Posted: 11 April 2007
Saat-saat awal pindah jadi student di negeri Sakura, saya curious banget dengan yang namanya Orientasi Kampus. Ternyata memang jauh berbeda dengan yang pernah saya alami saat jadi mahasiswa di dua universitas di Indonesia. Orientasinya teratur sekali. Para profesor duduk berjejer di depan memberikan pengarahan satu per satu. Profesor di sini, mungkin karena banyak juga jumlahnya sehingga berstatus biasa, sangatlah rendah hati dari tutur kata dan sikapnya, dan gak sulit ditemui. Wejangan yang diberikan profesor ya berkisar bagaimana kehidupan kampus, tips belajar dll. Tentunya ada pula wejangan lain dari pihak kampus. Setelah itu mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk diajak berkeliling melihat fasilitas kampus dan dari lab ke lab.
Di Singapore, dan Malaysia, saya dengar juga demikian, dan jauh dari apa yang namanya kekerasan.
Kenapa negara yang beberapa langkah lebih maju dari kita di bidang Iptek dan pembangunannya malah menjauhi nilai kekerasan? Apakah kita berpikir dengan kekerasan semisal via perploncoan akan merupakan jalan kita untuk sukses, dan karena kultur kita berbeda, bahkan boleh jadi itu bagian dari kultur kita? Ridicuolus memang jalan pemikiran kita. Saya sendiri bingung karena tidak melihat ada alasan logis dari pelaksanaan Opspek apalagi yang berbau kekerasan. Kalau alasannya untuk membangun kerja sama dan kenangan, aihh mellow-nya diri kita.
Kalau memang mau mendidik seseorang menjadi disiplin, tertib dan berpikir dan berwawasan maju, kenapa gak sekalian diadakan NS (National Service) alias Wajib Militer seperti di jiran kita, Singapore dan Malaysia. Mendidik disiplin via Opspek dan kekerasan seperti di IPDN dan kampus-kampus lain hanyalah menghasilkan para alumni yang "banci" dan pengecut. Beraninya main keroyokan. Beraninya karena di deking oleh teman-temannya. Setelah lulus, tetap saja menjadi banci. Kenapa banci? ketika mahasiswa begitu idealis, namun begitu masuk lingkaran kekuasaan lain lagi bicaranya.
Lain dulu lain sekarang. Dulu anti korupsi, kini akhirnya ikutan korupsi. Ngambil duit negara keroyokan, dan sembunyi-sembunyi. Apakah ini gak bisa disebut banci dan pengecut? Semoga jumlah banci-banci itu gak banyak. Dan proyek memproduksi banci itu bisa dihentikan karena gak ada manfaatnya apa pun terhadap pembangunan bangsa kita.
Wassalaam,
Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment