muncul KH Zainudin MZ.
Ustadz betawi yang lugas dan kocak ini dijuluki da'i sejuta umat.
Namun namanya pun meredup lantaran beliau terjun ke kancah politik dengan bergabung ke PPP, lantas mutung dan membentuk PBR yang gak sukses juga.
Di tahun 2002, muncul ustadz muda nan kondang dari Geger Kalong.
Di tahun itulah saya pertama kali mendengarkan ceramah beliau di Al Azhar, diajak oleh abang dan adek saya.
(Abang saya kasian,saat itu sepatunya dicolong, akhirnya usai ceramah pulangnya nyeker. Denger ceramah kok sempet maling juga sih).
Ustadz yang bicaranya halus, santai namun kocak, di"gemari" beragam kalangan karena menekankan apa artinya keteladanan.
Ibu-ibu banyak menyukainya juga, karena sang Aa'konsisten untuk tidak berpoligami, seperti ustadz lainnya, dimana poligami itu meskipun sesuatu yang halal namun masih terkesan negatif di masyarakat.
Keteladanan lah yang menyebabkan umat menyukai dan menghormati pribadinya.
Walau ada jamaah yang sempat titip pesan ke beliau agar tidak berpolitik dan tidak berpoligami.
Kini sang Aa' sudah menempuh jalannya untuk berpoligami.
Akankah pamor sang Aa' memudar karena hal ini?
Meski sang istri telah mengikhlaskannya, dan meski mungkin sang Aa' punya alasan khusus yang kuat untuk itu.
Sang waktulah yang akan menjawabnya.
Kita liat nanti apakah sang Aa'akan tetap eksis.
Semoga poligami yang merupakan hak pribadinya, tidak akan bersifat seperti nila setitik yang merusakkan susu sebelanga.
Wassalaam,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment