Saturday, June 9, 2007

BBM yang bikin pusing

Posted: 5 Juli 2005

Assalaamu 'alaikum,

Dulu BBM diributkan karena harganya dinaikkan sampai 30%.
Kini BBM diributkan karena persediaannya yang amat langka, yang membuat kita harus rela antri untuk mendapatkannya.
BBM pernah berjaya, karena dengan tuah-nya lahirlah demonstrasi yang menumbangkan rezim Pak Harto.

Kelangkaan BBM dan permasalahan lainnya, ibarat suatu dilemma, yakni pilihan sulit yang tidak menguntungkan.
Bisa juga diibaratkan bagai buah simalakama, dimakan Ibu mati, tidak dimakan Ibu mati.
Dan juga tak lain dari suatu lingkaran setan yang tak berujung pangkal.
Serta bisa pula diumpamakan sebagai chicken-egg problem, alias gak jelas mana yang lebih dulu, dan mana yang lebih akhir.

1. BBM kini langka karena konsumsi BBM yang naik, karena makin banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia,
karena makin tersebarnya listrik di pelosok desa, dan makin senangnya rakyat bermanja-manja dengan listrik.
Bukankah ini pertanda rakyat kita semakin "makmur sepintas", karena sudah mampu menikmati barang-barang seperti ini?

2. Namun Pemerintah tak mampu men-suplai lebih banyak BBM. Semakin banyak BBM yang disuplai, maka uang
subsidi yang keluar akan semakin besar, karena perhitungan subsidi adalah per satuan liter.

3. Meski Indonesia memiliki kekayaan minyak yang besar, dan merupakan negara pengekspor minyak mentah, namun Indonesia
juga sekaligus pembeli hasil jadi minyak, seperti BBM, yang dibeli di Singapore dengan USD. Manakala harga minyak mentah
merangkak menuju langit, harga hasil jadinya pun akan mencekik leher sendiri. Ditambah lagi dengan melemahnya nilai
rupiah terhadap USD. Makin lengkaplah kisah ironi si negara pengekspor minyak, sekaligus pengimport BBM ini.

4. Mengapa kekayaan minyak kita tidak bisa di eksplorasi lebih besar, dan mengapa kita belum mampu mengolah hasil jadi
di negeri sendiri? SDM dan teknologi kah masalahnya? Di luar sana sempat ada wacana untuk mengeluarkan Ibu Pertiwi dari
keanggotaan OPEC karena tak mampu meng-eksplorasi minyak lebih banyak. Singapura yang tak punya hasil minyak bumi
cuma bisa mesem-mesem, melihat Sang Ibu jual barang mentah tapi beli barang jadi di mereka. Ahh, kumaha si Ibu neeehh?

5. Konon katanya sang penguasa ingin sekali menerbitkan peraturan baru yang akan memberi sangsi buat rakyat yang tidak
mau berhemat listrik di jam-jam sibuk (17.00-21.00). Sangsi? Bukankah itu melanggar HAM? Suka-suka kita, karena kita
yang punya dan kita yang bayar kok, sesuai pemakaian. Salah Pemerintah dong tidak mampu mensuplai sebagai mana mestinya.

6. Tapi konon juga, rasa nasionalisme dan solidaritas kita dipertanyakan. Mampukah kita rela berhemat listrik dengan kesadaran
sendiri? Berat bro rasanya. Kekecewaan sudah terakumulasi di benak rakyat.

(unfinished)

Papa Fariz

No comments: