Assalaamu 'alaikum,
Kalau tentang Malaysia dan Singapore yang menderita karena, saya pribadi gak terlalu peduli. Di jiran nan mini ini, meski sudah melampaui ambang batas sehat, haze masih acceptable dan visible lah. Lagipula, mereka punya duit buat berobat, dan "rasain" aja deh buat mereka.
Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita yang di Kalimantan dan di Sumatera?
Merekalah yang saya maksud yang dizhalimi. Kalau unhealthy level pada PSI adalahn 100,
tahukah anda, berapakah angka PSI di pulau-pulau kita? Kita cuma menetapkan batas
maksimum 500, dan memang selalu 500. padahal angka sesungguhnya dipercaya berkisar
800-1000 PSI. Kalau kita melihat tayangan TV tentang haze di Kalimantan dan Sumatera,
kita bakal mengurut dada, bagaimana malangnya mereka itu harus bertahan hidup
berbulan-bulan di dalam asap. Kebayang kah kita hidup di dalam asap dalam rentang
waktu yang lama? Udah gitu mereka hidup di bawah garis kemiskininan, yang bisa makan
aja udah syukur, apalagi mikir untuk bisa berobat karena ISPA akibat haze ini.
Saya pribadi, kecewa juga dengan komentar Pak MS Kaban yang "emosional" dengan
mengatakan kenapa Malaysia ribut dengan haze, padahal di kala normal, mereka gak pernah
terima kasih ke kita akan suplai oksigen dari kita? Dalam benak saya, di Malaysia belum
serius banget, namun bagaimana dengan, sekali lagi, saudara-saudara kita yang di Kalimantan?
Apakah dengan diamnya mereka, itu berarti mereka gak dianggap alias di ignore alias gak perlu
diurus oleh kita-kita?
Menyedihkan sekali, mereka ternyata "gak di-orang-kan" dan gak dianggap orang oleh
penguasanya sendiri. Mereka lah yang sesungguhnya di zhalimi, bukan Malaysia dan
Singapore. Hanya karena mereka orang kecil, makanya tak mampu bersuara, kalaupun
bersuara tetap saja dianggap angin lalu. Apakah keengganan kita mengatasi hal ini, salah satunya
karena gengsi, sekaligus ngasih pelajaran ke jiran? Masya Allah, sekali lagi, kalau gitu saudara
kita yang di Kalimanta dan Sumatera yang terkena dampak haze paling parah, kita sudah
anggap bukan orang lagi. Menyedihkan sekali kalau benar, speechless deh gue.
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment