Posted: 11 November 2005
Assalaamu 'alaikum,
Inikah the last blast dari the demolition man, yang diduga sebagai otak teror bom di tanah air?
Apakah dengan berakhirnya petualangan Dr. Azahari maka teror bom akan berakhir di nusantara, seperti yang selama ini dituduhkan padanya dan kelompoknya?
Bukankah, sekalipun sang pengarangtelah meninggalkan raganya, buku panduan membuat bom karangannya, telah tersebar di mana-mana dan ditekuni secara sukses oleh para muridnya?
Demi Allah, tidak akan selesai, begitulah ungkapan mashyur dari Imam Samudera, salah seorang tertuduh perancang peledakan bom.
Terlepas dari benar tidaknya tuduhan tentang Dr. Azahari dan kelompoknya, saya jadi teringat kisah dari teman-teman yang pernah ataupun nyarismasuk ke kelompok sempalan.
Konon kelompok sempalan tersebut bermuara dari Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo, yang populer dengantujuannya mendirikan tatanan religius.
Makar ini ditumpas, dan para pengikutnya berhamburan menyelamatkan diri ke "perahu-perahu" kecil, sehingga mereka disebut pula dengan istilah "sekoci" atau perahu penyelamat.
Ada yang lurus, dan ada pula yang "menyempal".
Bagi yang menyempal, infaq diwajibkan apapun caranya.
Mencuri uang pun halal, asalkan uangnya untuk infaq.
Ada yang anak-isterinya merana karena suaminya memberikan semua gaji sebagai infaq ke kelompoknya.
Ada anak yang nekat mencuri uang ibunya, demi ber-infaq.
Ada yang diusir dari kampungnya karena mengajari anak-anak sekitar untuk menyolong demi berinfaq.
Ada yang orang tuanya menangis-menangis, karena sang puterinya tak mau patuh padanya dan lebih memilih menikah dengan jamaah kelompok tersebut dan berpisah dengan sang ortu.
Dan banyak lagi.
Karena masa ini belum berdiri suatu negara yang religius menurut mereka, maka fase saat ini adalah fase Mekkah, yakni fase perlawanan.
Sholat tidak diwajibkan, karena perintah sholat turun pada fase Madinah (mohon dikoreksi), sedangkan saat ini masih fase Mekkah.
Ibarat buah apel,yang manis, tetap tidak layak dimakan apabila apel itu berada di tong sampah. Lantas buat apa kita bersuci (sholat, berjilbab dll) andaikan lingkungan kita kotor (jahil), seperti layaknya tempat sampah, demikian argumen mereka.
Baiat adalah sesuatu yang wajib, dan yang keluar dari jamaah, maka konon dihalalkan darahnya.
Sampai-sampai seorang remaja wanita diungsikankarena tak tahan teror setelah keluar dari situ.
Ada pula yang jadi setengah gila, membuka jilbab sore-sore dan berlari-lari di jalan-jalan.
Dan banyak lagi hal-hal lain yang mungkin terlalu panjang untuk diuraikan.
Beberapa di antara sang korban adalah mereka yang semasa di bangku SMU adalah anak yang pendiam, dari keluarga tajir, namun tetap lurus dan polos.
Mungkin kesadaran beragamanya tumbuh saat di bangku kuliah, dan dia ingin bisa lebih baik amalannya dengan ikut pengajian.
Namun, karena tidak ada latar belakang agama yang baik, akhirnya salah pilih kelompok.
BRAIN WASHING-lah yang dialami dirinya, sehingga walaupun dikatakan ajaran sang kelompok menyempal, dia tetap teguh dan kukuh bahkan rela berkorban demi kelompoknya.
Dia tidak takut diasingkan karenadalam salah satu hadits dikatakan orang yang memegang agama di akhir zaman, akan seperti memegang bara api.
Demikianlah keyakinannya teguh.
Sekali di BRAIN WASHING, dia akan teguh memegang pendiriannya, sampai akhirnya dia bisa diyakinkan bahwa pendiriannya itu benar-benar salah.
So, sangatlah tidak mengherankan apabila ada orang yang sanggup berkorban melakukan bom bunuh diri.
Apalagi dia meyakini bahwa inilah salahsatu cara dia berjual beli dengan Allah, menurut keyakinannya, dengan imbalan surgawi.
Siap menjadi Pengantin, demikian istilah internal mereka, yang berarti siap menjemput maut untuk dinikahkan di surga nanti dengan sang bidadari.
Masalah pemahaman, benar atau tidaknya, hanya ALLAH yang tahu.
Namun ANDAI keteguhan dan keyakinan tertanam pada diri seseorang,maka orang itu akan rela berkorban apapun demi yang diyakininya.
Semua itu haruslah melalui proses BRAIN WASHING, dan tidak semuabrain washing itu buruk.
Demikian sekelumit rangkuman dari apa yang pernah saya baca, dengar dan liat selama ini.
Mohon maaf kalau gak berkenan. Mohon dikoreksikalau ada yang salah.
Wassalaam,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment