Sunday, June 17, 2007

Bola: arti penting suatu jati diri

Posted: 11 April 2007

Assalaamu 'alaikum,

Old Trafford jadi saksi bisa runtuhnya "Kekaisaran Roma".

Pasukan serigala hitam itu datang sebagai runner up di liga elite-nya Serie A. Mereka datang dari negeri yang pernah terkenal dengan pertahanan grendelnya. Catenaccio memang dikenal sebagai sepakbola negatif yang tak pernah boleh ada lagi. Karena mengajarkan permainan yang membosankan dan hanya mengejar kemenangan semata tanpa peduli akan apa yang namanya hiburan demi kepuasan penonton. Begitu pusingnya klub dari negeri lain untuk bisa menceploskan even satu gol ke gawang kesebelasan negeri spagghetti maupun gawang dari klub-klub-nya. Namun apa lacur kini kenyataan yang terbalik hadir di hadapan kita.

Tidak tanggung-tanggung, Setan Merah menghujamkan 7 gol ke jala pasukan serigala. Entah headline apa yang bakal ditulis di surat kabar esok harinya, yang jelas pembantaian ini benar-benar memalukan dan jadi tamparan telak bagi sepakbola Italia. Hilangnya ruh catenaccio memang sudah jadi topik pembicaraan sepakbola Italia dalam tahun-tahun belakangan ini. Mengembangkan sepakbola menyerang, memang sangatlah bagus. Namun membuang catenaccio sama artinya menghilangkan jati diri mereka sendiri. Dan akhirnya klub sepakbola Italia memang terpuruk dan prestasinya pun kian suram. Ini karena mereka melanggar filsafat umum, "Be Yourself" dengan memainkan sepakbola yang bukan ciri khasnya sendiri.

Satu dasawarsa lalu, liga mereka begitu gemerlap. Semasa belum berlakunya peraturan Bosman, di mana satu klub hanya boleh menampilkan 3 pemain asing, serta semasa diskorsnya klub-klub Inggris karena Tragedi Heysel, siapa sih yang gak kenal dengan Trio Maut Kincir Angin di Dream Team AC Milan? Van Basten dkk, menjadi perlambang kedigdayaan klub mereka masa itu. Adalah hal yang biasa bahwa tiap tahun juara Champions Cup, Cup Winners Cup maupun UEFA Cup adalah silih berganti dari klub Italia. Nama-nama beken, seperti Maradona, Basten, Gullit dll hampir semuanya merumput di sana, dan glamour liganya menenggelamkan seantero liga-liga muram di negeri lain.

Kini zaman telah berganti. England (EPL) telah muncul dan menggeser dominasi klub Italia. Permainan speed dan power menina-bobokan penggemarnya di penjuru dunia, dan memang jauh lebih menarik dari sepakbola kutak-kutik ala Serie A Italia yang membosankan. Dari hak tayang TV, EPL tahun lalu meraup 6 trilyun rupiah, padahal gabungan hak tayang TV dari 5 negara besar bola Eropa lainnya (Jerman, Italia, Spanyol, Perancis dan Belanda) cuma 8 trilyun rupiah saja. Dan kini segenap bintang-bintang sepakbola pun beralih melirik EPL, juag La Liga Spanyol, sembari meninggalkan Liga Serie A yang makin suram dan ditenggelamkan dengan kasus suap klub-klub besarnya tahun lalu.

Dari sini bisa diambil 2 moral of story:

1. Kejayaan dari suatu "kaum" akan dipergilirkan Kalau mau ditarik lebih luas, hidup itu seperti roda, kadang di atas dan kadang di bawah. Namun pergiliran kejayaan itu adalah suatu Sunnatullah (hukum alam) yang pasti terjadi. Tapi itu terjadi bukan dengan sendirinya, namun dengan upaya keras. Sejarah mengisahkan dulu kejayaan dunia berpihak ke bangsa Mesir, lalu Persia, lalu Yunani, kemudian Romawi, lalu Arabia, dan akhirnya ke Eropa/USA dan Jepang.

Sekalipun kondisi bangsa kita kini terpuruk, boleh jadi ke depannya, asalkan kita mau berupaya keras, pergiliran kejayaan dunia akan datang ke nusantara. Contoh kecil, EPL dengan upaya kerasnya berhasil memindahkan kejayaan gemerlap liga dunia dari Italia ke motherland of football. So, jangan putus asa, barangkali kita bakal dapat kejayaan asalkan mau berusaha.

2. Be Yourself Klub sepakbola Inggris sangat konsisten memainkan kick and rush, meskipun dulu menuai kritik sebagai sepakbola yang terlalu simpel. Mereka mengembangkan sepakbolanya dengan sentuhan-sentuhan strategi maupun kutak-katik ala Eropa daratan dan Latino, namun dengan tetap tidak meninggalkan ciri khasnya, yakni kick and rush. Klub Italia malah menghilangkan jati diri catenaccio-nya sehingga terlihat dungu. Timnas Italia baru bisa meraih kejayaan setelah menggabungkan konsep sepakbola menyerang dengan pertahanan grendel catenaccio yang dikomandani oleh Fabio Cannavaro. So, jadilah diri kita sendiri. Be Yourself.

Sebagai bangsa pun kita harus punya jati diri dan identitas kalau ingin maju. Jepang punya jati diri dengan workaholic-nya, Singapore dengan Kiasu-nya (gak mau kalah dan bokis) dll. Entah jati diri apa yang sesungguhnya kita pernah punya dan adakah jati diri itu kini masih bersemayam di dada dan kehidupan kita? Kalau jati diri saja tak punya, jangan harap kita akan jadi bangsa besar.Weleh, weleh kok dari bola aja bisa panjang begini.

Anyway, 3 klub EPL di semi final Liga Champions!! Bravo. MU vs AS Roma 7-1, dan Valencia vs Chelsea 1-2. Chelsea bakal bertemu Liverpool di semifinal, sedangkan MU menunggu pemenang antara Bayern Munich vs AC Milan, yang most likely bakal dimenangkan oleh Bayern. All EPL final memang sedang dinanti-nanti dan sebenarnya ini bukan hal yang menakjubkan karena memang buah dari proses panjang suatu kerja keras. Viva EPL!!!

Wassalaam,

Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com

No comments: