Saturday, June 9, 2007

Gempa Yogya karena Nyai Roro Kidul ngambek?

Posted: 31 Mei 2006

Assalaamu 'alaikum,

http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/05/tgl/31/time/095741/idnews/605831/idkanal/10

Nahhh...betulkan, saya bilang juga apa, akhirnya kini ada yang bilang bahwa gempa Yogya ini disebabkan karena ngambeknya Nyai Roro Kidul...
Doi ngambek soale gara-gara Merapi, jadi pada kurang perhatian ke doi, padahal doi butuh banget perhatian dan kasih sayang...Cek, cek...
Oalaa, ngger, ngger...Koyo ngono tohh? Memang pada "sableng" semua, hari geenee masih percaya gempa itu karena dibuat oleh Nyai setan???
Kalau gitu, bisa dibilang Nyai setan ini lebih berkuasa dari Allah dong? Au dehh gelap, lebih baik no further comment, daripada tambah "gemes aja"...

BTW, saya saat kembali ke Jakarta pertengahan Mei lalu, sempat ketawa geli manakala menyaksikan kuis SMS yang menanyakan siapakah kuncen
gunung Merapi? Pilihannya Mbah Maridjo atau Mbah Maridjan. Mbah Maridjo itu tetangga saya yang sudah sepuh, dan kini sedang menikmati
hari tuanya dengan bermain dengan cucunya. Gak mungkinlah dia ada di Merapi sana. Ya udah, pilihan saya jatuh deh ke mbah Maridjan.
Mbah yang satu ini memang lagi naik daun, dan pantas digelari sebagai Tokoh Bulan Mei. Saya gak tau bagaimana sebenarnya beliau, namun kalau
apa yang ditulis oleh media massa adalah benar, bahwa beliau hanya mau turun dari Merapi setelah dengar gamelan yang dimainkan oleh penunggu Merapi,
serta masyarakat maunya ngikut beliau sebagai "pemimpin spritual tidak resmi", maka kesan pribadi saya adalah:

1. ini cerminan "masyarakat bodoh". Tindakan preventif suatu bencana bukan dilihat berdasarkan gejala alam yang dinalar dengan logika,
melainkan hanya nunggu isyarat yang gak tau datangnya dari mana, dan gak tau benar atau gak. Dalam bahasa sehari-seharinya, orang bangsa
lain dah mikir bagaimana mendarat di bulan, tapi kita masih mikir nujuh bulan melulu. Seterusnya, yahh silahkan ditelaah sendiri.

2. ini "pembodohan masyarakat". Bagaimana gak, masak hari gini, mbah Maridjan cuma bergaji 5800 perak per bulan? Beberapa waktu yang lalu,
teman Japanese saya cerita, saat dia berkunjung ke suatu keraton jawa, dia sempet "kaget" didatangi seseorang berpakaian Jawa dan "memaksa"
menjadi guide. Orang itu ternyata sama seperti mbah Maridjan, yakni abdi dalem sebuah keraton. Akhirnya teman saya menerima dan dia baru ngerti
ketika sang abdi dalem akhirnya terus terang bahwa dia terpaksa jadi guide karena gajinya kurang banget. Hmm, harusnya pihak yang menggaji mikir
dong, gaji segitu cukup atau gak buat si abdi dalem. Jangan mentang-mentang abdi dalemnya berpikir pengabdian lantas bebas dikasih imbalan ala kadarnya.
kan itu sama aja "membodohi" juga, kasarnya. Tapi yah abdi dalemnya kan mau, yang penting dapat berkah dan status. Iya deh, up to them.

Saya pribadi bersimpati dengan Mbah Maridjan. Kasian, udah sepuh dan gajinya kecil, jangan-jangan diberitain salah.

Gak tau nihh, fenomena Musyrik bseperti Nyi Roro Kidul begini gimana mengatasinya? Peringatan apa lagi yang bakal menimpa kita nantinya yah?
Yup, tapi berandai-andai juga gak diperbolehkan lho. Maaf, tulisan di atas gak mutu, tapi cuma mau memaparkan bahwa ini lho realita di masyarakat kita,
dan apakah kita akan mengubahnya atau membiarkan apa adanya dengan menganggap sebagai suatu budaya.

Maaf, no offence yah...

Wassalaam,

Papa Fariz
cumabisangelus2dadadanmenariknafaspanjangmelihat"keajaibanlogika"kita

No comments: