Saturday, June 9, 2007

Gesekan masalah sensitif

Posted: 29 November 2004

Masalah agama memang rada sensitif...Tanggapan dan cara menanggapinya pun beragam...
Tentang si anak muda Maroko ini, gue jadi ingat perumpamaan dari KH Zainudin MZ...
"Gue emang gak sholat, tapi kalo elo ganggu agama gue, gue bacok lu!!!"
Gitulah kira-kira ungkapan natural yang gak ingin agamanya diganggu...

Penyelesaian yang sejuk (bukan dengan kekerasan) ataupun dengan counter measure
yang seimbang (seperti bikin film tandingan kata Mas Indy) memang option terbaik..
Tapi ada kalanya batas sabar akhirnya sampai terlewatkan karena memang udah
benar-benar keterlaluan...Dan pelampiasannya gak sama, karena standar penilaian
yang berbeda-beda, dan kemampuan megendalikan emosi yang berbeda pula...

Gue tarik ke masalah tanah air, sekarang lagi rame kasus Sang Timur (jalan yang dipakai
untuk ke sekolah merangkap gereja tanpa ijin, ditembok oleh warga setempat)...
Terlalu fanatik, gak toleransi, masak orang beribadah gak boleh, tempat hiburan aja
gak diapa-apakan, masak tempat ibadah dilarang dll...
Kasusnya sensitif, jadi gue gak mau panjang lebar menguraikan, dan silahkan baca ndiri di
media massa sana...Tapi gue pribadi punya pengalaman yang mirip, sekitar 15 tahun lalu...

Tetangga baru, persis di sebelah rumah gue, membangun rumah besar 2 tingkat dengan ijin
hunian...Tapi nyatanya lantai 2 dijadikan gereja...Jemaatnya datang dari mana-mana,
parkir sembarangan, yang jelas boong waktu minta ijin membangun, dan banyak lagi...

Warga sekitar sudah pakai cara baik-baik dengan berunding dan mengingatkan...
Namun dia merasa sok kuasa, sengak dan bawa-bawa militer sebagai backingnya,
karena itu dia berani ignore permintaan warga sekitar...
Semua cara baik sudah ditempuh sampai tingkat Walikota, memakan waktu berbulan-bulan,
dan makan banyak energi, waktu dan tenaga, namun warga tetap sabar...

Sampai akhirnya mereka benar-benar kelewatan...Corong speaker diarahkan keluar...
Suaranya kemana-mana dengan keras, bahkan suara azan pun kalah...Dan itu berlangsung
sepanjang waktu, termasuk saat Maghrib...Siapa yang gak jengkel bro???
Masyarakat ngamuk, habis lah rumahnya disambitin dirubuhkan pagarnya, semuanya ngamuk...
Jemaatnya suruh keluar, tapi gak ada yang dilukai...Masih untung rumahnya gak dibakar...

Ada yang simpati dengan dia dan jemaatnya??? Gak ada tuh, wong kita dah pake cara baik-baik...
Warga menginginkan penyelesaian yang baik dan sejuk, dan Islam pun mendahulukan musyawarah...
Tapi sabar ada batasnya yahh...dan dianya juga dah keterlaluan...

Gitu deh Bro, sabar ada batasnya...Untuk kasus Van Gough, kedengarannya terlalu ekstrim,
walau mungkin bagi si pembunuh, mungkin pikirannya simpel, biarlah gue pribadi berkorban,
daripada agama gue dijelek-jelekin dan dirusak VG...Tapi entahlah apa dia berpikir juga
bahwa tindakannya itu juga turut bikin anggapan minor untuk ummat seagamanya...

Untuk kasus Sang Timur??? Yang gak pernah ngerasain pasti berbeda comment dengan
yang pernah ngerasain kasus sejenis di wilayahnya...
But, perlu juga perbaikan pola pikir dari kita semua agar bisa menerima tempat ibadah
umat lain, tapi umat lain tersebut juga harus sadar diri dan gak kelewatan...
Gue pribadi yakin, kasus Sang Timur itu karena masalahnya sudah kelewatan, makanya warga
dah gak bisa nahan kesabarannya lagi...Sayangnya, cerita di balik cerita biasanya gak akan
muncul di media umum...

Thanks and best regards,

Papa Fariz

No comments: