Assalaamu 'alaikum,
Berbicara tentang Garuda, saya pernah tanya ke seorang teman, yang Mas Pilot profesinya.
Untuk ke Jakarta dan penerbangan domestik, saya prefer Garuda (itung2 ngumpulin point GFF), dan okupansinya selalu tinggi.
Tapi mengapaGaruda itu ngakunya merugi melulu?
Menurut Mas Pilot, Garuda hanya bermain bisnis konvensional, alias cuma mengangkut penumpang yang MANUSIA juga.
Sedangkan SIA/SQ, minimal berprofesi ganda, yakni sebagai carrier dari air cargo.
Di tengah persaingan yang ketat dengan munculnya Boutique Airline dan Budget Airline, harga tiket untuk manusia menjadi kompetitif dan turun melulu.
Akhirnya untungnya tipis.
Sedangkan untuk cargo barang, harganya relatif stabil, bahkan kenaikan fuel surcharge dan security insurance dll is borne to customer.
Dan Garuda melewatkankesempatan ini.
Padahal bisnis logistic termasuk yang menggiurkan.
SQ main di sini juga dan mungkin ada diversivikasi bisnis lainnya.
Makanya menjadi salah satuthe most profitable air line in the world.
Bahkan SQ sampai ngotot-ngototan dengan Pemerintah Aussie karena mereka maksain banget pengen ngambil jalur Trans Pasific (termasuk tentu cargo-nya), serta mengakuisisi Qantas, walau akhirnya Pemerintah Aussie menolaknya.
Salutt meenn, kecil-kecil berani maksa negara "gede" sampai kayak gitu.
Tentang Garuda vs SQ, hmm kayaknya jadi masalah telur dan ayam.
Mau service lebih butuh dana, tapi gak ada dana untuk service lebih.
BTW, saya pribadi kadang sebel juga kalau naik pesawat lokal yang murah meriah, walau tergantung doku di kantong juga.
Yang jengkelin, telatnya itu lho, gak nahan.
Anehnya walaupun telat berjam-jam, kok penumpang pada gak protes.
Saya pernah protes sebentar karena pesawat ditunda 2 kali,dari jam 6 malam, ke jam 9 malam, trus ditunda lagi ke jam 2 pagi.
Sayangnya akhirnyasaya menyurutkan tuk protes lebih lanjut, soale penumpang lain pada SABAR-SABAR banget, dan BAIK HATI, sampe-sampe gak mau komplain.
Pada cuek bebek gitu.
Gak enak aje, komplain sendirian.
Boleh jadi penumpang lainnya berpikir: "Protes juga gak ngaruh Mas, gak bisa merubah keadaan, yah cuman ngabis-ngaibisin energi doang".
Atau mungkin juga berpikir: "Udah murah minta bagus lagi. Ada uang ada barang Mas. Kalau mau naik nyaman,modal dikit napa, naik Garuda kek, atau nyarter sendiri kek".
Then, sekarang masalah kita: Nasionalisme vs Quality/Service, pilih mana?
Gotcha dehh.
Wassalaam,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment