Saturday, June 16, 2007

Kecelakaan Garuda dan penerbangan kita

Posted: 2 April 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.globalsim.web.id/gerry/iaair/iaair-pkgzc-r14.pdf

Dari sobatku, tentang Preliminary Report dari kecelakaan Garuda di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Silahkan disimak. (Mas Pilot, thanks yah atas kirimannya). Kemarin baca Detik, ternyata ada fakta menarik yang menggelikan sesaat sebelum pendaratan pesawat nahas tersebut.

Ternyata pilot Garuda, yang berjam terbang di atas 15.000 jam, "bertengkar" dengan kopilotnya yang masih muda dan berjam terbang masih di bawah 2000 jam. Sang kopilot muda "protes" karena saat akan landing kecepatan pesawat masih terlalu tinggi. Sang pilot pun boleh punya ego karena lebih senior dan berpengalaman. Keduanya ternyata baru kali ini di-pair-kan, sehingga gak kompak.

Akhirnya kita tau, Garuda memang mentul-mentul dan terbakar, dan itu ditenggarai karena kecepatan mendaratnya yang terlalu tinggi. Gak tau gimana kalau menurut report di website ini (cuma forward dulu, blom sempet baca). Apakah pertengakarn tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan konsentrasi sehingga berakibat kecelakaan fatal atau tidak, sayangnya no further comment dari KNKT dan pihak-pihak terkait.

Kalau memang demikian, boleh dibilang penyebab utama kecelakaan adalah human error. Beberapa waktu lalu, di Gatra juga dimuat bahwa faktor human error memang lebih dominan daripada faktor alam, dalam urusan kecelakaan burung besi. Tahukah anda bahwa sesungguhnya kecelakaan pesawat paling banyak terjadi justru pada saat landing (yakni hampir 55%). Meski korban terbanyak tentu akibat dari kecelakaan pesawat ketika terbang di udara (karena hampir pasti penumpangnya mati semua).

So, kalau naik pesawat, begitu melihat daratan, jangan senang dulu, karena justru di situ point terakhir kita selamat atau tidak. Dibanding alat transportasi lain, sesungguhnya persentase kecelakaan pesawat terbang amat sangat sedikit, yakni nol koma nol sekian persen, yakni jumlah kecelakaan dibandingkan sortir penerbangan. Namun karena korbannya banyak, dan terlihat menonjol, maka amatlah dihebohkan. Dilihat dari betapa kecilnya persentase itu, maka olehlah dibilang naik pesawat adalah yang paling aman.

Ajaibnya di Indonesia, konon tahun lalu terjadi 46 kali kecelakaan pesawat, baik itu dari hal ban meletus sampai nyungsep ke palung laut dalam. Dalam 3 tahun terakhir total terjadi hampir 150 kali kecelakaan. Dan ini berarti paling tidak seminggu sekali terjadi apa-apa dengan burung besi di nusantara. Barangkali dengan data tiap minggu kecelakaan, fakta secara umum di dunia, bahwa naik pesawat adalah paling aman, di Indonesia dapat dinafikan. Benarkah cuaca buruk yang menjadi penyebab utama kecelakaan pesawat di bumi pertiwi?

Susah rasanya kalau alam melulu yang disalahkan. Kalau alam yang salah, lantas mengapa Emirat Air, SQ, MAS, ANA, JAL dan penerbangan lainnya jarang sekali mengalami kecelakaan. Adegan tunjuk hidung ke alam, mau gak mau harus diputar balik ke hidung kita, karena berarti ada something wrong dengan sistem yang kita miliki. Di tempat lain gak ada kejadian apa-apa, tapi justru di sini sedemikian sering terjadi.

TANYA KENAPA.

Wassalaam,

Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com

No comments: